Lompat ke konten
Daftar Isi

5 Alasan Dana Darurat dan Tabungan Pribadi Harus Dipisah

Uang dalam toples dengan label "Emergency Fund" (Dana darurat).

Memiliki tabungan dan darurat merupakan hal yang cukup penting dan krusial dalam manajemen keuangan. Pasalnya, kedua hal tersebut akan sangat membantu Anda dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan di masa mendatang.

Pada dasarnya, pengalokasian dana darurat dan tabungan adalah untuk disimpan dengan jumlah tertentu. Namun, keduanya memiliki beberapa perbedaan dalam hal tujuan hingga metode penghitungannya. Lebih dari pada itu, Anda pun harus memisahkan rekening atau akun untuk kedua dana tersebut!

Lantas, apa perbedaan dari dana darurat dan tabungan pribadi itu sendiri? Mengapa pengalokasiannya harus dipisah? Daripada penasaran, mari simak informasi lebih lengkapnya pada penjelasan di bawah ini!

Mengenal Perbedaan Dana Darurat dan Tabungan Pribadi

Agar Anda tidak perlu bingung lagi, berikut ada beberapa perbedaan utama dari pengertian dan kegunaan dana darurat dan tabungan pribadi: 

1. Fungsi atau Tujuan 

Dari segi tujuan, sesuai dengan namanya, dana darurat hanyalah digunakan saat kondisi urgent atau darurat saja. Kondisi tersebut bisa berupa saat Anda mengalami kecelakaan, sakit, hingga kehilangan pekerjaan. 

Walaupun mungkin Anda sudah memiliki asuransi, tidak menutup kemungkinan untuk tetap mengeluarkan biaya tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan kata lain, Anda bisa langsung menggunakan uang dari dana darurat tanpa mengganggu tabungan pribadi.

Sementara itu, tabungan pribadi adalah dana yang disisihkan untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan tertentu. Misalnya, berlibur, membeli barang yang diinginkan, atau persiapan masa pensiun/masa tua. 

Biasanya, tabungan ini memang ditujukan untuk kepentingan yang tidak bersifat mendesak. Dengan kata lain, Anda bertujuan untuk menyisihkan uang yang bisa tidak diganggu gugat keberadaannya. 

2. Durasi Penyimpanan dan Waktu Pemakaian

Durasi penyimpanan dana darurat biasanya tidaklah lama tergantung kebutuhan Anda. Itulah mengapa waktu pemakaian dana ini pun memang tidak pernah terduga alias sewaktu-waktu bisa saja dipakai. 

Ada yang hanya bertahan beberapa bulan karena ada hal tak terduga terjadi. Bahkan, ada juga yang tidak menyentuh rekening dana darurat. 

Sebaliknya, durasi penyimpanan tabungan pribadi umumnya lebih lama bahkan hingga bertahun-tahun. Tabungan pribadi ini sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu tabungan jangka pendek dan jangka panjang. 

Kedua jenis tabungan ini memiliki waktu pemakaian yang sudah diatur oleh Anda. Misal, Anda membuat tabungan jangka pendek untuk pergi berlibur. Anda menyiapkan tabungan selama 3 bulan untuk memenuhi target biaya berlibur. Setelah 3 bulan, Anda sudah bisa menggunakan uang tersebut. 

3. Metode Penghitungan 

Pada dasarnya, baik dana darurat maupun tabungan pribadi, jumlah uang yang disimpan dikembalikan lagi kepada kebutuhan dan kemampuan Anda. Namun, tentu ada jumlah ideal yang disarankan agar Anda bisa menghindari risiko yang tidak diinginkan di masa mendatang.

Untuk dana darurat sendiri, jumlah uang yang disimpan idealnya adalah 3 – 6 kali biaya hidup setiap bulannya. Lantas, bagaimana cara menghitungnya?

Misalnya, Anda adalah seorang karyawan yang belum berkeluarga dengan penghasilan Rp8 juta per bulan. Dalam kondisi ini, Anda tidak memiliki tanggungan apa pun selain diri sendiri. Pengeluaran bersih Anda setiap bulan adalah Rp5 juta. Lalu, berapa dana darurat yang harus disiapkan dan disimpan untuk 6 bulan ke depan? 

Dana darurat 6 bulan = Pengeluaran per bulan X 6

= Rp5 juta X 6

= Rp30 juta

Nominal tersebut perlu Anda capai dalam waktu 6 bulan ke depan. Akan tetapi, tentu nominal tersebut dikembalikan lagi sesuai kebutuhan Anda, ya. Anda bisa menyimpannya dalam jumlah lebih kecil atau lebih tinggi. 

Sementara itu, untuk tabungan pribadi, Anda bisa menggunakan metode penghitungan 50 30 20. Bagaimana caranya?

Sederhananya, metode penghitungan tersebut mengarahkan Anda untuk menyisihkan 50% penghasilan untuk biaya hidup sehari-hari, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan. Ketika Anda mendapatkan gaji, Anda bisa langsung menyisihkan uang yang diterima ke dalam kelompok persenan tersebut. 

4. Sumber Dana

Perbedaan yang terakhir adalah dari segi sumber dana. Untuk dana darurat, sumber dananya berasal dari penghasilan setiap bulannya.

Sementara itu, tabungan pribadi umumnya memiliki sumber dana lebih beragam. Sumbernya bisa berasal dari alokasi penghasilan tiap bulan, bonus, THR, dan masih banyak lagi. 

Alasan Dana Darurat dan Tabungan Pribadi Harus Dipisah

Dari pembahasan perbedaan dana darurat dan tabungan pribadi di atas, dapat terlihat jelas bahwa kedua dana tersebut idealnya harus dipisah dalam pengalokasiannya. Mengapa demikian? Mari simak informasi lebih lengkapnya pada penjelasan di bawah ini: 

1. Pengelolaan Keuangan yang Matang 

Dengan memisahkan dana darurat dan tabungan pribadi, Anda akan memiliki pengelolaan keuangan yang matang. Hal ini sangat berpengaruh kepada penghitungan keuangan Anda agar lebih merata dan efektif. 

Ketika mendapatkan gaji, Anda bisa langsung mengalokasikan uang ke dalam kelompoknya masing-masing. Dengan begitu, Anda akan memiliki gambaran lebih jelas terkait kebutuhan mana yang lebih penting dan kepentingan mana yang harus disisihkan untuk ditabung. 

2. Stabilitas Finansial

Kondisi tak terduga tentunya tidak akan diketahui kapan akan terjadi, bukan? Oleh karena itu, Anda perlu memiliki dana darurat tersendiri untuk menjaga stabilitas finansial di masa mendatang. 

Ketika memiliki uang yang dipisahkan dengan kebutuhan lainnya, Anda tidak perlu menyentuh uang dari tabungan atau alokasi lainnya yang tidak sesuai peruntukkan. Anda hanya fokus menggunakan alokasi dana darurat yang sudah disediakan. 

3. Hindari Risiko Berhutang

Memiliki dana darurat dan tabungan pribadi yang sudah dipisah dan dihitung dengan metode penghitungan tertentu bantu cegah Anda dari berhutang di masa mendatang.

Misalnya, suatu hari Anda mengalami sakit yang mengharuskan untuk menginap di rumah sakit. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa biaya rumah sakit cukuplah mahal. Terlebih lagi jika Anda tidak memiliki asuransi pribadi atau asuransi pemerintah. 

Kondisi tersebut membuat sebagian orang yang tidak memiliki dana darurat memutuskan untuk berhutang. Akan tetapi, jika Anda sudah menyisihkan uang yang cukup, Anda berpotensi besar untuk menghindari hutang. 

4. Hindari Pola Hidup Konsumtif

Dalam metode penghitungan 50 30 20, dana 30% dialokasikan untuk keinginan pribadi. Namun, Anda bisa menggantinya dengan alokasi untuk dana darurat, loh! 

Hal ini sangatlah baik diterapkan untuk mencegah perilaku konsumtif yang justru akan menghabiskan lebih banyak uang. Mengganti prioritas keinginan pribadi menjadi dana darurat akan mencegah Anda membeli barang yang di luar kebutuhan utama. 

5. Keteraturan Skala Prioritas

Dalam membuat perencanaan keuangan, terkadang seseorang disulitkan dengan penempatan skala prioritas. Skala prioritas setiap orang tentunya berbeda-beda. 

Namun, dengan memiliki prinsip untuk memisahkan dana darurat dan tabungan pribadi, Anda sudah memiliki 1 skala prioritas yang diutamakan. Dengan begitu, setiap bulannya, Anda hanya fokus untuk mengatur pengeluaran lainnya di luar kedua dana tersebut. 

Dari pembahasan di atas, sudahkah Anda memisahkan dana darurat dan tabungan pribadi? Jika belum, sekarang saat yang tepat untuk mulai memisahkannya guna rasakan manfaat positifnya di masa mendatang.

Lusita Amelia

Lusita Amelia

Lusita Amelia adalah seorang content writer dengan pengalaman menulis berbagai macam jenis artikel. Dia menekuni kepenulisan di bidang investasi, bisnis, ekonomi, dan isu-isu terkini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *