Lompat ke konten
Daftar Isi

Instrumen Derivatif, Aset Turunan Bagi Investor

aset derivatif

Perkembangan instrument derivatif di Indonesia semakin pesat sehingga perlu dimengerti dengan baik oleh investor. Untuk mengantisipasi ketidakpastian dalam keuangan di waktu mendatang, pada umumnya perusahaan memerlukan strategi tentang manajemen risiko yang sangat baik.

Pengertian Instrumen Derivatif

Instrumen derivatif merupakan instrumen keuangan yang nilainya bergantung pada aset yang mendasarinya. Instrumen ini terdiri dari perjanjian kontrak antara dua pihak yang harganya bergantung pada fluktuasi aset yang menjadi tolak ukurnya.

Di Indonesia, semua aspek yang terkait dengan instrumen derivatif telah diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 1995 yang berkaitan dengan pasar modal Indonesia. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa instrumen derivatif diatur sebagai jenis efek yang diajukan oleh emiten kepada publik sebagai kelanjutan dari efek yang sebelumnya telah masuk ke pasar.

Aturan pajak untuk instrumen derivatif diatur oleh pemerintah melalui PP No. 17 Tahun 2009. Pajak yang berlaku adalah PPh Final sebesar 2,5% dari keuntungan. Oleh karena itu, peraturan mengenai aset turunan ini berbeda dengan pajak penjualan saham pribadi.

Fungsi Instrumen Derivatif

Instrumen derivatif memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai alat hedging bagi investor, alat spekulasi pada aset yang mendasarinya, serta sebagai pengungkit portofolio. Pada masa lalu, derivatif digunakan untuk memastikan nilai tukar tetap seimbang pada transaksi antarnegara.

Selain itu, derivatif juga memiliki peran penting sebagai alat pengukuran dan pengakuan dalam akuntansi di Indonesia. Hal ini sesuai dengan PSAK atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan mengenai instrumen keuangan.

Pentingnya peran derivatif diperkuat dengan pesatnya perkembangan volume transaksi dalam 20 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa derivatif dapat menjadi indikator positif bagi harapan pelaku pasar mengenai probabilitas eksposur risiko terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah. Instrumen ini juga melindungi perusahaan keuangan dari besarnya utang luar negeri Indonesia.

Meskipun tren penggunaan derivatif sedang meningkat, pasar derivatif di Indonesia masih terbilang lambat dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia. Oleh karena itu, diperlukan analisis risiko dan faktor yang lebih baik agar derivatif dapat berjalan dengan maksimal.

Dengan meningkatkan pemahaman dan penggunaan derivatif dengan baik, diharapkan pasar derivatif di Indonesia dapat berkembang lebih pesat lagi dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi para pelaku pasar.

Jenis Instrumen Derivatif

Jika ditinjau dalam hal instrumen, secara umum terdapat dua macam jenis derivatif, yaitu kontrak opsi dan kontrak berjangka. Nah, untuk mengetahui tentang kedua hal tersebut, langsung saja Anda simak ulasannya berikut ini.

1. Kontrak Berjangka

Jenis pertama adalah kontrak berjangka. Kontrak berjangka adalah produk derivatif yang sangat umum diperjualbelikan di bursa berjangka.

Tujuan dari kontrak berjangka adalah untuk memungkinkan penjualan atau pembelian instrumen untuk masa depan dengan harga yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan membutuhkan 100 kg nikel untuk keperluan mereka selama satu tahun ke depan. Perusahaan khawatir jika harga nikel mengalami kenaikan besar dalam waktu satu tahun. Oleh karena itu, perusahaan dapat membuat perjanjian dengan penjual untuk membeli nikel pada harga saat ini dalam satu tahun ke depan.

Jika harga nikel naik dalam waktu satu tahun ke depan, maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan. Sebaliknya, jika harga nikel turun dalam satu tahun ke depan, perusahaan tidak akan mengalami kerugian yang besar.

Di Indonesia sendiri, lembaga yang punya kewenangan resmi untuk menyediakan perdagangan derivatif kontrak berjangka adalah BBJ atau Bursa Berjangka Jakarta. Di dalam lembaga tersebut terdapat 4 jenis komoditas yang diperjualbelikan, yaitu kontrak gulir emas, minyak sawit, emas, dan juga kontrak gulir indeks emas.

2. Opsi

Jenis derivatif berikutnya adalah Opsi. Opsi merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk memberikan hak kepada pemegangnya untuk dapat menjual atau beli aset di harga tertentu sebelum sampai pada tanggal jatuh temponya. Apabila pada instrumen kontrak berjangka pembeli wajib untuk melakukan perdagangan dengan harga yang sudah disepakati, namun di opsi hal tersebut tidak wajib.

Manfaat Derivatif

Membahas tentang manfaat dari derivatif, secara umum bisa dikatakan terdapat dua kegunaannya. Manfaat tersebut adalah derivatif bisa digunakan untuk meminimalkan tingkat risiko investasi dan juga dapat melindungi nilai dari suatu komoditas.

Jadi, bisa dikatakan bahwa derivatif mempunyai manfaat sebagai suatu instrumen turunan yang berbentuk kontrak perdagangan, sehingga risiko yang ada di dalamnya termasuk tinggi. Akan tetapi, dengan tingginya risiko yang dimiliki tentunya potensi keuntungan yang dimiliki juga akan besar.

Tingkat Risiko Instrumen Derivatif

Seperti yang sudah disinggung di bagian sebelumnya, derivatif merupakan suatu instrumen investasi dengan kontrak berjangka sehingga punya risiko tinggi dengan potensi keuntungan yang bisa diperoleh juga sangat besar.

Pada saham, suatu perusahaan yang sahamnya diborong oleh pelaku investor maka akan dilakukan upaya untuk capital gain. Banyak sekali alasan yang mendasari mengapa hal itu dilakukan oleh para investor. Salah satu alasan utamanya tentu karena perusahaan tersebut mempunyai potensi baik di masa yang akan datang.

Nah, hal-hal seperti itu tidak akan ditemui pada derivatif. Hal itu karena di derivatif yang digunakan adalah spekulasi harga pada waktu yang akan datang. Melihat fakta tersebut tentu tidak heran jika instrumen ini mempunyai tingkat risiko yang terbilang tinggi atau bahkan dapat lebih tinggi jika dibandingkan dengan saham.

Narasi yang sama juga pernah disampaikan oleh Warren Buffett. Investor senior penuh pengalaman tersebut mengatakan bahwa instrumen ini dimisalkan sebagai suatu senjata pemusnah massal yang mempunyai peluang untuk menjadi salah satu alat paling mematikan investasi.

Sebagai contoh, Anda bisa melakukan jual beli kontrak emas tanpa harus mempunyai emasnya secara fisik. Namun, perlu diketahui bahwa harga kontrak instrumen turunan tersebut mempunyai nilai sangat fluktuatif yang tergantung dengan harga emas di pasaran. Jadi, instrumen derivatif dapat digolongkan pada jenis investasi high risk dan high return.

Derivatif Dapat Melindungi Nilai Komoditas

Telah dijelaskan di bagian sebelumnya, investasi jenis ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap nilai atau harga komoditas di waktu mendatang. Hal tersebut bisa diketahui berdasarkan sejarah awal dibuatnya derivatif, di mana investasi ini dibuat untuk menjaga harga gandum di daerah Chicago pada waktu itu.

Sementara di Indonesia, hal serupa juga pernah dilakukan di tahun 2017 saat Bank Indonesia membantu BUMN untuk menggunakan derivatif dalam menghadapi anjloknya nilai tukar rupiah saat itu. Akan tetapi, ternyata penilaian suatu produk derivatif kenyataannya sangat kompleks. Meski ditujukan untuk melakukan perlindungan terhadap rupiah, namun perusahaan yang menggunakannya tidak terbebas dari risikonya.

Itulah tadi penjelasan lengkap tentang instrumen derivatif dari pengertian dan jenis-jenis instrumennya di Indonesia. Semoga dengan informasi tersebut, Anda dapat lebih memahami tentang instrumen ini.

Pratomo Eryanto

Pratomo Eryanto

Pratomo Eryanto memiliki motto "Investasi tidak harus membosankan". Sebagai penggiat dunia pasar saham, Pratomo memiliki misi meningkatkan literasi finansial masyarakat Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *