Saham energi adalah saham dari perusahaan yang memperdagangkan produk dan jasa yang berhubungan dengan ekstraksi energi tak terbarukan maupun energi terbarukan (alternatif). Pemasukan keuntungannya secara langsung terpengaruh harga komoditas dunia, misalnya: pertambangan minyak bumi, gas alam, dan batu bara.
Di sektor energi, banyak saham yang memiliki kinerja baik maupun kinerja buruk. Penting bagi investor untuk memahami prospek jangka panjang dari emiten serta kondisi laporan keuangan setahun terakhir untuk memilih investasi di perusahaan mana.
Berikut daftar saham energi terbaik yang melantai di Bursa Efek Indonesia di 2022 berikut kinerjanya:
1. Elnusa (ELSA)
PT Elnusa Tbk meneruskan performa keuangannya yang spektakuler dengan berkonsentrasi ke strategi bisnis jangka panjang. Salah satu perusahaan energi terbesar di Indonesia ini berhasil membukukan pendapatan usaha sebesar 5,8 triliun rupiah atau naik sekitar 460 miliar dibandingkan dengan pendapatan bisnis perusahaan ini pada Juni 2022 lalu. Meskipun pendapatan mengalami peningkatan, namun laba perusahaan ini mengalami sedikit penurunan secara YoY dari 253 miliar menjadi 250 miliar pada Juni 2023. Sama seperti emiten lain di BEI yang mengalami kontraksi, hal ini juga disebabkan oleh peningkatan biaya perusahaan.
Lain halnya dengan harga saham. Pada 6 Agustus 2023 lalu, saham Elnusa menyentuh titik tertingginya dalam 5 tahun terakhir, yaitu Rp410 per lembar. Hal ini menyusul rally kenaikan harga pada saham ini yang terjadi sejak awal tahun.
2. Medco Energi (MEDC)
Sempat mengalami kerugian selama beberapa tahun, Medco terus melanjutkan trend positif kinerjanya pada triwulan pertama tahun 2023. Laba perusahaan ini naik 37,4% secara YOY dan menembus nilai USD$ 102 juta. 89 juta dari laba ini berasal dari operasional perusahaan yang dilanjutkan, sementara sisanya berasal dari operasional yang dihentikan.
Kinerja positif ini mendorong harga saham Medco untuk tetap stabil di atas Rp1.000. Pada Agustus 2022 lalu, harga saham perusahaan ini sempat dijual di angka Rp630-an per lembar sebelum akhirnya perlahan naik lebih dari dua kali lipat dan menembus nilai Rp1.300 per lembar pada akhir Januari.
3. Perusahaan Gas Negara (PGAS)
PGAS adalah saham energi terbarukan yang memiliki status sebagai BUMN. Bergerak untuk melayani konsumen dari kalangan bisnis maupun rumah tangga, PGAS mencatatkan kenaikan pendapatan secara YoY pada Maret 2023. Pendapatan perusahaan ini naik dari 833 juta USD menjadi 933 USD.
Akan tetapi, kenaikan pendapatan ini tidak disertai dengan kenaikan laba akibat meningkatnya beban. Laba perusahaan ini sedikit menurun dari 139,6 juta USD menjadi 118,12 juta USD. Maka dari itu, tidak heran jika dari Maret 2023 sampai Agustus 2023 ini pergerakan harga saham PGAS cenderung sideways dengan rentang Rp1.300 sebagai titik terendah dan Rp1.450 sebagai titik tertinggi.
4. Adaro Energy (ADRO)
Adaro adalah salah satu perusahaan energi swasta di Indonesia paling ternama sehingga termasuk dalam kategori perusahaan blue chip. Sektor bisnisnya juga sangat terdiversifikasi sehingga dapat dianggap sebagai salah satu saham energi paling menjanjikan bagi investor.
Adaro belum melaporkan laporan tengah tahun 2023 mereka. Namun berdasarkan laporan 3 bulan pertama tahun 2023, perusahaan ini mengalami peningkatan kinerja yang cukup baik meskipun ada sentimen negatif pada saham batu bara. Tercatat laba perusahaan ini naik dari 486 juta dolar menjadi 532 juta dolar pada Maret 2023 secara YoY. Karena adanya kenaikan laba ini, maka tidak heran jika harga saham perusahaan ini juga perlahan-lahan terus naik setelah mengalami penurunan tajam dari akhir 2022 hingga Mei 2023.
5. PT AKR Corporindo (AKRA)
PT AKR Corporindo Tnk adalah perusahaan yang bergerak di bidang jual beli bahan bakar minyak, bahan kimia dasar, pelumas dan logistik. Sepanjang tahun 2023, harga saham AKRA terbilang volatile dengan Rp.1259 sebagai harga terendah dan Rp1.616 sebagai harga tertinggi.
