Lompat ke konten
Daftar Isi

Bear Market: Definisi, Ciri-Ciri, Contoh

bear market

Jika bull market adalah keadaaan di pasar modal saat saham naik, maka bear market adalah keadaaan saat saham jatuh.

Mari kita lihat definisi sebenarnya dari istilah bear market, apa yang menyebabkannya terjadi, perbedaan antara pasar naik dan pasar turun, dan konsep utama lainnya yang harus diketahui oleh Anda sebagai investor.

Pengertian Bear Market

Bear market merupakan kondisi di mana terjadi penurunan nilai pasar saham sebesar 20% atau lebih.

Di Indonesia, istilah ini biasanya digunakan untuk menggambarkan kinerja IHSG, yang dianggap sebagai indikator utama dari seluruh pasar saham. Namun, istilah bear market juga dapat digunakan untuk merujuk pada indeks saham lain atau saham individu yang mengalami penurunan 20% atau lebih.

Sebagai contoh, ketika ledakan bubble dot com terjadi pada tahun 1999 dan 2000, indeks Nasdaq dikatakan masuk ke dalam kondisi bear market. Selain itu, ketika suatu saham melaporkan pendapatan buruk dan mengalami penurunan 30%, maka saham tersebut dapat dikatakan berada dalam area bear market.

Meskipun sering digunakan secara bergantian, istilah bear market dan koreksi pasar saham memiliki makna yang berbeda. Koreksi pasar saham terjadi ketika terjadi penurunan harga saham sebesar 10% atau lebih, dan dapat meningkat menjadi bear market jika penurunan mencapai 20% atau lebih.

Penyebab Bear Market

Penyebab umum dari bear market adalah ketakutan atau ketidakpastian dari investor itu sendiri, tetapi ada banyak juga kemungkinan penyebabnya. Selama pandemi COVID-19 yang berdampak global terjadi penurunan pasar saham di tahun 2020, penyebab historis lainnya meliputi spekulasi investor yang meluas, pinjaman yang tidak bertanggung jawab, kenaikan harga minyak, investasi yang terlalu leverage, dan masih banyak lagi.

Bear Market vs. Bull Market

Bull market merupakan kebalikan dari bear market, di mana terjadi kenaikan harga saham yang berkelanjutan. Kondisi ini biasanya didukung oleh meningkatnya kepercayaan konsumen, rendahnya tingkat pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi yang kuat.

Umumnya, bull market dianggap terjadi ketika terjadi kenaikan harga saham sebesar 20% dari posisi terendah yang dicapai dalam bear market, meskipun definisi tersebut tidak selalu berkutat pada definisi bear market. Investor biasanya menandai awal bull market saat terjadi dasar bear market.

Sebagai contoh, pada krisis finansial tahun 2009, S&P 500 mencapai titik terendahnya, dan kenaikan harga selanjutnya dianggap sebagai awal bull market yang berlangsung hingga awal 2020.

“Kenaikan” dari Bear Market

Satu perbedaan penting antara bull market dan reli dari bear market adalah pada bull market memiliki tren naik yang berkelanjutan dalam saham, dan biasanya menghasilkan capaian harga tertinggi baru.

Di sisi lain, reli dari bear market mengacu pada kenaikan harga saham setelah terjun ke bear market, tetapi kenaikan itu hanya kenaikan sementara sebelum menuju posisi terendah yang baru. Untuk membayangkan konsep ini, perhatikan bagaimana bear market 2007 hingga 2009 terjadi.

Setelah mencapai titik tertinggi baru pada tahun 2007, pasar saham runtuh pada tahun 2008 setelah krisis subprime lending yang mengakibatkan beberapa bank besar mengalami kegagalan. Setelah dana talangan diumumkan pada akhir 2008, pasar mulai naik, tetapi akhirnya berbalik arah dan mencapai posisi terendah baru di bear market pada Maret 2009.

Bagaimana Cara Berinvestasi pada Bear Market

Bear market pasti menjadi suatu hal yang menakutkan bagi para investor karena menyebabkan nilai portofolio para investor menurun. Di sisi lain, bear market ternyata bisa menjadi peluang untuk membuat uang berkembang dalam jangka panjang sambil mendagangkan saham dengan harga diskon.

Mengingat hal itu, berikut beberapa aturan yang dapat Anda gunakan untuk berinvestasi di bear market dengan cara yang benar:

1. Pikirkan jangka panjang

Salah satu hal terburuk yang dapat Anda lakukan di bear market adalah membuat reaksi spontan terhadap pergerakan pasar. Investor rata-rata memiliki kinerja buruk di pasar saham secara keseluruhan dalam jangka panjang karena mereka masuk dan keluar posisi saham dengan terlalu cepat.

Ketika saham jatuh dan seolah-olah akan terus jatuh selamanya, para investor pastinya memiliki naluri untuk menjual sahamnya dengan dalih “sebelum keadaan menjadi lebih buruk”. Kemudian, ketika bull market terjadi dan saham terus mencapai nilai tertinggi baru, para investor memasukkan uang mereka karena takut kehilangan keuntungan.

Prinsip utama berinvestasi adalah membeli rendah dan menjual tinggi, tetapi dengan bereaksi secara emosional terhadap perubahan pasar, Anda benar-benar melakukan yang sebaliknya. Investasikanlah hanya dalam saham yang ingin Anda miliki dalam jangka panjang.

2. Fokuslah pada kualitas

Ketika bear market melanda, bukan rahasia umum jika banyak perusahaan yang memutuskan untuk gulung tikar. Mengutip dari Warren Buffett, “Saat air pasang surut, saat itulah kita mengetahui siapa yang berenang telanjang.”

Dengan kata lain, ketika ekonomi memburuk, perusahaan yang tidak memiliki keunggulan cenderung memiliki kinerja buruk, sementara perusahaan berkualitas tinggi cenderung berkinerja lebih baik.

Selama masa bear market yang tidak pasti ini, penting bagi para investor untuk fokus pada perusahaan yang memiliki neraca yang kokoh dan keunggulan kompetitif yang jelas dan tahan lama.

3. Jangan mencoba memprediksi harga terendah

Mencoba memprediksi timing pasar yang tepat pada umumnya merupakan suatu kebodohan. Satu hal yang perlu diingat selama bear market ini Anda tidak akan berinvestasi pada perusahaan yang berkualitas rendah. Belilah saham karena Anda ingin memiliki bisnis dalam jangka panjang, bahkan jika harga saham turun sedikit setelah Anda membelinya.

4. Bangun aset seiring waktu

Tip ini sejalan dengan tip sebelumnya. Alih-alih mencoba menghitung waktu yang telah berlalu dan membuang semua uang Anda sekaligus, strategi yang lebih baik selama bear market ini adalah membangun posisi saham Anda secara bertahap dari waktu ke waktu, bahkan harga terendah yang sekiranya akan mereka dapatkan. Dengan cara ini, jika Anda salah dan saham terus turun, Anda akan dapat memanfaatkan harga baru yang lebih rendah daripada duduk pada posisi yang serba salah.

Contoh Bear Market

Bear market merupakan hal yang cukup umum. Sejak tahun 1900 setidaknya ada 33 kasus bear market, jadi rata-rata bear market terjadi setiap 3,6 tahun sekali. Mari kita lihat beberapa contoh bear market baru-baru ini:

1. Bubble dot com pada tahun 2000-2002

Meningkatnya penggunaan internet pada akhir 1990-an menyebabkan suatu gelembung spekulatif yang besar-besaran dalam saham teknologi. Semua indeks utama jatuh ke bear market setelah gelembung tersebut pecah yang mengakibatkan Nasdaq terpukul sangat keras dimana pada akhir 2002, di mana indeksnya turun hingga sekitar 75%.

2. Krisis keuangan 2008-2009

Karena gelombang pinjaman subprime mortgage dan pengaliran pinjaman ini menjadi sekuritas, krisis keuangan menyebar ke seluruh dunia pada tahun 2008. Banyak bank bangkrut dan menyebabkan dana talangan besar-besaran diperlukan untuk mencegah sistem perbankan Amerika Serikat runtuh. Pada posisi terendah Maret 2009, S&P 500 mengalami penurunan nilai saham hingga lebih dari 50%.

3. Tragedi COVID-19

Bear market 2020 dipicu oleh pandemi COVID-19 yang menyebar di seluruh dunia dan menyebabkan sektor ekonomi berhenti di sebagian besar negara maju, termasuk Amerika Serikat. Cepatnya penurunan ekonomi ini mengakibatkan penurunan pasar saham ke dalam bear market pada awal tahun 2020 adalah penurunan yang paling cepat dalam sejarah.

Pratomo Eryanto

Pratomo Eryanto

Pratomo Eryanto memiliki motto "Investasi tidak harus membosankan". Sebagai penggiat dunia pasar saham, Pratomo memiliki misi meningkatkan literasi finansial masyarakat Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *