Dalam sebuah bisnis baik skala kecil atau besar BEP (break even point) dalam perhitungan keuntungan. Tujuan utama menghitung titik impas yakni memastikan kemampuan perusahaan memenuhi target penjualan yang telah ditentukan. Artikel ini akan membahas secara detail cara menghitung BEP usaha kecil seperti usaha restoran, jasa, atau makanan.
Target perusahaan ketika mengoperasikan usaha mereka yaitu menghasilkan untung/laba. Banyak sedikitnya untung yang diperoleh kerap digunakan sebagai standar berhasil atau gagalnya pemilik dalam menjalankan tata kelola perusahaan. Situasi yang fluktuatif dihadapi sebuah usaha kecil atau perusahaan bisa menjadi faktor utama yang menentukan kelancaran aktifitas operasional.
Membuat rencana laba membutuhkan alat bantu yaitu analisis break even point yang mencari korelasi dari biaya tetap, biaya variable, laba dan volume penjualan. Dengan begitu dalam sebuah perusahaan harus berupaya semaksimal mungkin mencegah kerugian atau impas.
Pengertian BEP
BEP (break even point) adalah kondisi saat sebuah perusahaan belum menghasilkan laba namun juga tak rugi. Sederhananya, BEP merupakan titik impas suatu usaha. Fungsi analisis BEP adalah untuk menghitung banyaknya produk atau jasa yang perlu dijual di harga tertentu agar bisa mengganti seluruh modal.
Di samping itu, BEP pun sering dikatakan sebagai situasi operasional di mana perusahaan belum menghasilkan profit, namun juga tak mengalami kerugian. Perhitungan BEP biasanya difungsikan dalam menganalisis perusahaan telah meraih BEP atau belum.
Meski begitu penghitungan BEP tersebut pun bisa difungsikan dalam menghitung jumlah volume penjualan dan kaitannya dengan kemampuan meraih laba sesuai jumlah penjualan. Perhitungan titik impas ini sangat krusial agar bisnis pertama Anda sukses.
Setiap pemilik perusahaan tak terkecuali usaha kecil tentu harus dapat menghitung berapa BEP dari bisnis yang dijalankan.
Kegunaan BEP antara lain :
- Sarana perencanaan penjualan maupun perencanaan produksi, sehingga perusahaan setidaknya tak mengalami kerugian.
- Memudahkan dalam membuat analisis perubahan harga pokok, harga jual, ataupun volume produksi maupun hasil penjualan.
- Memastikan supaya volume produksi maupun penjualan tidak lebih sedikit dibanding angka BEP.
- Membuat harga penjualan yang harus digunakan sehingga akan memperoleh untung yang telah ditetapkan. Itu pun bisa dimaksudkan jika jumlah produksi harus dihitung agar mendapatkan laba itu.
- Menghitung total minimum penjualan yang harus dicapai supaya perusahaan tidak merugi. Total minimum penjualan yaitu jumlah produksi paling sedikit yang harus dihasilkan perusahaan.
- Memudahkan mencari pemodal, termasuk jika ingin mencari investor dari luar negeri.
Cara Menghitung BEP Usaha Kecil
Dalam perhitungan BEP, beberapa komponen yang harus dimasukkan adalah sebagai berikut :
- Fixed Cost, yaitu biaya tetap yang tidak berpengaruh ke aktivitas produksi langsung.
- Variable cost, adalah komponen biaya dinamis yaitu jumlah biaya per unit di mana ini dipengaruhi skala produksi. Bilamana produksinya naik, lazimnya variable cost juga naik. Misalnya listrik, gaji pegawai, bahan baku, dan lainnya.
- Selling Price, yaitu harga jual setiap unit barang atau jasa yang telah dibuat yang siap untuk dijual ke konsumen.
Dalam menghitung break even point, biasanya dikelompokkan menjadi 2 bagian meliputi BEP dasar penjualan dan BEP dasar unit.
Supaya makin jelas, di bawah ini contoh cara menghitung BEP usaha kecil:
Pak Banu memiliki bisnis pabrik kaos yang termasuk dalam skala kecil. Setiap bulan usaha itu diselesaikan membuat 100 kaos. Sedangkan harga setiap kaos dipatok Rp.100.000. Biaya variable untuk setiap potong kaos kurang-lebih Rp.50.000, kemudian rata-rata yang harus dikeluarkan setiap tahun sebagai biaya tetap sebesar Rp.5.000.000. Berapa jumlah kaos yang harus dibuat? Berapa harga setiap kaos agar dapat memenuhi BEP?
Penyelesaian: mula-mula dihitung jumlah kaos yang harus dibuat lebih dahulu supaya memenuhi BEP.
Rumus untuk menghitung break even point Unit Produk adalah BEP = FC/(P-VC)
Di mana :
FC = Fixed Cost atau biaya tetap
P = Price atau harga
VC = Variable Cost atau biaya tak tetap
Sehingga perhitungan BEP Unit Produk adalah sebagai berikut = 5000.000/(100.000 – 50.000) = 100 potong kaos
Rumus untuk menghitung BEP Unit Rupiah adalah : FC/(1-(VC/P))
Sehingga perhitungannya = 5.000.000/(1-(50.000/100.000)) = 10.000.000
Oleh karena itu usaha kaos itu wajib menghasilkan omzet penjualan hingga Rp. 10.000.000 supaya memenuhi besaran BEP.
Sementara untuk memastikan jika perhitungan break even point usaha kecil tadi sudah betul yaitu dengan mengalikan nilai unit BEP dengan harga jual setiap unit. Sehingga perhitungannya, BEP = 100 x Rp.100.000 = Rp. 10.000.000
Contoh lain cara menghitung BEP Usaha Kecil:
CV. SambalBajak mempunyai beberapa data dan rencana produksi seperti tertera di bawah ini :
Biaya tetap bulan Maret sebesar Rp. 70.000.000 yang terbagi dalam beberapa komponen berikut :
- Biaya gaji pekerja Rp.35.000.000
- Biaya penyusutan mesin Rp.1.000.000
- Biaya sewa bangunan Rp.15.000.000
- Biaya sewa pabrik Rp.19.000.000
- Biaya variable per unit Rp 35.000 yang tersusun dari beberapa komponen berikut : biaya bahan baku Rp 17.000; biaya tenaga kerja langsung Rp 10.000; biaya lain-lain Rp 7.500.
- Harga jual per unit Rp. 55.000
Perhitungan BEP Unitnya adalah sebagai berikut :
BEP Unit = Biaya Tetap / (Harga Jual Per Unit – Biaya Variabel Per Unit)
BEP Unit = Rp 70.000.000 / (Rp 55.000 – Rp 35.000)
BEP Unit = Rp 70.000.000 / Rp 20.000
BEP Unit = Rp 3.500
Sehingga BEP per unit dari CV Sambalbajak yaitu sebesar Rp. 3.500/unit
Sementara cara menghitung BEP Rupiah menggunakan rumus adalah BEP = Biaya Tetap / (Kontribusi Margin Per Unit / Harga Jual Per Unit)
BEP Rupiah = Rp 70.000.000 / (Rp 20.000 / Rp 55.000)
BEP Rupiah = Rp 70.000.000 / 0.3636
BEP Rupiah = Rp 192.519.252
Sehingga, BEP Rupiah CV Sambalbajak yaitu sebesar Rp 192.519.252
Kesimpulan
Menghitung BEP untuk tiap perusahaan, tak terkecuali usaha kecil adalah bagian dari perencanaan yang harus dijalankan pemilik usaha. Sebab dengan dilakukannya perhitungan analisis BEP maka besaran biaya tetap dan biaya variable bisa diketahui dengan tepat.
Di samping itu jumlah minimal barang yang mesti dibuat atau dijual bisa digunakan sebagai standar untuk pemilik usaha agar dapat memenuhi atau melampaui angka BEP sehingga tujuan perusahaan agar mendapatkan laba untuk mempertahankan kelangsungan usaha bisa terwujud. Dan dalam jangka panjang, bisnis pun makin berkembang dengan volume produksi makin besar.
Faktor yang mempengaruhi nilai BEP terdiri dari: biaya tetap, biaya variable, harga jual dan volume penjualan.
Jika tingkat produksi atau penjualan berubah lalu harga jual barang per unit berubah sementara beberapa faktor lain yaitu biaya variable per unit dan biaya tetap tak berubah tentu akan menentukan pula nilai break even point. Jika biaya tetap meningkat sementara biaya lain tak berubah tentu nilai BEP otomatis meningkat sementara laba langsung berkurang.