Namun dari segi keuangan, bisnis perusahaan ini terbilang membaik. Biasanya, jika ada peningkatan pendapatan maka ada peningkatan laba atau peningkatan pendapatan tidak diikuti dengan peningkatan laba karena beban yang terlalu besar. Akan tetapi hal ini tidak berlaku pada AKRA. Selama tahun 2023, pendapatan perusahaan ini relatif stabil dan bahkan cenderung mengalami penurunan. Tapi, di sisi lain laba perusahaan ini meningkat dari 927 miliar rupiah menjadi 1,091 triliun rupiah.
Performa usaha penyaluran bahan bakar minyak yang ditangani AKRA menunjukkan peningkatan dari saat mewabahnya pandemi Covid-19. Faktor tersebut disebabkan pertumbuhan ceruk pasar pada kategori batubara serta normalnya volume penjualan Freeport.
6. PT Indika Energy Tbk (INDY)
Indika Energy adalah perusahaan energi yang tidak hanya bergerak di bidang distribusi dan pengolahan bahan bakar fosil, tetapi juga sudah merambah bahan bakar terbarukan dari panel surya. Saham dengan kode INDY ini mencatatkan penurunan pendapatan dan laba hingga Juni 2023. Pendapatan dan laba perusahaan ini masing-masing turun sebesar 13,7% dan 58,7% secara YoY.
Adapun mengenai harga sahamnya, dalam satu tahun teakhir ini saham INDY masih dilingkupi bearish trend. Sempat dijual dengan harga Rp3.300 per lembar pada Oktober tahun lalu, kini saham INDY dijual dengan harga Rp2.010 per lembar.
7. Energi Mega Persada (ENRG)
Harga saham perusahaan minyak dan gas, PT Energi Mega Persada Tbk mengalami peningkatan dalam beberapa bulan terakhir ini. Per 15 Agustus 2023, saham ini dijual dengan harga Rp246 per lembar atau naik 41 rupiah apabila dibandingkan dengan harganya pada akhir Mei lalu.
Boleh dibilang hal ini merupakan hal yang wajar mengingat ENRG mencatatkan peningkatan laba dari 10 juta dolar per Maret 2022 menjadi 17 juta dolar per Maret 2023. Peningkatan laba ini dapat terjadi meskipun pada saat yang bersamaan, pendapatan perusahaan ini menurun.
8. Bumi Resources (BUMI)
PT Bumi Resourcess TBk adalah salah satu perusahaan tambang yang dimiliki oleh Bakrie Group. Saham BUMI tercatat secara konsisten mengalami kenaikan harga dalam 3 bulan terakhir. Sempat dijual dengan harga Rp96 rupiah per Mei 2023 lalu, kini saham anggota Bakrie Group ini dijual dengan harga Rp140 per lembar.
Hal ini tak lepas dari sentimen positif yang menghinggapi salah satu perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia ini. Utang yang lunas ditambah dengan kemampuan mencetak laba sebesar 67 juta dolar (lebih tinggi 20 juta dibandingkan tahun sebelumnya) tentu akan membuat saham ini menjadi lebih menarik dimata investor.
9. Super Energy (SURE)
PT Super Energy membukukan peningkatan kerugian secara YoY pada Juni 2023. Sebelumnya, per Juni 2022 perusahaan ini mencatatkan rugi hingga 35,6 miliar rupiah pada pada Juni tahun ini rugi perusahaan meningkat menjadi 67 miliar.
Super Energy menjual gas berupa compressed natural gas (CNG), liquified petroleum gas (LPG), dan Condensate. Sebagian besar penjualan gas membidik perusahaan makanan maupun perusahaan pengolahan kapur. Sementara penjualan gas lainnya adalah ke industri tekstil dan rokok.
Strategi yang diambil korporasi yaitu berupaya memperoleh sumber gas baru, menempuh efisiensi, mendapatkan pembiayaan hutang berbunga murah serta mendongkrak penjualan.
10. Ratu Prabu Energi (ARTI)
PT Ratu Prabu Energi Tbk yang memiliki kode saham ARTI merupakan emiten energi yang menjalankan usahanya di sektor produksi dan jasa minyak dan gas bumi. Korporasi pun mengoperasikan usaha di pertambangan lain termasuk tambang emas dan batu bara. Selain itu, saham ARTI pun menguasai usaha properti.
Jumlah saham ARTI yang dimiliki umum sebanyak 7,8 miliar lembar dimana publik menguasai 57,5%, diikuti PT Ratu Prabu yang merupakan pengendali sebanyak 33%, dan DP Bukit Asam sebanyak 9,3%. ARTI adalah salah satu emiten yang disuspensi oleh BEI pada Juli 2023 karena belum menyetorkan laporan keuangan selama beberapa periode hingga Juni 2023.