Lompat ke konten
Daftar Isi

Mengenal Take Profit Saham, Strategi Mengambil Untung

Metode Take Profit dalam Saham

Dalam berinvestasi saham, memprediksikan arah pergerakan pasar bukanlah suatu hal yang mudah untuk kemudian membuat keputusan take profit. Alih-alih mendapat keuntungan justru bisa saja merugi, jika tidak dilakukan dengan benar. Jadi apa itu take profit dan bagaimana cara penerapannya? Langsung saja kita ulas.

Artikel ini dipersembahkan oleh:

Rivan Kurniawan

Apa itu Take Profit ?

Take Profit adalah tindakan mengambil untung melalui penjualan saham dengan memanfaatkan situasi tertentu. Karenanya, take profit menjadi suatu batasan yang digunakan membatasi keuntungan yang ingin diterima. Take profit juga bermakna sebagai tindakan untuk mengunci keuntungan demi meminimalisir kerugian.

Adapun dampaknya, saat investor menerapkan taktik Take Profit, ini dapat mempengaruhi fluktuasi saham individu dan bahkan berdampak pada pergerakan pasar saham secara umum.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, ketika harga saham mencapai atau melewati titik Take Profit yang telah ditentukan, baik itu target keuntungan atau cut loss, order akan dihentikan secara otomatis. Sebagai investor, kita akan meraih keuntungan sesuai dengan batasan yang telah kita tetapkan sebelumnya.

Profit taking yang dilakukan trader bisa dilakukan kapan saja, seperti beli saham pagi, dan kembali menjual saham nya di sore hari sebelum penutupan bursa, sehingga target profit yang diperoleh biasanya lebih rendah daripada investor. Sementara investor saham, yang memang membeli saham untuk jangka waktu lebih panjang, target keuntungan yang bisa dicapai pun bisa lebih tinggi.

Pertanyaan lain yang mungkin terlintas dipikiran kita “Lho kenapa profit kita harus dibatasi, padahal seharusnya kita bisa mendapat keuntungan yang lebih besar lagi, dong!?” Nah, jangan salah paham dulu ya, take profit ini sebenarnya juga sangat membantu kita mengamankan potensi keuntungan kita. Terlebih lagi target take profit yang kita tentukan, sudah berdasarkan pada hasil analisa yang telah kita buat. Gambaran take profit :

’Ardi membeli saham ABCD pada harga Rp 1.820 per lembar dan ingin mendapatkan keuntungan jika harga saham ABCD di Rp 2.100. Sehingga ketika harga saham nya mencapai level Rp 2.100, Ardi pun akan menjual sahamnya. Maka Ardi bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp 280 per lembar saham.’

Alasan Investor Harus Take Profit  

Take profit yang banyak dilakukan investor, bukan tanpa alasan apalagi dengan kondisi pasar tertentu. Berikut beberapa sebab investor harus take profit:

1. Harga saham melonjak signifikan

Take Profit seringkali digunakan sebagai respons terhadap lonjakan harga saham yang signifikan. Fenomena ini dapat dengan cepat mendorong investor untuk melepas saham mereka, memanfaatkan momentum harga yang sedang naik. Tujuannya, tentu saja, untuk memperoleh keuntungan maksimal dari transaksi penjualan saham tersebut.

2. Laporan keuangan emiten yang sudah rilis

Alasan lainnya adalah ketika emiten merilis laporan keuangan, baik itu kuartalan maupun tahunan karena laporan keuangan berpengaruh pada harga saham.

Hal yang paling penting dicermati oleh investor dari kinerja emiten adalah perolehan laba perusahaan. Jadi, semisalnya emiten tersebut melaporkan laba yang menurun, bukan tidak mungkin mendorong investor melakukan profit taking lantaran kekhwatiran terhadap kinerja keuangan emiten ke depannya.

3. Situasi perekonomian

Sebab lain yang juga paling sering dilakukan investor adalah kondisi perekonomian yang terjadi secara nasional, termasuk pula ekonomi global. Sedikitnya hal ini seringkali menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi para pelaku pasar. Apalagi ketika data ekonomi dirilis dan menunjukkan hasil yang tidak lebih baik dari harapan pasar, maka investor cenderung khawatir dan tidak tenang. Biasanya hal ini berkenaan dengan tingkat utang, pergerakan nilai tukar mata uang yang menyebabkan investor memutuskan take profit pada sahamnya.

Kapan Waktu yang Tepat Untuk Take Profit

1. Lakukan saat keuntungan mencapai target

Oleh karenanya, disarankan menyusun planning investment terlebih dulu, dan salah satu yang paling penting adalah menentukan target harga jual. Agar tahu kapan waktu yang tepat untuk menjual saham, dan meminimalisir risiko menjual saham dengan harga yang salah dan ‘hanya ikut’ apa kata orang lain.

2. Saat Harga Saham mencapai Level Puncak

Ketika harga saham yang kita miliki sudah berada di harga puncak, ada baiknya jika kita melakukan take profit lebih dulu pada sebagian kepemilikan saham kita.

3. Saat IHSG naik tinggi

Pergerakan IHSG yang mengalami kenaikan atau sebaliknya di tengah sentimen negatif, ada potensi IHSG akan mengalami koreksi, kondisi ini bisa menjadi pertimbangan untuk menjual saham yang harganya sudah naik.

2 Point Penting dalam Take Profit

Ada dua hal lain yang dapat mempengaruhi keputusan take profit :

  1. Bila kesehatan fundamental saham sudah tidak bagus lagi, atau bahkan bila valuasi saham sudah terlalu mahal;
  2. Bila keuntungan investasi tidak lagi mendominasi portfolio;

Dengan catatan, kita tidak harus menjual saham yang kita miliki secara keseluruhan. Melainkan dengan cara menjualnya sebagian alias take profit parsial, untuk bisa mewujudkan keuntungan dan bisa berinvestasi di saham-saham lain yang berpotensi.

Pratomo Eryanto

Pratomo Eryanto

Pratomo Eryanto memiliki motto "Investasi tidak harus membosankan". Sebagai penggiat dunia pasar saham, Pratomo memiliki misi meningkatkan literasi finansial masyarakat Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *