Lompat ke konten
Daftar Isi

Ekonomi Kreatif: Pengertian, Jenis, Contoh, Ciri-Ciri

Ekonomi Kreatif

Menurut laporan dari Korea Creative Content Agency pada tahun 2019, total ekspor konten musik dari Korea Selatan (termasuk penjualan album fisik dan digital) mencapai 640 juta dolar Amerika Serikat. Jumlah ini diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2020 seiring dengan merebaknya covid19 (Asia Nikkei). 

Ekspor musik dari Korea Selatan di atas merupakan salah satu contoh dampak pengembangan ekonomi kreatif terhadap ekonomi di sebuah negara secara keseluruhan. Menyadari hal ini, Pemerintah Indonesia pun kini mulai berbenah untuk meningkatkan pengembangan pada sektor ini. 

Lantas, apa yang disebut dengan ekonomi kreatif dan bagaimana sektor ini dapat meningkatkan perekonomian negara secara umum? Simak selengkapnya berikut ini:

Pengertian Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi yang menekankan pada aspek kreatif para pelakunya. Istilah ekonomi kreatif pertama kali diperkenalkan oleh John Howkins pada tahun 2001 untuk mewakili kegiatan pada industri hospitality, seni, film, musik dan budaya.

Dalam industri kreatif, aset utama yang dijual dan dijadikan sumber kekayaan bukan tanah, modal, maupun tenaga kerja, melainkan sebuah ide. Kemudian, ide ini diwujudkan ke dalam banyak bentuk mulai dari seni pertunjukan, film, lukisan, hingga musik dan produk kebudayaan lainnya. 

Meskipun baru diperkenalkan pada tahun 2001, dunia ekonomi kreatif sendiri sebenarnya sudah ada sejak abad ke-20. Hal ini salah satunya dibuktikan dengan dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh industri perfilman di “Hollywood” terhadap perekonomian Amerika Serikat, sehingga pemerintah AS memberi peraturan khusus untuk sektor tersebut.

Ciri-Ciri Ekonomi Kreatif

1. Berasal dari kreativitas individu

Setiap individu pasti memiliki ide dan kreativitas yang berbeda. Pada ekonomi kreatif, produk yang dihasilkan ide dan kreativitas inilah yang dijual dengan harga tinggi karena sifatnya yang tidak bisa diproduksi secara masal. 

2. Bisa didistribusikan secara langsung dan tidak langsung

Produk ekonomi kreatif bisa didistribusikan kepada konsumen secara langsung maupun tidak langsung tergantung dengan jenis bisnisnya. Seorang pemahat misalnya, bisa mendistribusikan produknya langsung dari showroom atau melalui pameran seni terlebih dahulu. 

3. Bisa diganti atau diubah dengan mudah

Salah satu tantangan dari beberapa produk ekonomi kreatif adalah sifatnya yang mudah diubah dan diganti. Dalam beberapa kasus, hal ini akan merugikan produsen dari produk itu sendiri. Dalam industri musik dan film misalnya, masyarakat Indonesia tentu akrab dengan istilah pembajakan. 

Pembajakan film bisa mengurangi jumlah pendapatan yang masuk ke bioskop dan pada akhirnya mengurangi pendapatan para filmmaker. Oleh sebab itu, peraturan yang mengatur hal ini harus disusun dan diterapkan dengan baik. 

4. Tidak ada batasan

Berbeda dengan tanah, modal dan tenaga kerja, ide dan kreativitas manusia tidak ada batasnya. Ide ini akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan teknologi, zaman dan informasi, sehingga meskipun ada banyak ide yang sama dengan ide di masa lalu, eksekusi ide di zaman sekarang pasti akan menghasilkan produk dengan cita rasa yang berbeda. 

Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer misalnya. Ide dari karya ini pertama kali diwujudkan dalam bentuk novel. Novel tersebut kemudian diadaptasi menjadi naskah teater dan film. Walaupun sama-sama bercerita mengenai Minke dan Annelies, namun cita rasa yang dihasilkan kisah ini terasa berbeda sesuai dengan cara penyampaian ide yang digunakan. 

5. Dapat beradaptasi dengan trend

Seperti yang telah disebutkan di atas, sifatnya yang mudah diubah dan tidak ada batasan, membuat produk-produk ekonomi kreatif dapat beradaptasi dengan trend secara mudah. Misalnya saat ini banyak karya seni dua dimensi yang dijual dalam bentuk non-fungible token (NFT) atau dipamerkan dalam pameran virtual via Metaverse. 

6. Membutuhkan kerja sama

Sama seperti sektor lainnya, sektor ekonomi kreatif juga membutuhkan kerja sama antar pihak. Misalnya untuk produksi sebuah film, Anda membutuhkan sutradara, produser, aktor, tim tata busana, tim sinematografi, termasuk juga tim keuangan dan pemasaran. 

7. Memiliki nilai budaya

Ciri khusus produk ekonomi kreatif dibandingkan dengan sektor lainnya adalah produk ekonomi kreatif acap kali mengandung nilai kebudayaan. Nilai kebudayaan inilah yang seringkali membedakan produk ekonomi kreatif dari satu daerah dengan daerah lainnya. 

Contohnya adalah film Before, Now, and Then atau Nana karya Kamila Andini. Film yang menceritakan kisah seorang Nana ini sepenuhnya menggunakan Bahasa Sunda dan menggunakan pakaian yang sudah disesuaikan dengan pakaian yang umum digunakan pada tahun 1960-an, latar waktu dari cerita film ini. 

Manfaat Ekonomi Kreatif Terhadap Perekonomian

1. Memberikan kebebasan untuk mengekspresikan ide dan gagasan

Pendidikan tentu tidak akan berguna secara maksimal apabila warga sebuah negara tidak bisa mengekspresikan ide dan gagasan mereka secara bebas dan maksimal. Adanya pengembangan ekonomi kreatif secara tidak langsung menjadi wadah masyarakat untuk menyuarakan ide, gagasan dan kegelisahan mereka. 

2. Menciptakan lapangan pekerjaan baru

Seperti yang telah disebutkan di atas, ekonomi kreatif umumnya membutuhkan kerja sama antara banyak orang, sehingga perkembangan industri kreatif juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dan membantu mengurangi pengangguran.

3. Menciptakan profesi-profesi baru

Salah satu cara industri kreatif menciptakan lapangan pekerjaan baru adalah dengan menciptakan profesi baru yang sebelumnya bisa jadi belum ada. Contohnya adalah profesi sebagai publisis film. Profesi ini baru muncul di Indonesia pada tahun 2013-an seiring dengan mulai munculnya teknologi alternatif untuk distribusi film. Sebelumnya, distribusi film hanya fokus pada bioskop dan festival. 

4. Bisa menjadi sumber ekspor

Karena memiliki cita rasa yang tidak dimiliki oleh negara lain, produk-produk ekonomi kreatif entah itu dalam bentuk seni kriya, film atau musik bisa menjadi sumber ekspor sebuah negara. Film The Raid misalnya, berhasil ditayangkan di bioskop-bioskop Amerika Serikat dan disukai oleh masyarakat negeri Paman Sam tersebut karena menawarkan adegan perkelahian dengan tangan kosong. 

Contoh Ekonomi Kreatif 

1. Seni rupa

Perpaduan gambar, warna dan bentuk adalah salah satu medium seni paling tua yang digunakan untuk mengekspresikan ide. Saat ini perpaduan antara tiga hal tersebut tidak hanya terwujud dalam bentuk lukisan, melainkan juga desain grafis dan interior hingga visual di sosial media 

2. Seni musik

Musik adalah Bahasa Universal. Alunan musik bisa dinikmati dan dimengerti oleh seluruh orang di dunia terlepas dari bangsa dan bahasa mereka. Menyusun musik dan membuat lirik tentunya membutuhkan ide dan kreativitas yang tinggi. 

3. Seni pertunjukan

Tidak hanya membutuhkan ide dan kreativitas, seni pertunjukan entah itu dalam bentuk film, teater atau sendratari melibatkan banyak orang, sehingga mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. 

4. Periklanan

Pewujudan ide dan kreativitas dalam bentuk iklan seringkali menarik 3 contoh ekonomi kreatif di atas misalnya. Iklan sebuah produk ice cream yang sempat viral beberapa tahun lalu misalnya, menggabungkan seni pertunjukan dengan penulisan skrip dan pemilihan aktor, seni rupa dengan citra estetik dan tradisional dengan setting tempat dan pakaian yang digunakan dan musik epik ala film kolosal tahun 1990-an. 

Upaya Pemerintah Dalam Mengembangkan Ekonomi Kreatif

Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Contohnya adalah:

  1. Mengembangkan dan menerapkan Undang-Undang anti pembajakan. 
  2. Memberikan pendanaan yang dibutuhkan untuk menyokong tumbuhnya industri, misalnya dengan memberikan bantuan pendanaan untuk penyelenggaraan festival film, berinvestasi pada proses pengembangan film dan lain sebagainya. 
  3. Membantu mempromosikan berbagai produk kebudayaan dalam negeri pada event-event di luar negeri. 

Tidak hanya pemerintah, pengembangan industri kreatif juga membutuhkan uluran tangan dari akademisi dan masyarakat pada umumnya.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *