Lompat ke konten
Daftar Isi

Apa Itu Financial Engineering?

Financial engineering

Apakah Anda pernah mendengar istilah financial engineering atau teknik keuangan? Bukan, ini bukan istilah perkawinan antara jurusan teknik dan keuangan. Financial engineering adalah sebuah istilah keuangan yang cukup populer di luar negeri namun kurang terdengar di Indonesia. Lantas, apa makna dari istilah ini? Simak ulasannya berikut ini. 

Pengertian Financial Engineering

Financial engineering adalah penerapan rumus dan metode matematika serta beberapa pendekatan teknik ke dunia keuangan. Bidang ilmu financial engineering terbilang cukup baru, sebab baru ada di Amerika Serikat pada dekade 1990-an.

Tidak jarang praktisi di bidang ini memiliki teknik di level sarjana, S2 dan S3 di bidang matematika dan memulai karir di bidang ilmu murni ini. Hal ini karena seorang financial engineers membutuhkan pemahaman matematika yang cukup kuat. 

Umumnya, financial engineering digunakan oleh institusi keuangan, seperti bank, perusahaan sekuritas, manajer investasi atau perusahaan hedge fund untuk menciptakan dan menawarkan produk keuangan baru pada konsumen. 

Kegunaan Financial Engineering

Dalam dunia keuangan, metode matematis yang ada di dunia teknik digunakan untuk:

  1. Menciptakan instrumen investasi baru. Salah satu jenis instrumen derivatif yang terbilang cukup baru dan merupakan hasil dari bidang studi ini adalah Credit Default Swap (CDS). Sederhananya, CDS adalah instrumen derivatif yang terkait dengan utang yang dijual oleh perusahaan keuangan kepada investor untuk meminimalisir risiko gagal bayar. Sudah ada sejak tahun 90-an, namun nama instrumen ini baru naik ke permukaan pada krisis keuangan di Amerika Serikat pada tahun 2008. 
  2. Meminimalisir risiko. Risiko adalah hal yang terkait erat dengan dunia keuangan. Meskipun bisa terjadi tiba-tiba, namun risiko dalam dunia keuangan ini tetap harus ditekan. Berbagai metode matematika advance diterapkan untuk merumuskan cara meminimalisir risiko ini. 
  3. Memprediksi potensi keuntungan instrumen investasi. Tidak hanya untuk meminimalisir risiko, teknik keuangan juga dipakai untuk memperkirakan potensi keuntungan yang bisa diperoleh dari sebuah instrumen investasi dalam jangka panjang. Selain untuk menarik investor, tentunya perusahaan-perusahaan keuangan di atas juga tidak ingin menciptakan produk keuangan baru yang pada akhirnya akan gagal di pasaran bukan?
  4. Mengelola portofolio investasi. Umumnya lembaga keuangan, entah itu perusahaan keuangan atau institusi moneter seperti Bank Indonesia memiliki berbagai macam instrumen investasi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan. Setiap instrumen investasi tentunya memiliki jangka waktu, risiko, dan potensi keuntungan yang berbeda. Dalam bidang ini, financial engineering dibutuhkan untuk memaksimalkan hasil dan meminimalisir risiko dari portofolio investasi tersebut.

Keempat hal di atas dapat dimanfaatkan dalam berbagai posisi di berbagai perusahaan dan lembaga. Jika Anda mengambil pembelajaran financial engineering, Anda bisa jadi credit risk analyst di bank, portfolio management di perusahaan investasi, bekerja di bagian keuangan perusahaan pada umumnya, atau menjadi ilmuwan dan dosen. 

Contoh Produk Financial Engineering Pada Industri Keuangan

Perlu diingat bahwasanya sama seperti produk barang dan jasa lainnya, perusahaan jasa keuangan juga perlu melakukan inovasi produk supaya bisa tetap relevan dengan zaman. Dalam inovasi produk keuangan ini, perusahaan keuangan tersebut tidak hanya memanfaatkan engineering untuk kepentingan membuat produk baru berupa aplikasi, tetapi juga menggunakan bidang ilmu ini untuk membuat produk baru yang sifatnya masih benar-benar keuangan. 

Contoh dari produk keuangan baru yang lahir dari bidang ilmu ini adalah instrumen derivatif di pasar modal maupun di pasar komoditas. Instrumen derivatif adalah instrumen investasi yang nilainya bergantung pada nilai dari aset lain, entah itu saham, obligasi, emas, perak dan lain sebagainya. 

Jika Anda tertarik untuk membeli instrumen ini, maka yang Anda beli bukan saham, emas atau peraknya secara langsung, melainkan kontrak yang melibatkan perdagangan aset-aset tersebut. Umumnya, kontrak ini diterbitkan oleh institusi keuangan, seperti perusahaan broker, perusahaan hedge fund dan lain sebagainya sebagai langkah mitigasi risiko. 

Instrumen derivatif adalah salah satu contoh penerapan financial engineering karena untuk menerbitkan satu unit instrumen ini dan meminimalisir risiko, perusahaan-perusahaan keuangan di atas harus menerapkan perhitungan dan model matematis yang rumit dengan hati-hati. 

Contoh Financial Engineering Pada Bisnis

Menurut laman Corporate Financial Institute, teknik keuangan juga bisa diterapkan dalam dunia bisnis. Laman tersebut menyebutkan bahwa salah satu contoh utama dari praktik studi ini di bidang bisnis adalah penjualan MW Corporation, sebuah anak perusahaan dari Amoco Corp, ke Apache Corp di tengah bergejolaknya harga minyak dunia pada dekade 90-an. 

Amoco Corp dan Apache Corp memiliki pendapat berbeda mengenai kondisi pasar minyak dunia kedepannya. Perusahaan yang pertama memperkirakan kalau pasar minyak dunia akan bullish, sementara perusahaan kedua memperkirakan hal yang sebaliknya, bearish. 

Sebagai jalan tengah, kedua perusahaan tersebut lantas bersepakat untuk saling mem-backup satu sama lain ketika harga bergerak ke arah yang berlawanan dengan yang mereka pikirkan. Apache berjanji akan menambah pembayaran kepada Amoco kalau harga minyak dunia akan naik selama beberapa tahun, dan Amoco berjanji akan mengganti sebagian kerugian Apache apabila harga turun di bawah perkiraan. 

Kritik Terhadap Financial Engineering

Penerapan financial engineering dalam dunia keuangan juga harus disertai dengan kehati-hatian dan moral. Penerapan teknik keuangan yang tidak bermoral dapat memasukkan sebuah perusahaan ke dalam kasus fraud, sementara penerapan bidang ilmu ini yang greedy dan tidak hati-hati bisa mengantarkan perusahaan ke dalam krisis berkepanjangan. 

Contohnya adalah bagaimana CDS, sebagai salah satu produk financial engineering, yang dibeli dengan serakah dan tidak dikelola secara hati-hati dapat memasukkan banyak perusahaan keuangan di Amerika Serikat ke dalam krisis finansial tahun 2008 dan membuat sebagian diantara perusahaan tersebut bangkrut. 

Bagaimana bisa? Tentu Anda harus ingat kalau CDS adalah instrumen derivatif yang terkait dengan utang yang dijual oleh perusahaan keuangan kepada investor untuk meminimalisir risiko gagal bayar.  Perusahaan keuangan tersebut berjanji akan keuntungan investasi kepada investor yang mau membeli CDS tersebut. 

Pada waktu itu, CDS di Amerika Serikat diterbitkan atas kredit KPR. Masalahnya adalah, bank selaku perusahaan keuangan menyetujui nasabah yang sebenarnya tidak layak mendapat KPR untuk mendapatkan kredit ini. Bank lantas mengumpulkan dokumen KPR tersebut dan menjualnya kembali dalam bentuk CDS kepada investor yang “tidak hati-hati” kalau CDS tersebut mengandung kredit yang tidak layak. 

Akibatnya ketika sejumlah besar nasabah mengalami gagal bayar pada tahun 2007-2008, bank juga gagal membayar keuntungan dan pokok investasi kepada investor, sehingga baik investor maupun bank mengalami kerugian dalam jumlah besar.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *