Menanamkan dana dengan berinvestasi saham merupakan pilihan yang sedang marak digeluti oleh hampir kebanyakan orang. Investasi menawarkan keuntungan bagi penanam modal baik dalam jangka pendek maupun panjang. Banyak strategi yang diterapkan untuk mendapatkan return yang tinggi, salah satunya adalah mempertimbangkan waktu yang tepat.
Pertimbangan waktu ini biasanya dimanfaatkan oleh para investor untuk menanamkan modalnya pada hari-hari tertentu, khususnya pada awal tahun baru. Fenomena ini dikenal dengan istilah january effect.
Pernahkah Anda mendengar istilah tersebut? Apa sebenarnya penyebab dari munculnya january effect? Untuk informasi lebih lengkapnya, mari simak penjelasan di bawah ini!
Pengertian January Effect
January effect adalah fenomena di mana pasar saham mengalami kenaikan harga pada bulan Januari. Fenomena ini dianggap sebagai sebuah harapan akibat adanya penurunan harga pada bulan Desember sebelumnya. Dengan kata lain, para penanam modal berusaha untuk mencoba peruntungan mereka kembali di tahun yang baru.
Kenaikan harga saham tersebut seiring dengan para investor yang menutup perdagangan di akhir tahun. Maksudnya adalah kebanyakan para investor akan melepas kepemilikan saham mereka di bulan Desember yang menyebabkan harga saham menjadi turun. Namun, ketika memasuki tahun baru, harga saham turun tersebut menjadi peluang untuk dibeli dengan harga murah.
Seiring berjalannya waktu, harga saham tersebut akan terus meningkat hingga akhirnya bisa dijual pada akhir bulan Januari. Terlihat sangat menguntungkan, bukan?
Sejarah January Effect
Menurut sejarahnya, fenomena january effect ditemukan pertama kali oleh Sidney Wachtel pada tahun 1942. Beliau adalah seorang analis pasar saham yang menganalisis dan mempelajari data IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) khususnya pada tahun 1925.
Dari hasil analisisnya tersebut, dirinya menemukan bahwa ada penurunan harga saham pada bulan November dan Desember. Setelah itu, harga tersebut mengalami kenaikan kembali pada bulan Januari.
Awalnya, fenomena ini belum dikenal secara luas di kalangan para penanam modal atau pasar saham. Fenomena ini mulai dikenal secara luas dan menjadi perhatian masyarakat sejak terbitnya sebuah artikel berjudul “The January Barometer” dari majalah Barron’s.
Isi dari artikel tersebut kurang lebih sama dengan hasil analisis dari Wachtel yang mengatakan bahwa ada perkiraan kenaikan harga IHSG di awal tahun. Sejak itulah, january effect menjadi perhatian di pasar saham terlebih bagi para investor.
Dilansir dari OCBC NISP, di Indonesia sendiri juga mengalami fenomena ini dalam 30 tahun terakhir sejak tahun 1991–2020. Namun, dalam jangka waktu tersebut, tingkat IHSG tidak selalu mengalami kenaikan tiap bulan Januari. Pada tahun-tahun tertentu, seperti pada tahun 2020, IHSG mengalami penurunan pada awal tahun tersebut. Jadi, fenomena ini tidak selalu memberi harapan adanya peningkatan IHSG.
Penyebab January Effect
Walaupun january effect tidak terjadi setiap tahun, ada beberapa penyebab umum yang memunculkan fenomena ini. Berikut adalah beberapa penyebabnya:
1. Lonjakan investor yang mengalokasikan dana akhir tahun
Bulan Desember menjadi waktu yang tepat untuk menutup pembukuan keuangan perusahaan dan menjadi momen yang dinanti-nanti. Pasalnya, rentang waktu dari bulan Desember sampai Januari, biasanya para pekerja atau pebisnis akan mendapat bonus tambahan dari tempat kerjanya masing-masing.
Dengan semangat mengawali tahun yang baru, mereka biasanya berbondong-bondong untuk membeli produk saham dengan harapan akan mendapat return. Inilah yang menyebabkan IHSG pada bulan Januari menjadi meningkatnya karena tingginya minat investor untuk bertransaksi di pasar saham.
2. Menghindari produk saham terkena koreksi
Untuk menghindari produk saham terkena koreksi seperti produk komoditas, biasanya investor akan memilih menjual produk mereka dan membelinya kembali di awal tahun. Dengan begitu, produk saham mereka tidak akan terimbas dari penurunan penawaran komoditas akibat kondisi ekonomi ataupun faktor lainnya.
3. Kebijakan pemerintah
Salah satu yang bisa menjadi penyebab fenomena january effect adalah adanya kebijakan pemerintah yang baru pada awal tahun. Tidak jarang pemerintah melakukan perubahan kebijakan fiskal dan moneter setiap bulan Januari. Tentu kebijakan ini akan memengaruhi transaksi di pasar saham karena IHSG bergantung pada permintaan dan penawaran pasar.
Jika pemerintah membuat kebijakan yang menjanjikan atau positif, investor mungkin akan mempertimbangkan untuk membeli saham pada awal tahun. Dengan begitu, IHSG pun akan naik seiiring berjalannya waktu hingga akhir bulan.
Strategi Investasi Saham Memanfaatkan January Effect
Untuk memanfaatkan momentum january effect, ada beberapa strategi investasi saham yang bisa Anda terapkan, yaitu:
1. Analisis keamanan nilai saham
Strategi pertama yang perlu Anda pertimbangkan adalah memantau dan menganalisis terlebih dahulu keamanan nilai saham. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa saham yang dibeli memiliki potensi untuk meningkat di masa mendatang.
Caranya adalah dengan menganalisis kondisi ekonomi yang bisa mempengaruhi kinerja perusahaan, mengevaluasi laporan keuangan perusahaan, dan sebagainya. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan gambaran jelas mengenai prospek keuntungan yang akan didapatkan.
2. Pilih saham dengan tingkat likuiditas tinggi
Perlu Anda pahami bahwa tidak semua produk saham terpengaruh oleh fenomena january effect. Untuk itu, penting untuk Anda melakukan riset dan analisis terlebih dahulu mengenai produk yang akan dibeli.
Anda bisa memilih produk dengan likuiditas tinggi. Artinya, produk ini memiliki harga permintaan dan penawaran yang cenderung tinggi sehingga bisa jadi peluang baik untuk mendapatkan return di masa depan.
Produk dengan likuiditas tinggi juga akan mudah dijual kembali karena tingginya minat investor terhadap produk saham tersebut.
3. Tentukan jangka waktu investasi
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi, Anda perlu menentukan dan mempertimbangkan jangka waktu investasi Anda. Momen january effect bisa dimanfaatkan sebagai batu loncatan untuk memulai menanamkan modal jangka panjang.
Untuk itu, pastikan Anda juga sudah melakukan analisis pasar dengan tepat dan bijak agar bisa mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan IHSG di masa mendatang.
4. Diversifikasi portofolio investasi
Strategi terakhir yang bisa diterapkan adalah jangan fokus pada satu produk saham saja. Anda bisa juga membeli produk di berbagai sektor industri untuk meminimalisasi risiko kerugian.
Dari diversifikasi produk ini, Anda dapat memantau produk saham mana saja yang cenderung sering turun dan mana yang berpotensi memberi keuntungan.
Jadi, apakah Anda tertarik untuk memanfaatkan momen january effect? Pahami penyebab dan strategi yang cocok digunakan agar investasi saham Anda bisa memberikan return menguntungkan untuk masa depan.