Lompat ke konten
Daftar Isi

Velocity of Money: Definisi, Rumus, dan Faktor yang Mempengaruhi

Velocity of money

Kondisi perekonomian sebuah negara diukur dengan berbagai metrik, mulai dari pertumbuhan produksi dan konsumsi negara tersebut (GDP, GNP dan lain sebagainya), inflasi dan lain sebagainya. Salah satu matriks yang seringkali digunakan adalah velocity of money atau tingkat perputaran uang. 

Definisi Velocity of Money

Velocity of money adalah metrik yang digunakan untuk menggambarkan seberapa sering satu unit mata uang berpindah tangan dalam satu periode tertentu (biasanya dalam satu tahun). Semakin sering uang digunakan untuk membeli barang dan jasa (berpindah tangan), maka semakin baik pula kondisi perekonomian di negara tersebut. 

Untuk memudahkan pemahaman, Anda bisa menyimak ilustrasi berikut. Misalnya, Anda memiliki uang sebanyak US$ 1 dolar yang Anda gunakan untuk mengeringkan baju di laundromat. Pemilik laundromat tersebut lantas menggunakan uang koin yang sama untuk membayar karyawannya, jadi uang tersebut berpindah 2 kali. Karyawan lantas menggunakannya untuk membeli kebutuhan sehari-hari di Supermarket. Dari ilustrasi ini dapat disimpulkan kalau perputaran uang 1 dolar tersebut atau velocity of money adalah sebanyak 4 kali selama sebulan dari Anda sampai ke supermarket. 

Velocity of money adalah salah satu indikator yang menunjukkan kualitas ekonomi sebuah negara. Ketika tingkat velocity of money sebuah negara cukup tinggi, maka perekonomian negara tersebut dapat dikatakan sedang baik-baik saja. Hal ini karena uang yang dimiliki oleh masyarakat terus digunakan untuk membeli sesuatu (barang atau jasa). Sebaliknya, ketika perekonomian sedang lemas atau tidak tentu, tingkat velocity of money akan rendah karena uang masyarakat hanya akan disimpan di bank (tidak digunakan untuk membeli barang dan jasa). 

Rumus Velocity of Money

Rumus untuk mencari nilai velocity of money sebuah negara adalah:

Velocity of Money = GDP/ Money Supply

Money supply adalah jumlah uang beredar. Biasanya, ekonom membagi jumlah uang beredar ini ke dalam 2 kategori, yaitu M1 dan M2. M1 adalah sejumlah uang yang siap dipakai oleh masyarakat untuk berbelanja. Termasuk diantaranya adalah uang tunai (cash), setara cash atau tabungan di bank yang siap digunakan untuk transaksi. 

Adapun M2 adalah kategori yang berisi sejumlah uang yang beredar yang tidak digunakan untuk transaksi secara langsung, entah itu disimpan di deposito bank, diinvestasikan dalam bentuk saham atau di pasar uang, likuiditas cadangan perbankan dan lain sebagainya. Untuk mencari velocity of money, ekonom menggunakan baik M1 maupun M2. 

Misalnya, dalam satu tahun, GDP Indonesia sebesar 2.000 triliun rupiah. Jika jumlah uang beredar adalah 500 miliar (M1) dan 800 miliar (M2), maka tingkat velocity of money Indonesia pada tahun tersebut adalah:

Velocity of Money = 2000/ 500 + 800 = 2.000/1.300 = 1,538. Ini artinya rata-rata uang senilai 1 rupiah di Indonesia digunakan sebanyak 1,538 kali dalam satu tahun. 

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Velocity of Money

Secara garis besar, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi velocity of money adalah faktor-faktor yang bisa mempengaruhi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Diantaranya adalah:

  1. Kebijakan moneter. Ketika Bank Indonesia menjalankan kebijakan moneter ekspansif dengan menurunkan suku bunga acuan, maka akan lebih banyak dana yang bisa dipinjamkan oleh bank untuk nasabah, sehingga jumlah uang yang bisa dibelanjakan oleh masyarakat juga meningkat (velocity of money meningkat juga). 
  2. Suku bunga yang rendah atau turun. Dalam level perbankan umum, turunnya suku bunga acuan akan membuat suku bunga deposito dan kredit akhirnya menurun. Dengan cara ini, diharapkan nasabah akan lebih banyak mengambil pinjaman karena bunga pinjaman turun dan enggan menabung karena rendahnya bunga tabungan. 
  3. Pendapatan perkapita masyarakat. Semakin tinggi pendapatan perkapita yang siap dibelanjakan oleh masyarakat, semakin banyak pula uang akan akan digunakan oleh mereka untuk belanja barang dan jasa. Akibatnya, tingkat velocity of money juga meningkat. 
  4. Stimulus fiskal. Peningkatan jumlah uang yang beredar dan tingkat kecepatan peredaran uang juga bisa dipengaruhi oleh stimulus fiskal yang diberikan oleh pemerintah. Stimulus fiskal ini seperti, pemotongan pajak, banyaknya bantuan langsung tunai dan lain sebagainya.
  5. Perilaku konsumen. Ada kalanya suku bunga sudah dibuat serendah mungkin atau pajak juga sudah dipotong, tapi tingkat kecepatan peredaran uang di masyarakat belum juga semakin cepat. Hal ini bisa dipengaruhi oleh karena adanya perubahan drastis dari perilaku konsumen. Contoh, suku bunga pinjaman sudah dibuat serendah mungkin tapi masyarakat tidak banyak yang mengambil kredit karena adanya persepsi yang semakin kuat kalau bank hanya menguntungkan orang kaya atau transaksi di bank adalah haram. 
  6. Perkembangan teknologi keuangan. Jumlah peredaran uang di masyarakat juga bisa dipengaruhi oleh kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi keuangan. Misalnya, kartu ATM, QRIS atau virtual account yang membuat perpindahan uang dari satu pihak ke pihak lain semakin mudah. 

Dampak Velocity of Money

Tingkat kecepatan peredaran uang (velocity of money) dalam suatu negara adalah salah satu indikator klasik tingginya inflasi. Sederhananya, secara teoritis, semakin tinggi tingkat kecepatan peredaran uang, potensi inflasi juga semakin tinggi. 

Velocity of money juga merupakan salah satu indikator kesehatan perekonomian suatu negara. Investor bisa melihat bahwa jika perputaran uang di negara tersebut cukup cepat dan cenderung meningkat, maka kondisi perekonomian di dalamnya sedang menggeliat, begitu pula sebaliknya. 

Namun demikian, tingkat kecepatan peredaran uang hanya satu diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi inflasi maupun kesehatan ekonomi suatu negara. Terkadang, tingkat perputaran uang di suatu negara bagus, namun pertumbuhan ekonomi negara tersebut masih melambat atau bahkan jelek. Baik investor maupun peneliti harus lebih berhati-hati dalam menganalisis penyebab inflasi yang tinggi maupun perekonomian yang memburuk. Karena memburuknya perekonomian suatu negara tidak serta merta disebabkan oleh tinggi rendahnya uang yang beredar di masyarakat.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *