Lompat ke konten
Daftar Isi

Disposable Income: Pengertian, Rumus, Cara Menghitung

Disposable Income

Ada beberapa faktor yang bisa berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan seseorang, terutama apabila orang tersebut bekerja sebagai karyawan atau pegawai negeri sipil. Salah satu faktor pemengaruh tersebut adalah pajak. 

Pajak yang diterapkan pada gaji karyawan dan PNS ini umumnya dibebankan oleh perusahaan atau negara kepada tenaga kerja dengan cara mengurangi gaji mereka. Hasil pengurangan antara gaji dan pajak serta faktor-faktor lain inilah yang disebut dengan disposable income.

Pengertian Disposable Income

Disposable income (pendapatan disposable) adalah nilai pendapatan seseorang setelah dikurangi pajak dan berbagai kewajiban lain yang dibebankan oleh negara atau perusahaan kepada orang tersebut. Kewajiban lain ini dapat berupa asuransi, dana pensiun, dan lain sebagainya.

Secara bahasa, disposable income berarti pendapatan yang bisa dibuang. Namun secara istilah, pendapatan disposable dapat diartikan sebagai sejumlah pendapatan seseorang yang bisa digunakan untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari atau untuk menabung.

Oleh karena itu, tidak heran kalau nama lain dari disposable income adalah take home pay, personal disposable income atau gaji bersih. 

Rumus Disposable Income

Rumus disposable income adalah:

Personal disposable income = Pendapatan kotor – (Pajak + Kewajiban lainnya).

Cara Menghitung Disposable Income

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwasanya untuk menghitung disposable income atau pendapatan bersih, Anda harus tahu terlebih dahulu apa itu pendapatan kotor. Pendapatan kotor adalah sejumlah pendapatan yang akan Anda dapatkan, tapi belum dipotong pajak pendapatan dan lain-lain. 

Setelah itu, kurangi penghasilan kotor tersebut dengan pajak atau potongan lain yang harus Anda bayarkan. Dalam beberapa kasus, Anda langsung akan menerima pendapatan bersih karena pihak SDM perusahaan dan pemerintah akan langsung memotong gaji kotor yang mereka beri ke karyawan mereka. Dengan demikian, karyawan tersebut tidak perlu repot-repot ke kantor pajak terdekat untuk membayar pajak secara mandiri.

Contoh

Contoh 1:

Gaji bulanan seorang Pegawai Negeri Sipil adalah sebesar Rp. 3.500.000. Gaji tersebut akan dipotong pajak PPh sebesar 15% dan tabungan pensiun (Taspen) sebesar 4,75%. Maka , jumlah pendapatan disposable dari PNS tersebut adalah:

Personal disposable income =  Rp. 3.500.000.- (15% + 4,75%).

= Rp. 3.500.000.- 19,5%

= Rp. 2.817.500. 

Contoh 2:

Gaji bulanan seorang karyawan adalah sebesar Rp. 4.500.000. Gaji tersebut akan dipotong pajak PPh sebesar 5%, program iuran pensiun perusahaan sebesar 2%, dan asuransi sebesar 5%. Dengan demikian, take home pay yang diperoleh karyawan tersebut adalah sebesar:

Personal disposable income =  Rp. 4.500.000.- (5% + 2%+5%).

= Rp. 4.500.000.- 12%

= Rp. 3.960.000

Oleh karena itu sebaiknya sebelum Anda bekerja di sebuah perusahaan, Anda tanyakan terlebih dahulu mengenai kebijakan gaji yang diterapkan oleh perusahaan tersebut. 

Fungsi Disposable Income

1. Sebagai indikator daya beli

Baik secara ekonomi makro maupun ekonomi mikro, pendapatan disposable adalah salah satu tolok ukur daya beli. Sebab, besar kecilnya pendapatan ini berdampak langsung pada kemampuan seseorang untuk membeli barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya. 

Tentu akan percuma jika pendapatan kotor seseorang tinggi tapi orang tersebut dibebani dengan pajak atau tanggungan asuransi yang tidak kalah tingginya. Tentu jatuhnya orang tersebut tidak akan bisa membeli apapun yang menjadi kebutuhannya. 

2. Sebagai indikator kesehatan keuangan

Fungsi lain dari pendapatan disposable adalah sebagai salah satu indikator kesehatan keuangan negara, perusahaan maupun individu. Tentu keuangan seorang individu tidak bisa dikatakan sehat apabila dia memiliki tanggungan premi asuransi yang tinggi meskipun orang tersebut tidak mempunyai utang sama sekali. 

3. Sebagai salah satu tolok ukur kemajuan ekonomi negara

Semakin tinggi disposable income, maka semakin tinggi pula tingkat daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat. Tingginya tingkat konsumsi ini akan menjalar ke sektor lain seperti, investasi, penyaluran dana pinjaman, pajak dan lain sebagainya. Akibatnya, ekonomi suatu negara sehat dan maju. 

Tentu masih hangat di benak Anda bagaimana kondisi daya beli dan konsumsi masyarakat Indonesia melemah karena adanya pandemi. Akibat pelemahan konsumsi ini, bisnis-bisnis sepi dan pendapatan negara dari pajak pun menurun.

Para ahli ekonomi menggunakan konsep pendapatan disposable ini untuk menghitung marginal propensity to consume dan marginal propensity to save. Marginal propensity to consume adalah rata-rata kenaikan konsumsi seiring dengan peningkatan pendapatan sedangkan marginal propensity to save adalah ata-rata kenaikan jumlah tabungan seiring dengan peningkatan pendapatan. Kedua konsep ini penting untuk membantu pemerintah merumuskan kebijakan perekonomian.

Berapa Rata-Rata Disposable Income Masyarakat Indonesia?

Dilansir dari data CEIC, pendapatan masyarakat Indonesia per bulan pada tahun 2021 sekitar 170 USD atau berkisar 2,4 juta setiap bulannya. Masih menurut publikasi yang sama, nilai pendapatan ini tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun 2020 namun mengalami penurunan dari tahun 2018 yang notabene ketika itu rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia mencapai 185 USD per bulan atau sekitar 2,6 juta setiap bulannya.

Sedikit berbeda dengan data yang dipublikasikan oleh CEIC di atas, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia menurut data world bank adalah sebesar 3.869 USD atau sekitar 55 juta per tahunnya. Nilai ini menurun sekitar 6,42% dibandingkan pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2019. 

Tips Meningkatkan Disposable Income

1. Ketahui fasilitas dan benefit yang ditawarkan perusahaan

Seperti yang telah dibahas di atas, seringkali perusahaan menyediakan fasilitas asuransi yang jumlah preminya dipotong langsung dari gaji. Oleh sebab itu, saat wawancara kerja, pastikan Anda bertanya secara detail mengenai rincian gaji dan fasilitas perusahaan.

Jangan lupa tanyakan juga perihal hal-hal yang bisa meningkatkan take home pay Anda seperti, upah lembur, bonus karena sudah bekerja melebihi KPI dan lain sebagainya. Tentu perusahaan yang baik akan menghargai kinerja karyawannya dengan fasilitas yang baik juga. 

2. Tambah penghasilan dengan pekerjaan sampingan

Tips yang kedua adalah menambah penghasilan dengan pekerjaan sampingan seperti menjadi editor lepas, desainer lepas, ojek online, dan lain sebagainya. Selain bisa menambah penghasilan, sisi positif dari side hustle ini juga relatif lebih bebas pajak. Namun sisi negatifnya adalah, pekerjaan sampingan akan memakan waktu Anda untuk keluarga dan diri Anda sendiri.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *