Lompat ke konten
Daftar Isi

Istilah ARA dan ARB Dalam Saham

ARA dan ARB

Sebuah saham bisa dihentikan perdagangannya di bursa efek karena mengalami ARA dan ARB. Bagi investor awam, boleh jadi masih belum paham dengan istilah di dunia pasar modal itu. Mari simak penjelasan berikut ini.

Kedua istilah tadi berhubungan dengan apa yang dinamakan auto rejection. Auto rejection adalah proses perdagangan dalam saham dengan tujuan utama melindungi investor. Jadi auto rejection adalah pembatasan paling bawah dan paling atas dari kasus harga saham yang naik atau turun dalam satu hari perdagangan.

Mekanisme bursa otomatis menolak atau me-reject order jual atau beli yang masuk apabila harga saham sudah mencapai batas atas atau bawah. Auto rejection digunakan demi menjamin proses trading saham di lantai bursa dapat berlangsung dengan wajar.

Sejak pandemi covid19, Bursa Efek Indonesia menerapkan kebijakan auto rejection asimetris. Dalam auto rejection jenis ini, batas atas (ARA) dan batas bawah (ARB) tidak ditetapkan setara. Saat pandemi, batas atas kenaikan harga bisa sampai 35%, sementara batas bawah penurunan harga seragam hanya 7%. Berikut ini lengkpanya:

Rentang hargaAuto rection atasAuto rection bawah
50-20035%7%
>200-5.00025%7%
>5.00020%7%
Auto rejection

Seiring dengan kondisi perbaikan ekonomi Indonesia pasca pandemi, BEI dan OJK sedang mengkaji penerapan auto rejection simetris. Hal ini berarti, kalau harga saham bisa naik hingga 35% dengan bebas, maka dia juga bisa turun 35% dalam satu hari dengan bebas.

Pengertian ARA Dalam Saham

ARA (Auto Rejection Atas) adalah nilai batas kenaikan harga saham naik di suatu hari. Ambang atas tersebut ditetapkan dalam bentuk persen.

Mekanisme ARA sudah ditentukan dalam sistem Jakarta Automated Trading System (JATS) NEXT-G sesuai dengan Keputusan Direksi Bursa Efek Indonesia No. Kep-00023/BEI/03-2020.

Contoh: 13 Oktober 2020 harga pasar saham BRIS yaitu kode saham untuk bank BRI Syariah mengakhiri hari pada level Rp.1.125. BRIS dapat saja naik sampai harga Rp1.405 saat dibuka 14 Oktober 2020 yang artinya naik 24,89%. Mengingat kisaran harga saham BRIS dimulai dari Rp.200 hingga Rp.5.000 itu artinya batas ARA saham BRIS sebesar 25%.

Contoh lain: saham TLKM ditutup dengan harga Rp4.000 pada perdagangan kemarin. Dalam aturan yang berlaku, batas auto rejection atas untuk harga saham tersebut yaitu maksimal 25%. Lonjakan harga saham TLKM hari ini paling tinggi yaitu: Rp4.000 ditambah Rp4.000 x 25% atau Rp5.000. Sehingga bila saham TLKM harganya sudah di atas Rp5.000 otomatis mengalami ARA.

ARA dapat saja meningkat hingga dua kali lipat terutama pada saham yang pertama kali diperdagangkan di lantai bursa ataupun pada hari pertama perdagangan. Sering terjadi saham yang belum lama melakukan IPO (initial public offering) langsung saja melonjak hingga beberapa kali lipat di hari pertama perdagangan di lantai bursa.

Selain jenis-jenis saham IPO, ada juga tipe saham tertentu yang harganya dapat meningkat sampai mencapai nilai ARA. Saham yang mengalami hal ini biasanya sedang terkena sentimen tertentu, antara lain adanya aksi korporasi berupa merger maupun akuisisi. Jadi sebuah saham dapat saja harganya menyentuh ARA di hari perdagangan tersebut, atau dapat pula menyentuh di perdagangan hari berikutnya.

Saham yang harga pasarnya terjadi ARA kebanyakan bukan termasuk kelompok saham dengan nilai kapitalisasi pasar besar yang biasa disebut dengan big caps. ARA sering terjadi pada saham dengan kapitalisasi kecil hingga menengah.

Adanya ARA seakan mengesankan bahwa berinvestasi saham itu  dapat memberikan gain seketika. Meski begitu, harus dimengerti jika nilai ARA suatu saham tak mesti dapat diperkirakan para pemain saham. Jadi para pemodal harus selalu mempertimbangkan resiko yang selalu ada dalam investasi saham.

Pengertian ARB Dalam Saham

ARB adalah batas terendah penurunan harga saham. ARB adalah kebalikan dari ARA.

Dalam kondisi normal nilai ARB dinyatakan dalam persen sebagaimana ARA. Hanya saja, beberapa waktu lalu tepatnya Maret 2020 terjadi penurunan harga pasar saham yang cukup signifikan imbas dari pandemi Covid-19. Akibat kejadian tersebut maka regulator BEI pun menyesuaikan aturan nilai ARB hanya sebesar 10% dari tadinya yang berada di kisaran 20%-35%. Hanya saja nilai ARB yang 10% tadi kenyataannya tak memadai, karena itu regulator pun menyesuaikan lagi batas ARB ke nilai 7%.

Jadi pada bulan Maret 2020 lalu, beberapa hari saja perdagangan dilakukan telah terjadi harga saham banyak yang menyentuh nilai ARB. Saham ARB di bulan Maret 2020 itu tidak sebatas saham lapis kedua atau lapis ketiga, namun juga beberapa saham LQ-45. LQ-45 adalah kelompok 45 jenis saham paling likuid yang diperdagangkan di bursa. Saham-saham LQ-45 itu adalah saham yang mempunyai fundamental yang sangat baik.

Berdasarkan Keputusan Direksi Bursa Efek Indonesia No. Kep-00023/BEI/03-2020 dijelaskan bahwa harga saham dapat turun dimana batasnya hingga Rp50. Itu artinya harga saham tak dapat turun lebih dalam di bawah Rp.50. Efek pandemi Covid-19 memang berpengaruh kemana-mana, kini banyak  saham di BEI yang terjerembab di harga hanya Rp50.

Manfaat ARA dan ARB

Manfaat utama adanya ARA dan ARB adalah untuk menjaga investor, khususnya investor pemula dari pergerakan harga yang terlalu tajam. Saham yang berkali-kali menembus level ARA atau ARB dalam satu periode waktu tertentu, biasanya terkena suspensi atau pemberhentian dagang sementara. Suspensi ini akan terus berlaku sampai BEI merasa kalau pergerakan harga saham tersebut bisa kembali normal.

Dengan adanya ARA dan ARB, fluktuasi pergerakan suatu emiten dalam suatu hari dapat terkendali. Seorang trader dapat memperhitungkan timing yang sesuai untuk melakukan buy atau sell suatu saham dengan memiliki jaminan tidak akan turun dengan harga yang terlalu ekstream dikarenakan adanya ARB dan tidak akan naik melebihi batas ARA yang telah ditetapkan.

Saham di bursa yang kerap mengalami ARA atau ARB lebih pas bila dimainkan trader yang telah berpengalaman. Khususnya lagi bagi trader yang memang sudah sering menghadapi naik turun harga saham secara cepat. Saham dengan ARA atau ARB sebaiknya dihindari oleh mereka yang baru belajar berinvestasi saham.

Naik dan turunnya harga saham secara mencolok dalam satu hari yang terjadi di bursa dapat disebabkan berbagai hal. Boleh jadi saham tersebut memang tak cukup likuid yang menyebabkan harganya naik turun tak terkendali. Sebab lainnya seperti munculnya rumor yang dimanfaatkan bandar agar saham tersebut bergerak. Oleh karena itu, para investor saham harus mengerti dulu resiko saham yang mengalami ARA atau ARB sebelum memutuskan untuk order.

Lalu bagaimana bagi para investor pemula dengan kejadian saham yang mengalami ARA atau ARB? Kembali lagi pada tujuan utama berinvestasi dalam saham yang sejatinya merupakan investasi jangka panjang. Jadi bukan tipe trader yang memainkannya setiap hari. Pilih saja saham lapis pertama atau kedua dengan fundamental keuangan bagus dan biarkan harganya berkembang.

nv-author-image

Pratomo Eryanto

Pratomo Eryanto memiliki motto "Investasi tidak harus membosankan". Sebagai penggiat dunia pasar saham, Pratomo memiliki misi meningkatkan literasi finansial masyarakat Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *