Lompat ke konten
Daftar Isi

Perbedaan Investor Ritel dan Investor Institusional

Investor retail vs institusional

Di pasar modal, baik di dalam maupun luar negeri, investor terbagi menjadi dua kategori: investor ritel dan investor institusional.

Walaupun sulit untuk membedakan identitas dari kedua jenis investor ini, namun keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Investor ritel merujuk pada individu yang berinvestasi dengan nama mereka sendiri dan memiliki daya beli yang terbatas. Sementara investor institusional adalah organisasi yang berinvestasi dengan menggunakan nama institusi mereka dan memiliki daya beli yang besar.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut perbedaan antara kedua jenis investor ini, serta potensi keuntungan dari masing-masing jenisnya.

Investor Ritel

Investor ritel

Investor ritel adalah individu yang berinvestasi menggunakan dana pribadi tanpa adanya keahlian profesional dalam pengelolaan investasi. Mereka berinvestasi dengan tujuan untuk melindungi kekayaan mereka di masa depan. Investor ritel juga dikenal sebagai investor individu atau pedagang ritel.

Mereka adalah investor yang membeli berbagai macam aset seperti obligasi, sekuritas, saham, reksa dana dan reksa dana ETF (yang diperjualbelikan di bursa efek). Seiring dengan sifatnya yang individual, para investor ritel hanya dapat melakukan pembelian dengan melalui sekuritas individu, perusahaan pialang, bank, agen, dan lain sebagainya.

Daya beli investor ritel relatif kecil karena disesuaikan dengan kemampuan finansial pribadi mereka sehingga jumlah investasinya pun cukup kecil dibandingkan dengan mereka yang berinvestasi secara institusional. Pada tahun 2019, Gallup membuat survei untuk mengetahui persentase orang Amerika yang memiliki saham pribadi atau termasuk investor ritel. Hasilnya adalah sekitar 55% orang Amerika telah berperan sebagai investor ritel baik melalui reksa dana atau rekening tabungan pensiun.

Keuntungan Investor Ritel

Berikut adalah keuntungan-keuntungan yang berpotensi besar dengan menjadi investor ritel.

1. Bermain dalam jangka waktu yang lebih panjang

Investor ritel tidak ditekan untuk memainkan harga di pasar modal dalam jangka waktu pendek seperti investor institusional. Hal tersebut disebabkan oleh biaya yang dikeluarkan lebih tinggi sehingga para investor institusional lebih sering berdagang dalam jangka waktu yang pendek karena klien nya selalu mengevaluasi hasil pada jangka waktu tertentu misal tahunan atau per-triwulan.

Dengan tekanan yang cukup tinggi, kadangkala investor institusional memperdagangkannya dengan cara yang berlebihan sehingga menghasilkan kinerja yang buruk pada investasinya. Lain halnya dengan investor ritel, sebagai individual mereka dapat mengabaikan tekanan pada pasar modal jangka pendek dan bertahan dalam jangka waktu yang panjang.

Biasanya jika menemukan investasi dengan harga yang tepat, hasilnya akan memiliki kinerja yang baik. Bentuk kesabaran inilah yang tak dapat dimiliki oleh investor institusional karena bergerak pada jangka waktu pendek.

2. Besaran dana investasi yang lebih kecil

Berbeda dengan investor institusional yang terbatas dalam memilih jenis investasinya karena jumlah yang diinvestasikan begitu besar, investor ritel lebih fleksibel dalam memilih perusahaan yang akan diinvestasikan dan menentukan rasio jumlah yang akan diinvestasikan. Fleksibilitas ini dapat dilakukan seiring dengan dampak baik yang diberikan investor ritel terhadap perusahaan kecil.

3. Menyimpan nilai uang tunai

Investor ritel dapat memperjualbelikan sahamnya ke pasar modal di luar negeri dengan harga yang sangat tinggi dan juga membeli dengan harga yang lebih terjangkau. Investasi dengan harga terjangkau tersebut dapat meningkatkan potensi laba dengan menunggu menjualnya kembali di saat nilainya kembali tinggi.

4. Likuiditas yang lebih mudah

Jumlah saham yang dimiliki oleh investor ritel relatif kecil sehingga pertumbuhan investasinya tidak terlalu dipengaruhi oleh tindakan jual beli mereka dan proses likuiditasnya lebih mudah. Berbeda dengan investor institusional dengan jumlah investasinya yang besar sangat dipengaruhi oleh tindakan jual belinya dan proses likuiditasnya jauh lebih sulit sesuai dengan jumlah investasinya yang cukup besar. Investor institusional juga mempengaruhi pasar modal dan terjadinya penjualan yang didasari oleh rasa panik atau disebut juga panic selling.

5. Kebebasan memilih fokus investasi

Investor ritel memiliki kebebasan untuk memilih fokusnya pada kategori investasi yang diinginkan dalam diversifikasi portofolio mereka karena resikonya dikelola oleh masing-masing individu sedangkan investor institusional tidak memiliki kebebasan tersebut dan harus melakukan diversifikasi portfolionya untuk menekan resiko yang akan terjadi.

6. Disesuaikan dengan kepentingan pribadi

Dengan menggunakan nama diri sendiri sebagai pemegang investasi, tentunya para investor ritel hanya fokus pada investasi milik mereka dengan begitu akan lebih mudah bagi mereka untuk belajar mengelola dana sendiri tanpa dituntut untuk menghasilkan yang terbaik oleh pihak tertentu.

Sangat kontras dengan investor institusional yang menggunakan nama institusi dan sebagai profesional memiliki fokus yang lebih banyak karena tuntutannya lebih tinggi. Untuk memberikan perlindungan terhadap investor institusional seperti mencegah konflik kepentingan dibutuhkan adanya hukum atau undang-undang dan kewajiban akan jaminan fidusia.

Investor Institusional

Investor institusional

Investor institusional adalah investor yang memiliki jumlah dana investasi yang signifikan sehingga berpengaruh besar dalam pasar modal. Mereka sering melakukan transaksi dalam jumlah besar, biasanya dalam kisaran ratusan juta rupiah atau lebih, dan pertumbuhan portofolio mereka dapat bervariasi secara drastis.

Pada data terbaru, sekitar 80% kepemilikan saham di bursa saham Amerika berada di tangan investor institusional. Biasanya kenaikan volume saham secara keseluruhan di sebuah perusahaan akan meningkatkan persentase kepemilikan saham investor institusional di perusahaan tersebut.

Perusahaan kecil yang memiliki indeks investasi yang cukup kompleks biasanya menjadikan para investor institusional – walaupun sebetulnya mereka tidak diperbolehkan berinvestasi di perusahaan kecil – menjadi tolak ukur investasi yang tak bisa dilakukan investor ritel. Contoh kasusnya adalah, modal yang dimiliki investor institusional sangat besar sehingga mereka lebih memungkinkan untuk berinvestasi di mata uang, real estate, dan kontrak berjangka. Bentuknya yang bersifat kelompok dengan sumber daya yang cukup besar, tentunya mereka dapat melakukan riset penelitian saat memilih bentuk investasi.

Jenis-Jenis Investor Institusional

Investor institusional terbagi menjadi enam jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Dana pensiun

Kumpulan modal untuk membayar karyawan yang telah pensiun adalah definisi singkat dari dana pensiun. Bentuknya sendiri terdiri dua macam yaitu Program Pensiun Manfaat Pasti dan Program Pensiun Iuran Pasti.

Program Pensiun Manfaat Pasti

Dalam bahasa inggris program ini dikenal sebagai Defined Benefit Plan yang memberikan manfaat pasti kepada penerima melalui besaran dana pensiun yang telah disepakati di awal. Perusahaan dan karyawan akan membuat kesepakatan yang berisikan besarnya dana pensiun nanti. Setelah pensiun, maka perusahaan akan membayarkan gajinya dengan jumlah yang disepakati setiap bulannya. Uang ini berasal dari potongan gaji karyawan selama ia bekerja ditambah dengan dana pemberi kerja. Dalam hal investasi, karyawan yang menyepakati program ini tidak ikut membuat keputusan karena yang menentukan keputusan pada saat melakukan investasi hanyalah manajer keuangan dan manajer portofolio pada lembaga tersebut sesuai dengan informasi yang tersedia.

Program Pensiun Iuran Pasti

Program ini tidak menetapkan besarnya dana pensiun yang akan diterima melainkan besar iuran yang harus dibayarkan karyawan saat masih aktif bekerja dan akan merencanakan pensiun. Iuran yang dibayar ditentukan sebelum dikenai pajak dan ditangguhkan sampai penarikan dana terjadi. Perusahaan akan menginvestasikan dana tersebut dan hasilnya akan dikembalikan kepada karyawan. Sehingga, besaran dana pensiun akan sangat bergantung pada kinerja investasi dana tersebut, yang menyebabkan kerugian pada karyawan maupun keuntungan pada perusahaan.

2. Reksa dana

Reksa dana adalah sarana atau wadah yang menghimpun modal dalam bentuk portofolio saham, obligasi, dana indeks dan sekuritas lainnya. Baik investor institusional maupun investor ritel, mereka dapat membeli saham reksa dana sesuai dengan harga sekuritas. Para investor dapat keuntungan dari reksa dana dengan tiga cara yaitu keuntungan modal penjualan sekuritas, pembayaran dividen dan penjualan reksa dana.

Jenis reksa dana sendiri bermacam-macam yaitu saham (ekuitas), obligasi (pendapatan tetap), campuran, dan reksa dana pasar uang. Pemerintah juga mengeluarkan lebih banyak aturan mengenai reksa dana daripada bentuk investor institusional lain seperti hedge fund atau pengelola investasi global.

3. Pengelola investasi global atau dana lindung nilai

Dikenal juga sebagai hedge fund, bentuk ini adalah kumpulan modal dari para investor kelas atas – memiliki kekayaan bersih setidaknya $1 juta –  untuk berinvestasi dengan kontrak kolektif yang privat dan dikenakan biaya jasa.

Biasanya bentuk reksa dana ini hanya ditawarkan kepada investor terakreditasi saja dengan upaya melindungi nilai dari kerugian pasar modal secara keseluruhan. Bahkan, para investor terakreditasi pun belum tentu bisa mengikuti reksa dana ini karena setelahnya harus memiliki keuangan di atas batas yang ditentukan misalnya 3 miliar rupiah per tahun untuk individu dan 5 miliar rupiah untuk pasangan.

Walaupun aset kekayaan yang dimiliki 10 miliar rupiah kemungkinan untuk ditolak dalam berinvestasi di hedge fund pun masih sangat besar. Namun, dalam beberapa tahun terakhir kebijakan tersebut sudah mengalami perubahan, sehingga definisi dari investor terakreditasi pun menjadi lebih fleksibel.

4. Bank

Sebagai bentuk investasi yang dikelola oleh pialang (broker) atau profesional keuangan – bank kustodian atau komersial merupakan jenis investor institusional. Perusahaan ini berperan sebagai perantara keuangan yang fokusnya menciptakan modal untuk perusahaan, entitas dan pemerintah dengan memfasilitasi akses ke dasar modal seperti membantu penjualan efek hingga memperlancar urusan akuisisi maupun merger.

5. Perusahaan asuransi

Dengan menginvestasikan uang yang dibayarkan nasabah kepada perusahaannya dalam bentuk premi asuransi, perusahaan ini biasanya cenderung berinvestasi pada hal hal yang stabil seperti obligasi dan saham. Industri asuransi memiliki sekitar $4 triliun dalam bentuk uang tunai dan aset investasi pada pertengahan tahun 2019. Hal tersebut menjadikan asuransi berperan sebagai salah satu investor institusional.

6. Dana abadi

Dikenal sebagai Endowment fund, dana abadi adalah sarana investasi yang terus berkesinambungan dengan tujuannya untuk kepentingan nirlaba seperti pelestarian keragaman, budaya, lingkungan hidup, pendidikan, bantuan korban bencana alam dan tujuan nirlaba lainnya. Singkatnya, dana ini mengkolektifkan dana hibah, sumbangan amal, dan lain sebagainya untuk diinvestasikan. Hasilnya kemudian diberikan kepada organisasi nirlaba dengan tujuan yang sudah disepakati tadi. Misalnya, Universitas Harvard memiliki dana abadi $40,9 miliar dan itu hanya satu dari ratusan dana abadi pendidikan yang ada di sebuah negara.

Keuntungan Investor Institusional

1. Biaya

Keuntungan utama investor institusional adalah mereka dapat menegosiasikan biaya yang akan dibayarkan dengan lebih baik dibandingkan investor ritel karena jumlah yang ditawarkan lebih banyak. Dalam beberapa kasus, investor ritel bahkan dimintai biaya yang lebih tinggi untuk membayar biaya komisi dan lain sebagainya.

2. Sumber daya dan pembelian dalam jumlah besar

Ketika membeli dengan jumlah yang besar tentunya keuntungannya pun juga besar, sederhananya investor institusional memiliki lebih banyak uang yang meningkatkan daya beli saham yang berjumlah banyak sekaligus. Pembatasan akunnya pun lebih sedikit dibandingkan investor ritel.

3. Akses sekuritas yang lebih mudah

Akses ke sekuritas biasanya hanya dapat dilakukan oleh investor institusional karena jumlahnya yang cukup banyak. Hal tersebut juga didasari oleh undang-undang sekuritas akan produk keuangan.

IPO atau Initial Public Offering adalah penawaran saham perusahaan untuk dibeli oleh publik. Dua harga saham akan ditawarkan. Pertama, harga penawaran, ditawarkan hanya kepada investor terpilih yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Setelah saham diperdagangkan, saham tersebut diperjualbelikan dengan harga yang berbeda disebut juga dengan harga pembukaan.

Harga pembukaan tersedia bagi siapa saja yang ingin membelinya di pasar terbuka. Dengan begitu, investor institusional lebih mudah meraup keuntungan dengan cara tersebut.

Platform Fintech dan Investor Ritel

Munculnya platform fintech (financial technology), sebuah platform yang mempercepat akses pelayanan keuangan secara daring, membuat investor ritel semakin mudah dalam melakukan investasi. Berikut adalah beberapa perubahan mendatang yang diharapkan oleh industri tersebut:

1. Akses informasi yang lebih mudah dan baik

Perubahan besar yang dapat dirasakan bagi para investor adalah informasi keuangan yang mudah diakses sehari-hari sehingga investor akan selalu up-to-date dengan perubahan keuangan ataupun kinerja investasinya. Melakukan transaksi jual beli saham menjadi lebih mudah bagi kebanyakan individu sehingga memberikan lebih banyak waktu bagi kita untuk membuat penelitian dengan seorang penasehat atau analis keuangan sebelum membeli. (Baca juga investasi vs spekulasi)

2. Biaya yang lebih rendah

Dengan banyaknya pilihan yang ditawarkan kepada investor membuat para individu lebih tertarik membuat akun investasi di platform fintech. Beberapa broker dan penasihat investasi memiliki batas minimal yang lebih rendah dari sebelumnya bahkan ada beberapa reksa dana ETF yang memiliki batas minimal setoran Rp10.000.

3. Akses menuju aset investasi yang lebih besar

Dengan adanya fintech, perubahan besar juga terjadi yaitu lambat laun investor ritel memiliki banyak akses ke investasi yang hanya tersedia untuk investor institusional. Walaupun, investor institusional memberikan dampak yang cukup besar pada semua kelas aset, investor ritel dalam hal ini dapat berjalan perlahan tapi pasti karena sudah terkena eksposur pengetahuan dan informasi investasi yang lebih baik. Investor ritel juga diuntungkan dengan adanya pengurangan biaya dan akses ke aset yang lebih besar untuk diinvestasikan.

Poin penting yang dapat digali dari artikel ini yaitu investor ritel adalah investor individu sedangkan investor institusional adalah investor yang merupakan kolektif dari semua anggotanya. Perbedaan investor ritel dan investor institusional dapat dilihat dari keuntungannya masing-masing. Kemudian, kemunculan platform fintech telah membuka jalan yang lebih luas bagi investor ritel untuk berinvestasi.

Melvern Pradana

Melvern Pradana

Melvern Pradana adalah seorang investor yang aktif menanam modal di pasar saham, cryptocurrency, P2P lending, dan reksa dana. Idolanya adalah Warren Buffett dan Peter Thiel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *