Lompat ke konten
Daftar Isi

Return on Equity (ROE): Pengertian, Rumus, Cara Menghitung

Memahami Return on Equity

Return on Equity (ROE): Pengertian, Rumus, Cara Menghitung

Dalam melakukan analisis fundamental saham, terdapat berbagai indikator keuangan yang dapat digunakan. Salah satu diantaranya adalah return on equity (ROE). Sebagai bagian dari rasio profitabilitas, ROE penting digunakan untuk mengetahui efisiensi kinerja perusahaan dalam mencetak keuntungan. 

Pahami apa itu ROE dan bagaimana cara menghitungnya untuk saham Anda dengan membaca artikel berikut ini:

Apa Itu Return On Equity (ROE)?

Return on Equity (ROE) adalah rasio perbandingan antara pendapatan bersih dengan total ekuitas pemegang saham. Return On Equity menurut para ahli didefinisikan sebagai perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total ekuitas (Harahap, 2015)

ROE juga sering disebut sebagai Return on Net Assets karena pada dasarnya modal yang disetor pemilik dan investor sebuah perusahaan sama dengan nilai total aset perusahaan tersebut dikurangi dengan nilai total utangnya.

Nilai ROE dapat diketahui dengan membaca dan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk mengetahui cara membaca laporan keuangan perusahaan dengan baik dan benar. 

Tidak ada patokan khusus mengenai berapa nilai ROE yang ideal dalam mengevaluasi sebuah saham. Akan tetapi, nilai ROE yang tinggi berarti bahwa kinerja perusahaan semakin efisien. 

Untuk mengetahui berapa nilai ROE yang baik, Anda harus bisa membandingkan antara nilai ROE sebuah perusahaan dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama. Selain itu, Anda juga harus membandingkan nilai ROE perusahaan tersebut dari tahun ke tahun supaya Anda bisa tahu apakah manajemennya semakin efektif dan efisien dalam memanfaatkan dana investor atau tidak.

Selain di laporan keuangan, data ROE juga bisa diperoleh di bagian ikhtisar keuangan laporan tahunan sebuah perusahaan. Dengan demikian, sebagai investor Anda tidak perlu menghitungnya secara langsung karena angkanya sudah disediakan.

Manfaat Mengetahui Return On Equity (ROE)

Sama seperti indikator keuangan lainnya. ROE juga penting digunakan untuk mengetahui nilai sebenarnya (real value) dari sebuah perusahaan. Hal ini penting, khususnya jika Anda ingin menerapkan value investing alias mencari saham bagus dengan harga diskon. Adapun manfaat ROE lainnya antara lain sebagai berikut:

1. Mengetahui efisiensi kinerja perusahaan

Tujuan rasio Return on Equity adalah untuk mengetahui apakah manajemen sebuah perusahaan bisa memanfaatkan dana dari investor secara efisien dan maksimal. Nilai ROE yang tinggi membuktikan bahwa meskipun hanya punya modal yang relatif sedikit, sebuah perusahaan bisa memanfaatkannya semaksimal dan seefisien mungkin. Saham yang baik adalah saham dari perusahaan yang efisien dalam menghasilkan keuntungan.

2. Mengetahui potensi laba yang bisa diperoleh investor

Hasil penghitungan Return on Equity juga bisa dikatakan sebagai potensi keuntungan yang bisa diperoleh investor per setiap rupiah yang dikirimkan untuk membiayai operasional perusahaan tersebut.

Namun, Anda harus ingat bahwa tidak semua potensi laba tersebut bisa Anda peroleh. Beberapa perusahaan akan menggunakan laba tersebut untuk tambahan modal (retained earning) dan baru akan membagikan dividen beberapa tahun sekali.

3. Sebagai alat prediksi keberlangsungan usaha perusahaan

Dalam contoh di bawah nanti akan dijelaskan mengenai bagaimana Return on Equity sebuah perusahaan bisa tidak konsisten dalam beberapa tahun. Ketidak konsistenan ini bisa dipengaruhi beberapa faktor seperti laba yang tidak konsisten atau kinerja perusahaan yang tidak konsisten juga.

Semakin konsisten nilai ROE sebuah perusahaan dalam beberapa tahun, maka semakin baik pula kemampuan perusahaan tersebut dalam menjaga keuangan mereka. Ini artinya, keberlangsungan usahanya patut dipertimbangkan dan menjadi nilai plus sebuah saham.

Faktor yang Mempengaruhi Return On Equity (ROE)

1. Pendapatan bersih perusahaan

Perubahan nilai Return on Equity perusahaan bisa dipengaruhi oleh pendapatan bersih yang diperoleh perusahaan tersebut dalam satu periode waktu tertentu. 

Bisa jadi, pendapatan sebuah perusahaan bertambah tapi nilai ROE-nya menurun. Hal ini karena untuk mendapatkan pendapatan bersih, pendapatan tersebut harus dikurangi dengan biaya operasional terlebih dahulu. Akibatnya, jika pendapatan naik tapi ROE turun, bisa jadi disebabkan karena biaya yang harus dibayarkan perusahaan sedang banyak. 

2. Total ekuitas pemegang saham

Total ekuitas diperoleh dengan cara mengurangi total aset dengan total liabilities (kewajiban). Oleh karena baik total aset maupun total liabilitas bisa berubah dalam satu tahun periode, maka untuk menghitung Return on Equity adalah dengan cara mencari rata-rata keduanya terlebih dahulu atau mencari rata-rata jumlah ekuitas dari awal periode hingga akhir periode.

Jika total ekuitas semakin banyak sementara jumlah pendapatan bersihnya relatif tetap, maka nilai Return on Equity akan menurun. Sebaliknya, jika pendapatan bersih meningkat tapi jumlah ekuitasnya tetap, maka ROE meningkat dan kinerja perusahaan tersebut makin efisien karena artinya manajemennya hanya perlu modal sedikit untuk mendapatkan hasil yang banyak.

3. Utang atau kewajiban perusahaan

Seperti yang telah tertulis di atas, total ekuitas adalah sama dengan total aset dikurangi total liabilitas atau utang. Maka logikanya, semakin besar porsi utang perusahaan, sementara porsi modalnya relatif tetap, maka nilai ROE perusahaan tersebut akan naik.

Namun, tentunya utang juga akan mempengaruhi jumlah biaya operasional yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Hal ini mengingat bahwasanya tentu akan ada sebagian pokok utang dan bunga utang perusahaan yang harus dibayarkan setiap bulannya. 

Rumus Return On Equity (ROE)

Rumus ROE cukup sederhana, yaitu:

ROE = (Pendapatan Bersih / Total Ekuitas) x 100.

Dimana pendapatan bersih adalah total pendapatan kotor dikurangi dengan berbagai biaya yang harus dibayarkan oleh perusahaan, sementara total ekuitas sama dengan total aset dikurangi dengan total liabilitas (utang perusahaan). 

Sebagaimana yang telah dibahas di atas, karena perubahan nilai aset dan liabilitas yang cukup fluktuatif, maka perusahaan harus bisa mencari nilai rata-ratanya terlebih dahulu. Namun demikian, investor tidak perlu khawatir, sebab hasil penghitungan dari perusahaan ini bisa dilihat di laporan neraca perusahaan setiap 3 bulan sekali. 

Cara Menghitung Return On Equity (ROE) dan Contohnya

Berikut ini cara menghitung ROE:

Contoh 1

Perusahaan A pada tahun 2022 tercatat memiliki pendapatan bersih (net income) sebesar Rp 500.000.000 dan memiliki total ekuitas sebesar Rp 1,2 miliar.

Maka nilai Return on Equity perusahaan A adalah sebesar:

ROE = (Pendapatan bersih : Total ekutias pemegang saham) x 100%

ROE perusahaan A = (500.000.000: 1.200.000.000) x 100% = 41%

Ini artinya, dalam 1 tahun perusahaan A berhasil mendapatkan penghasilan yang setara dengan 41% nilai saham investor. Sederhananya, apabila Anda memiliki saham senilai Rp10.000  per lembar di perusahaan ini pada tahun 2022, maka potensi keuntungan maksimal yang bisa Anda peroleh adalah Rp4.100 (41% * 10.000). 

Contoh 2

Perusahaan B bergerak di bidang yang sama dengan perusahaan A. Pada tahun 2022, pendapatan perusahaan ini mencapai Rp1 miliar rupiah dan total ekuitas perusahaan tersebut mencapai 3 miliar rupiah. Maka, nilai ROE saham perusahaan ini adalah:

ROE = (Pendapatan bersih : Total ekutias pemegang saham) x 100%

ROE perusahaan B = (1 miliar:3 miliar) x 100% = 33%

Ini artinya, dalam 1 tahun perusahaan A berhasil mendapatkan penghasilan yang setara dengan 41% nilai saham investor. Sederhananya, apabila Anda memiliki saham senilai Rp10.000  per lembar di perusahaan ini pada tahun 2022, maka potensi keuntungan maksimal yang bisa Anda peroleh adalah Rp3.300 (33% * 10.000). 

Dengan demikian dapat disimpulkan kalau meskipun total pendapatan dan laba perusahaan B lebih besar dibandingkan dengan total laba dan pendapatan perusahaan A, namun ROE-nya lebih rendah, sebab nilai ekuitas perusahaan ini lebih tinggi. 

Contoh menghitung menghitung ROE saham

Mari kita ambil contoh dari laporan tahunan PT Adaro Energy berikut:

Contoh ROE PT. Adaro Energy
Gambar 1: Contoh ROE PT. Adaro Energy

Pada contoh tersebut, terlihat bahwasanya efisiensi PT Adaro Energy Tbk dengan kode saham ADRO dalam memanfaatkan total ekuitas pada tahun 2020 jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Ketika itu, perusahaan tambang ini hanya bisa menghasilkan ROE sebesar 4,02%.

Apabila ditelusuri apa penyebab penurunan ini, maka terlihat bahwasanya pendapatan bersih Adaro juga anjlok akibat pandemi covid 19. Pada bagian lain dari laporan ikhtisar keuangan tersebut, tercatat pendapatan bersih Adaro pada tahun 2020 hanya 159 juta dolar atau sekitar anjlok sekitar 63% dari pendapatan bersih tahun sebelumnya.

Kelemahan Return On Equity (ROE) 

Kelemahan utama dari ROE adalah hasil indikator keuangan ini dapat menjadi bias karena utang. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwasannya apabila jumlah utang besar dan nilai modal tetap, maka ROE bisa naik. Hal ini bisa diartikan kalau operasional perusahaan tersebut mayoritas dibiayai oleh utang. Padahal, utang yang berlebihan juga tidak baik. 

Oleh sebab itu, Anda bisa mendampingi indikator keuangan ini dengan indikator keuangan lain yang berbasis utang, seperti debt to equity ratio (DER) atau debt to asset ratio. Selain itu, Anda juga bisa menggunakan Return of Capital Employed (ROCE) untuk menghasilkan hasil analisis yang lebih robust. 

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *