Saham energi adalah saham dari perusahaan yang memperdagangkan produk dan jasa yang berhubungan dengan ekstraksi energi tak terbarukan maupun energi terbarukan (alternatif). Pemasukan keuntungannya secara langsung terpengaruh harga komoditas dunia, misalnya: pertambangan minyak bumi, gas alam, dan batu bara.
Di sektor energi, banyak saham yang memiliki kinerja baik maupun kinerja buruk. Penting bagi investor untuk memahami prospek jangka panjang dari emiten serta kondisi laporan keuangan setahun terakhir untuk memilih investasi di perusahaan mana.
Berikut daftar saham energi terbaik yang melantai di Bursa Efek Indonesia di 2022 berikut kinerjanya:
1. Elnusa (ELSA)
PT Elnusa Tbk meneruskan performa keuangannya yang spektakuler dengan berkonsentrasi ke strategi bisnis jangka panjang. Salah satu perusahaan energi terbesar di Indonesia ini berhasil membukukan pendapatan usaha sebesar 8,5 triliun rupiah. Jumlah ini meningkat sebanyak 2,8 triliun dari pendapatan pada periode September 2021 yang bernilai 5,7 triliun rupiah. Tidak hanya pendapatan, laba perusahaan ini juga menunjukkan peningkatan pada periode September 2021- September 2022 dari yang awalnya sebesar 47 miliar rupiah menjadi lebih dari 300 miliar rupiah.
Dua hal utama cenderung memberikan dampak pada kinerja keuangan perusahaan ini yaitu berkepanjangannya wabah pandemi Covid-19 dan mundurnya sejumlah proyek dari KKKS. Meski begitu performa keuangan Elnusa selama tahun 2022 ini masih menunjukkan performa positif.
2. Medco Energi (MEDC)
Permintaan energi yang anjlok membuat performa PT Medco Energi Internasional Tbk pun menurun. Upaya yang dilakukan korporasi untuk membenahi kinerja tentu sangat dipengaruhi adanya peningkatan demand dan juga harga komoditas. Lainnya adalah berkurangnya beban utang yang selama ini ditanggungnya.
Pada September 2022, Medco membukukan besar keuntungan sebesar US$ 415 juta. Tentu hasil ini merupakan hasil yang baik mengingat bahwasanya selama beberapa tahun, perusahaan ini terus membukukan kerugian.
3. Perusahaan Gas Negara (PGAS)
PGAS adalah saham energi terbarukan yang memiliki status sebagai BUMN. Hingga kuartal III 2022, perusahaan ini tercatat memiliki rekam jejak pendapatan dan laba yang cukup bagus. Dalam laporan keuangan kuartalan milik mereka, PGN menulis bahwa dari Januari hingga September 2022, perusahaan berhasil mendapatkan pendapatan sebesar 2,6 juta USD. Jumlah ini sedikit naik dibandingkan periode yang sama di tahun 2021 yang mana pendapatan PGN adalah sebesar 2,2 juta USD.
Dari segi laba, laba PGN juga meningkat nyaris 4 kali lipat dari 84 juta USD di September 2020 menjadi 329 juta USD pada September 2021 dan naik lagi menjadi 366 juta USD pada September 2022. Menurut pihak perusahaan, salah satu penyebab kenaikan ini adalah karena tingginya permintaan oksigen medis saat pandemi.
4. Adaro Energy (ADRO)
Adaro adalah salah satu perusahaan energi swasta di Indonesia paling ternama sehingga termasuk dalam kategori perusahaan blue chip. Sektor bisnisnya juga sangat terdiversifikasi sehingga dapat dianggap sebagai salah satu saham energi paling menjanjikan bagi investor.
Harga batubara dunia terus melejit. Karenanya masa depan emiten batubara pun masih dapat tumbuh, termasuk PT Adaro Energy. Menurut data dari laporan keuangan triwulan ketiga 2022, Adaro membukukan pendapatan yang cukup solid. Tercatat pendapatan dan laba perusahaan ini masing-masing sebesar 5,9 miliar USD dan 2,1 miliar USD.
Dibandingkan September tahun 2020 lalu, tentu nilai ini merupakan pencapaian yang cukup besar mengingat ketika itu Adaro harus menelan kerugian hingga 88 juta USD.
5. PT AKR Corporindo (AKRA)
PT AKR Corporindo Tnk adalah perusahaan yang bergerak di bidang jual beli bahan bakar minyak, bahan kimia dasar, pelumas dan logistik. Sejak awal tahun 2022, harga saham AKRA terus mengalami trend yang positif. Saat ini saham perusahaan ini diperjualbelikan dengan harga 1325 rupiah per lembar.
Peningkatan harga saham ini didukung dengan kinerja keuangan yang solid. Hingga September 2022, pendapatan yang diperoleh AKRA naik nyaris 100% dari 17 triliun rupiah di September tahun sebelumnya menjadi 34 triliun rupiah. Sementara itu, labanya juga naik dari 836 miliar menjadi 1,2 triliun rupiah pada periode yang sama.
Performa usaha penyaluran bahan bakar minyak yang ditangani AKRA menunjukkan peningkatan dari saat mewabahnya pandemi Covid-19. Faktor tersebut disebabkan pertumbuhan ceruk pasar pada kategori batubara serta normalnya volume penjualan Freeport.
6. PT Indika Energy Tbk (INDY)
Indika Energy adalah perusahaan energi yang tidak hanya bergerak di bidang distribusi dan pengolahan bahan bakar fosil, tetapi juga sudah merambah bahan bakar terbarukan dari panel surya.
Sebenarnya kinerja perusahaan ini selama tahun 2021 cukup baik. Hanya saja hingga September, perusahaan ini masih membukukan kerugian. Dilansir dari laporan keuangan kuartalan milik mereka, INDY pada September 2022 mencatatkan keuntungan sebesar 449 juta USD. Kondisi ini tentu lebih baik jika dibandingkan keuangan Indy pada September 2021 yang masih mengalami kerugian.
7. Energi Mega Persada (ENRG)
Perusahaan minyak dan gas, PT Energi Mega Persada Tbk. sukses mencatatkan peningkatan pendapatan pada triwulan tiga tahun 2021. Dibandingkan tahun sebelumnya, pendapatan ENRG menurun menjadi 113,82 juta USD.
Namun demikian, laba perusahaan ini justru meningkat dari 15,5 juta USD pada September 2021 menjadi 18,3 juta USD pada September tahun 2022. Hal ini diperkirakan karena pajak penghasilan dan kerugian karena nilai tukar yang membengkak.
8. Bumi Resources (BUMI)
PT Bumi Resourcess TBk adalah salah satu perusahaan tambang yang dimiliki oleh Bakrie Group. Perusahaan ini berencana memproduksi sekitar 90 juta ton batu bara di tahun 2022 demi memanfaatkan momentum kenaikan harga batu bara.
Selain itu, di tahun 2022 perusahaan ini juga berencana untuk mengonversi Obligasi Wajib Konversi (OWK) milik mereka menjadi saham baru. seharga 50 rupiah per lembar saham. Jika Anda tertarik untuk membeli saham ini, sebaiknya Anda mempelajari keuangan perusahaan ini terlebih dahulu.
Secara garis besar, kinerja keuangan perusahaan ini pada tahun 2022 lebih baik daripada tahun 2021. Pada September 2022, BUMI berhasil mendapat pendapatan sebesar 1,39 miliar USD sementara pada periode yang sama di tahun 2021, pendapatan perusahaan ini hanya 666 juta USD. Dari segi laba, pada September 2022 Bumi berhasil membukukan laba lebih dari380 juta USD atau naik 5 kali lipat dibandingkan laba perusahaan ini pada September 2021 yang hanya sebesar 70 juta USD.
9. Super Energy (SURE)
Hingga Juni 2022, perusahaan ini bisa merealisasikan pendapatan sebesar 186 miliar rupiah . Namun sayangnya, laba bersih perusahaan ini justru negatif hingga 35,6 miliar rupiah. Hal ini karena beban pokok pendapatan yang harus dibayarkan perusahaan lebih besar dibandingkan pendapatannya.
Super Energy menjual gas berupa compressed natural gas (CNG), liquified petroleum gas (LPG), dan Condensate. Sebagian besar penjualan gas membidik perusahaan makanan maupun perusahaan pengolahan kapur. Sementara penjualan gas lainnya adalah ke industri tekstil dan rokok.
Strategi yang diambil korporasi yaitu berupaya memperoleh sumber gas baru, menempuh efisiensi, mendapatkan pembiayaan hutang berbunga murah serta mendongkrak penjualan.
10. Ratu Prabu Energi (ARTI)
PT Ratu Prabu Energi Tbk yang memiliki kode saham ARTI merupakan emiten energi yang menjalankan usahanya di sektor produksi dan jasa minyak dan gas bumi. Korporasi pun mengoperasikan usaha di pertambangan lain termasuk tambang emas dan batu bara. Selain itu, saham ARTI pun menguasai usaha properti.
Jumlah saham ARTI yang dimiliki umum sebanyak 7,8 miliar lembar dimana publik menguasai 57,5%, diikuti PT Ratu Prabu yang merupakan pengendali sebanyak 33%, dan DP Bukit Asam sebanyak 9,3%. ARTI adalah salah satu emiten terpengaruh COVID-19 dimana membukukan kerugian bersih sebanyak 42 miliar rupiah pada semester I 2022. Meskipun nilai ini cukup besar, pada dasarnya kinerja keuangan perusahaan ini membaik. Sebab, pada tahun 2020 di periode yang sama, ARTI merugi hingga 334 miliar rupiah.