Lompat ke konten
Daftar Isi

Memahami Iceberg Order dalam Trading Saham dan Cara Kerjanya

Iceberg order

Salah satu penyebab harga saham bisa naik dan turun dalam waktu yang cepat adalah karena adanya peningkatan volume perdagangan saham. Sebagaimana hukum permintaan dan penawaran, semakin banyak saham yang diminta, maka semakin mahal pula harganya. Sebaliknya, semakin banyak saham yang ditawarkan atau dijual, maka harganya akan semakin turun. 

Oleh karena itu, tidak heran jika investor bandar dengan modal besar cenderung membeli instrumen ini dengan cara mencicil sedikit demi sedikit. Tindakan dari investor bandar ini disebut dengan iceberg order. Sebagai seorang investor ritel, sebaiknya Anda mengetahui istilah ini supaya bisa mengidentifikasi strategi investor bandar dengan benar. 

Pengertian Iceberg Order dalam Trading Saham

Iceberg order adalah strategi penjualan atau pembelian saham sedikit demi sedikit untuk menutupi jumlah saham yang diperdagangkan sebenarnya. Umumnya, strategi ini digunakan oleh investor bandar individu maupun perusahaan untuk mencegah perubahan harga yang terlalu masif dan mendapatkan keuntungan maksimal. 

Misalnya, sebuah perusahaan manajemen investasi ingin membeli saham A sebanyak 50.000 lembar (500 lot). Tentu apabila perusahaan ini langsung memasukkan order beli sebanyak 50.000 lembar, harga saham A akan melonjak dengan cepat karena trader akan memasang order jual sesuai dengan harga yang diinginkan perusahaan manajemen investasi tersebut. 

Oleh karena itu, perusahaan manajemen investasi tersebut lantas membagi 50.000 lembar saham tersebut ke dalam 10 fase pembelian masing-masing 50.000 lembar. Dengan demikian, harga saham A tidak akan naik terlalu cepat, sehingga ketika manajemen investasi tersebut memasukkan order jual berikutnya, harga masih terbilang rendah. 

Cara Kerja dan Mengidentifikasi Iceberg Order

Untuk memahami cara kerja iceberg order, Anda bisa melihat contoh tabel berikut ini. Misalnya, sebuah perusahaan manajemen investasi ingin membeli saham A sebanyak 50.000 lembar dan membaginya ke dalam 10 kali pembelian pada harga yang berbeda. Transaksi yang dimasukkan oleh perusahaan tersebut adalah:

No transaksiVolume orderHarga orderTotal pengeluaran
15.000Rp4.300,00Rp21.500.000,00
25.000Rp4.325,00Rp21.625.000,00
35.000Rp4.350,00Rp21.750.000,00
45.000Rp4.375,00Rp21.875.000,00
55.000Rp4.400,00Rp22.000.000,00
65.000Rp4.420,00Rp22.100.000,00
75.000Rp4.435,00Rp22.175.000,00
85.000Rp4.450,00Rp22.250.000,00
95.000Rp4.465,00Rp22.325.000,00
105.000Rp4.475,00Rp22.375.000,00
TotalRp219.975.000,00
Contoh iceberg order

Jadi, pada transaksi pertama, perusahaan hanya membeli 5.000 saham pada harga Rp4.300. Baru ketika harga mencapai Rp4.325, perusahaan akan menambah kepemilikannya sebanyak 5.000 lembar lagi, begitupun seterusnya sampai kebutuhan 50.000 lembar saham terpenuhi. 

Lalu bagaimana cara mengidentifikasi iceberg order? Cara mengidentifikasi iceberg order adalah, Anda bisa mengamati pergerakan nama-nama investor bandar yang sering memperjualbelikan saham dalam satu hari secara berulang kali. Pergerakan transaksi investor bandar ini, khususnya investor institusi, bisa Anda lihat di bagian bandar history dalam aplikasi trading Anda atau menggunakan aplikasi bandarmology secara khusus. 

Setelah mengidentifikasi adanya iceberg order, Anda bisa memasukkan order dengan harga yang lebih sedikit dibandingkan dengan harga yang dibuat oleh bandar tersebut. Contohnya, jika bandar memasukkan order seharga Rp4.300 per lembar, Anda bisa memasukkan order seharga Rp4.305 per lembar. Dengan demikian, ketika penjual sudah tidak kebagian lot yang diminta oleh bandar tersebut, mereka akan memasukkan order di level harga Anda, sehingga Anda bisa mendapatkan saham dengan lebih cepat. 

Sama halnya jika Anda ingin menjual saham. Agar saham Anda terjual lebih cepat, Anda bisa memasang harga penjualan sedikit di atas atau di bawah harga penjualan yang dipasang oleh investor bandar. Contohnya, bandar menjual saham A dengan harga Rp4.000 per lembar, maka Anda bisa mematok harga jual di level Rp4050 per lembar atau Rp3950 per lembar. 

Kelebihan Iceberg Order

1. Terhindar dari risiko fluktuasi harga

Ketika sejumlah besar saham dijual atau dibeli secara bersamaan, maka harga saham tersebut akan berubah lebih cepat. Akibatnya, ketika investor yang sama ingin membeli atau menjual saham tersebut lagi, harganya sudah melambung tinggi atau anjlok lebih dari perkiraan. 

Strategi iceberg order adalah strategi yang tepat untuk meminimalisir risiko ini. Saat ini, banyak aplikasi trading sudah dilengkapi dengan fitur robot trading yang akan membantu Anda mengeksekusi order yang Anda masukkan secara otomatis, sehingga Anda tidak perlu pusing jika harus melakukan pembelian atau penjualan di level harga yang berbeda. 

2. Membuat pasar saham menjadi likuid

Karena adanya permintaan dan atau penawaran pada berbagai level harga, maka sebuah pasar saham akan menjadi likuid. Likuiditas sebuah pasar saham tentu akan sangat baik untuk bursa, untuk investor maupun untuk saham itu sendiri. Sebab, likuiditas saham yang baik akan membuat investor lain lebih mudah untuk membeli atau menjual saham. 

Kekurangan Iceberg Order

1. Proses eksekusi order menjadi lebih lama

Misalnya, jika langsung menjual 50.000 lembar saham seharga Rp4.300 per lembar bisa habis dalam waktu 1 jam saja, maka menjual saham secara bertahap seperti contoh di atas bisa selesai seharian. Akibatnya, strategi iceberg trading ini kurang cocok jika digunakan oleh investor yang sedang membutuhkan uang dengan cepat. Terlebih lagi proses settlement saham membutuhkan waktu 2 sampai 7 hari kerja. 

2. Biaya transaksi lebih besar

Pembelian saham secara bertahap seperti contoh di atas dapat memperbesar biaya transaksi saham. Misalnya, membeli 50.000 lembar saham dengan harga Rp4.300 sekaligus “hanya” membutuhkan biaya Rp215.000.000. Namun karena pembelian dilakukan bertahap, total pengeluarannya menjadi Rp219.975.000,00.

Selain itu, penerapan strategi iceberg order juga membutuhkan ketelitian yang baik supaya keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal. 

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *