Lompat ke konten
Daftar Isi

Green Banking: Pengertian, Manfaat, dan Tantangannya

green banking

Di tengah meningkatnya kesadaran global terhadap pentingnya keberlanjutan dan pelestarian lingkungan, bank bisa turut andil dalam mendorong perubahan yang positif. Melalui berbagai inisiatif dan kebijakan, bank dapat menjalankan misi keberlanjutan melalui berbagai cara. 

Usaha bank untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan dinamakan green banking. Artikel kali ini akan menjelaskan secara detail mengenai apa itu green banking, mulai dari pengertian, tujuan, manfaat hingga tantangan. Simak selengkapnya berikut ini!

Apa Itu Green Banking?

Green banking atau perbankan hijau adalah konsep perbankan yang mengintegrasikan praktik ramah lingkungan dalam operasional dan layanan keuangannya. Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan melalui pengelolaan sumber daya yang lebih efisien, investasi dalam proyek-proyek berkelanjutan, dan pengembangan produk keuangan yang mendukung upaya pelestarian alam. 

Bank yang menerapkan green banking berkomitmen untuk meminimalkan jejak karbon mereka dan mendorong nasabah serta mitra bisnis untuk turut serta dalam praktik ramah lingkungan.

Prinsip dasar green banking meliputi tiga aspek utama keberlanjutan lingkungan, tanggung jawab sosial, dan tata kelola yang baik. Pertama, keberlanjutan lingkungan menekankan pada pengurangan emisi karbon dan limbah, serta investasi dalam energi terbarukan dan teknologi hijau. 

Kedua, tanggung jawab sosial melibatkan upaya untuk mendukung komunitas lokal dan memastikan bahwa produk dan layanan keuangan tidak merugikan masyarakat. Terakhir, tata kelola yang baik berarti transparansi, akuntabilitas, dan etika bisnis yang tinggi dalam semua aspek operasional bank. Dengan prinsip-prinsip ini, green banking berusaha menciptakan keseimbangan antara keuntungan ekonomi dan pelestarian lingkungan.

Tujuan Penerapan Green Banking

Seperti yang sudah sedikit dijelaskan sebelumnya, tujuan utama dari perbankan hijau adalah mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan supaya terjadi pelestarian lingkungan yang optimal. Berikut beberapa tujuan lain dari penerapan green banking

1. Mengurangi jejak karbon dan emisi

Green banking bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dan jejak lingkungan melalui operasional bank yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Ini termasuk penggunaan energi terbarukan, efisiensi energi, serta mengurangi penggunaan kertas dan limbah lainnya.

2. Mendukung proyek berkelanjutan 

Tujuan lainnya dari green banking adalah mendukung pembiayaan proyek-proyek yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Ini mencakup investasi dalam energi terbarukan, teknologi hijau, dan proyek infrastruktur yang mendukung keberlanjutan lingkungan.

3. Mendorong kesadaran lingkungan di kalangan nasabah 

Green banking juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi nasabah dalam upaya pelestarian lingkungan. Bank dapat menawarkan produk dan layanan keuangan yang memberikan insentif bagi nasabah yang terlibat dalam praktik ramah lingkungan, seperti suku bunga yang lebih rendah untuk pinjaman hijau atau tabungan hijau.

4. Meningkatkan tanggung jawab sosial dan tata kelola 

Terakhir, tujuan green banking adalah untuk meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan dan tata kelola yang baik. Ini termasuk praktik bisnis yang etis, transparansi dalam operasional, serta keterlibatan dalam inisiatif sosial yang mendukung kesejahteraan komunitas dan pelestarian lingkungan.

Manfaat Penerapan Green Banking

Dengan berbagai tujuan mulianya, green banking memberikan dampak yang positif terhadap keberlanjutan lingkungan. Berikut manfaat green banking!

1. Pengurangan dampak lingkungan

Green banking membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dengan mendorong penggunaan energi terbarukan, efisiensi energi, dan pengelolaan limbah yang lebih baik. Praktik-praktik ini mengurangi emisi karbon dan jejak ekologis, membantu menjaga kelestarian alam dan sumber daya alam.

2. Mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan 

Dengan mendukung proyek-proyek berkelanjutan seperti energi terbarukan, teknologi hijau, dan infrastruktur ramah lingkungan, perbankan hijau berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Ini menciptakan peluang kerja baru dalam sektor-sektor yang berkembang dan memperkuat ekonomi lokal.

3. Peningkatan reputasi dan kepercayaan 

Bank yang menerapkan praktik green banking sering kali dipandang lebih bertanggung jawab dan etis, yang dapat meningkatkan reputasi mereka di mata publik dan nasabah. Reputasi yang baik ini dapat meningkatkan kepercayaan nasabah dan menarik lebih banyak pelanggan yang peduli pada isu-isu lingkungan.

4. Pengurangan risiko keuangan 

Investasi dalam proyek-proyek berkelanjutan dan ramah lingkungan cenderung memiliki risiko yang lebih rendah dalam jangka panjang dibandingkan dengan investasi dalam industri yang merusak lingkungan. Perbankan hijau membantu bank mengelola risiko terkait perubahan iklim dan peraturan lingkungan yang semakin ketat, yang dapat melindungi mereka dari potensi kerugian di masa depan.

Tantangan Green Banking

Meski dirasa memiliki tujuan dan manfaat yang baik, penerapan perbankan hijau ini juga tak luput dari tantangan yang harus ditaklukkan. Berikut tantangan penerapan perbankan hijau!

1. Kurangnya kesadaran dan pendidikan

Salah satu tantangan utama adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman di antara nasabah, karyawan bank, dan masyarakat luas mengenai pentingnya green banking. Tanpa pemahaman yang kuat tentang manfaat dan praktik green banking, sulit bagi bank untuk mendorong partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak. Pendidikan dan kampanye kesadaran yang efektif sangat diperlukan untuk mengatasi tantangan ini.

2. Keterbatasan infrastruktur dan teknologi

Implementasi green banking seringkali memerlukan investasi dalam teknologi dan infrastruktur yang mendukung praktik ramah lingkungan, seperti sistem pengelolaan energi terbarukan, teknologi hijau, dan digitalisasi untuk mengurangi penggunaan kertas. Keterbatasan infrastruktur dan teknologi yang ada bisa menjadi hambatan, terutama di negara-negara berkembang atau di wilayah dengan akses teknologi yang terbatas.

3. Regulasi dan kebijakan yang tidak mendukung 

Tantangan lain adalah kurangnya dukungan regulasi dan kebijakan pemerintah yang mendukung praktik green banking. Kebijakan yang tidak jelas atau tidak konsisten dapat menghambat upaya bank untuk menerapkan praktik berkelanjutan. Dukungan dari pemerintah melalui regulasi yang jelas, insentif, dan kerangka kerja yang mendukung sangat penting untuk mendorong adopsi green banking di sektor perbankan.

Penerapan Green Banking di Indonesia

Di Indonesia, beberapa bank telah mulai menerapkan konsep green banking sebagai bagian dari komitmen mereka terhadap keberlanjutan dan pelestarian lingkungan. Berikut adalah tiga contoh bank yang telah mengambil langkah signifikan dalam penerapan green banking

Bank Negara Indonesia (BNI)

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) adalah salah satu bank yang telah mengimplementasikan konsep green banking dan terus mendukung upaya pemerintah untuk mewujudkan ekonomi hijau melalui ekspansi bisnis berkelanjutan. Komitmen BNI terhadap keberlanjutan diuraikan dalam lima pilar utama BNI untuk Indonesia, BNI untuk nasabah, BNI untuk lingkungan, BNI untuk masyarakat, dan BNI untuk pegawai.

BNI secara bertahap mengkaji pemberian insentif untuk pinjaman portofolio hijau dan telah meluncurkan pembiayaan dengan suku bunga rendah untuk kepemilikan kendaraan listrik sebagai langkah konkret. 

Selain itu, BNI bekerja sama dengan PLN untuk menyediakan infrastruktur stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU), mendukung program pemerintah dalam mempercepat pembentukan ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) di Indonesia. BNI juga telah menjalin kemitraan dengan beberapa korporasi melalui program Sustainability Linked Loan, yang digunakan untuk investasi dalam bisnis berkelanjutan nasabah, memperlihatkan komitmen mereka dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Bank Mandiri

Bank Mandiri menjadi salah satu bank pelat merah yang mendukung pelaksanaan ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) di Jakarta pada 5-6 September 2023, yang merupakan bagian dari ASEAN Summit 2023. Fokus AIPF pada Keuangan Berkelanjutan dan Inovatif menekankan pentingnya mobilisasi sumber daya dan modal untuk mengatasi perubahan iklim dan mendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon. 

Dalam konteks ini, Bank Mandiri telah berkomitmen mengembangkan sustainable banking, termasuk pembiayaan hijau (green financing) dan pendanaan berkelanjutan (sustainable funding instruments). Sebagai wujud nyata, penyaluran kredit hijau Bank Mandiri tumbuh 10,2% year on year (yoy) menjadi Rp 115 triliun per Juni 2023, menjadikannya sebagai pemimpin pasar dalam green financing di Indonesia.

Bank Mandiri terus memperkuat perannya dalam pembiayaan hijau dengan menyalurkan dana untuk berbagai proyek berkelanjutan. Hingga kuartal II-2023, sektor pertanian berkelanjutan menerima Rp 95,6 triliun, energi terbarukan Rp 8,9 triliun, produk eco-efficient Rp 4,7 triliun, transportasi bersih Rp 3,2 triliun, dan sektor hijau lainnya Rp 2,8 triliun. 

Bank ini juga menerapkan kebijakan ESG yang ketat, seperti mensyaratkan sertifikasi ISPO/RSPO untuk debitur di sektor kelapa sawit. Dengan fokus pada proyek-proyek energi terbarukan seperti Kerinci Hydro Power Plant dan Poso Hydro Power Plant, Bank Mandiri menunjukkan komitmennya terhadap pembiayaan hijau dan keberlanjutan, sesuai dengan POJK 51/2017 dan target penyaluran Sustainable Portfolio sebesar 25% dari total kredit.

Bank Rakyat Indonesia (BRI)

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) memainkan peran kunci dalam mendukung green banking dan sustainable financing di Indonesia, khususnya dalam konteks transisi energi dan pelestarian lingkungan. Sebagai bagian dari komitmen terhadap prinsip Environmental, Social, dan Governance (ESG), BRI telah berhasil mencatatkan penyaluran green loan sebesar Rp79,4 triliun hingga Triwulan II 2023. Angka ini menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya, yang mencerminkan komitmen BRI dalam menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pencapaian Enhanced NDC (Nationally Determined Contribution) Indonesia serta target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.

Dari sisi bisnis, BRI telah mengalokasikan dana signifikan untuk sektor-sektor berkelanjutan. Misalnya, mereka mengalokasikan Rp5,7 triliun untuk Energi Baru Terbarukan, Rp12 triliun untuk green transportation, dan Rp53,5 triliun untuk pengelolaan sumber daya alam hayati dan penggunaan lahan yang ramah lingkungan. Selain itu, BRI juga telah mengambil langkah-langkah operasional yang berkelanjutan, seperti menggunakan kendaraan listrik untuk armada operasional, dengan 97 mobil listrik dan 50 motor listrik saat ini digunakan di kantor-kantor mereka. Bank ini juga telah memasang panel surya di 12 unit kerja, menunjukkan komitmen mereka terhadap penggunaan energi terbarukan.

Keberhasilan BRI dalam green banking tidak hanya memperkuat posisinya sebagai pelaku utama dalam keuangan berkelanjutan di Indonesia, tetapi juga menggambarkan strategi utama perseroan untuk terus tumbuh dan berkembang dalam mendukung transisi Indonesia menuju ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan. Komitmen mereka dalam menjaga keseimbangan antara menciptakan nilai ekonomi dan sosial, sambil tetap memperhatikan nilai-nilai lingkungan, menjadikan BRI sebagai contoh nyata dari praktek keuangan berkelanjutan yang sukses di industri perbankan Indonesia.

Clean Qurrota Ayun

Clean Qurrota Ayun

Clean Qurrota A'yun adalah mahasiswa Ekonomi di UPN Veteran Yogyakarta yang senang menulis topik-topik seputar literasi finansial.

1 tanggapan pada “Green Banking: Pengertian, Manfaat, dan Tantangannya”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *