Tahukah Anda, kalau selain bisa membeli saham-saham luar negeri, Anda juga bisa membeli obligasi yang diterbitkan oleh entitas di luar Indonesia? Obligasi atau surat utang yang diterbitkan oleh entitas di luar Indonesia ini disebut dengan global bond.
Pengertian Global Bond
Global bond adalah obligasi atau surat utang yang diterbitkan oleh entitas di luar Indonesia di Indonesia atau diterbitkan oleh entitas Indonesia di luar negeri. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan entitas adalah sebuah perusahaan maupun pemerintah.
Contoh, Indofood ingin menerbitkan obligasi di pasar modal Eropa. Maka bisa dikatakan kalau perusahaan ini menerbitkan global bond. Sama halnya jika Apple atau perusahaan luar negeri lainnya ingin menerbitkan surat utang ini di Indonesia.
Global bond bisa diterbitkan oleh perusahaan maupun pemerintah. Namun dalam kasus negara berkembang, seperti Indonesia, surat utang ini biasanya diterbitkan oleh pemerintah dengan menawarkan suku bunga atau kupon yang lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga The Fed. Tujuanya adalah supaya investor asing tertarik untuk membeli obligasi tersebut.
Selain membeli langsung per unit obligasi ini, Anda juga bisa membelinya dalam bentuk reksadana obligasi. Beberapa produk reksadana obligasi atau pendapatan tetap yang menawarkan global bond di aplikasi Bibit adalah, Manulife USD Fixed Income kelas A, dan Schroder USD Bond Fund.
Manfaat Penerbitan Global Bond
Pada dasarnya, penerbitan global bond memiliki manfaat yang sama dengan obligasi biasa, yaitu untuk menambah permodalan untuk sebuah entitas, baik itu perusahaan maupun pemerintah. Namun karena diterbitkan dalam bentuk dolar atau mata uang asing, serta seringkali diterbitkan oleh pemerintah, surat utang jenis ini memiliki manfaat-manfaat lain, sebagai berikut:
1. Sebagai sumber pendanaan belanja negara
Pendapatan negara tidak hanya bersumber dari pajak, tetapi juga penerbitan surat utang dalam negeri, seperti ORI maupun obligasi global. Sedikit berbeda dengan utang luar negeri, dalam penerbitan global bond, Indonesia adalah pihak yang menentukan besaran suku bunga atau kupon dan tanggal jatuh tempo surat utang tersebut, sehingga biaya untuk mendapatkan pendanaan dalam bentuk obligasi ini (cost of fund) bisa lebih rendah dibandingkan dengan utang luar negeri biasa.
Uang yang terkumpul dari pendapatan negara ini kemudian akan dialokasikan untuk berbagai kebutuhan negara, seperti membayar gaji ASN, membangun sarana infrastruktur dan lain sebagainya.
2. Diversifikasi pendapatan negara
Manfaat lain dari penerbitan global bond adalah untuk diversifikasi pendapatan negara. Jadi, jika suatu saat pendapatan negara dari pajak maupun setoran BUMN menurun, pemerintah pusat masih memiliki sumber pendapatan lain, yaitu dari penerbitan surat utang ini.
Tidak hanya bagi pemerintah maupun perusahaan penerbit obligasi tersebut, pembelian obligasi global ini juga memiliki manfaat untuk investor. Diantaranya adalah:
3. Mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi
Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwasanya obligasi global yang diterbitkan oleh negara-negara berkembang maupun perusahaan yang kurang terkenal biasanya menawarkan suku bunga atau kupon yang lebih tinggi. Akibatnya, potensi keuntungan yang diperoleh oleh investor dengan berinvestasi di obligasi ini juga akan lebih tinggi.
Namun ingat, bahwasanya kupon yang lebih tinggi juga mencerminkan risiko yang lebih tinggi. Sederhananya, negara dengan kondisi ekonomi yang kurang mapan, tentunya akan menawarkan nominal keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi di negara maju untuk menarik investor.
4. Diversifikasi geografis
Setiap negara memiliki kondisi ekonomi masing-masing, sehingga jika Anda berinvestasi pada saham maupun obligasi di negara yang berbeda, Anda bisa meminimalisir risiko yang bisa timbul akibat investasi di negara tersebut.
Misalnya, Anda membeli obligasi dalam negeri Indonesia dan membeli obligasi global yang diterbitkan oleh pemerintah Amerika Serikat. Apabila kondisi perekonomian Indonesia sedang kurang baik dan imbal hasil di pasar sekunder menurun, Anda masih bisa mendapatkan keuntungan dari investasi obligasi Amerika Serikat. Begitupun sebaliknya, jika kondisi perekonomian Amerika Serikat sedang gonjang-ganjing, Anda masih bisa mendapatkan keuntungan dari obligasi dalam negeri.
Namun ingat, pastikan Anda memilih obligasi yang mendapatkan rating bagus dari lembaga pemeringkat efek internasional. Lembaga pemeringkat efek internasional tersebut, seperti Moody’s Investor Service, Fitch Ratings dan Standard and Poor (S&P).
Contoh Global Bond yang Diterbitkan Indonesia
Pada awal tahun 2023 lalu, Pemerintah Indonesia menerbitkan 3 jenis global bond, yaitu RI0128A, RI0133 dan RI0153 yang akan diterbitkan di Singapore Stock Exchange dan Frankfrut Stock Exchange. Ketiga obligasi ini memiliki kupon yang berbeda, yaitu kupon masing-masing fixed 4,550%, 4,850% dan 5,650% per annum.
Selain itu, tenor yang ditawarkan juga bervariasi. RI0128A memiliki tenor hanya 5 tahun dengan akhir pada tahun 2028, RI0133 tenor 10 tahun dengan akhir tahun 2033 dan RI0153 berdurasi 30 tahun dengan akhir tahun 2053. Diperkirakan, ketiga obligasi global ini akan mendapatkan rating BBB dari Standard & Poor’s, Baa2 dari Moody’s dan BBB dari Fitch, sehingga penerbitan surat utang ini juga penting untuk membangun profil kredit Indonesia di mata masyarakat internasional.
Total nominal yang diterbitkan untuk keseluruhan obligasi tersebut adalah sebesar 3 miliar USD atau lebih dari 4,5 triliun rupiah dan akan digunakan untuk pembiayaan APBN secara umum. Oleh karena itu, pastikan sebagai masyarakat Indonesia yang baik, Anda melakukan pengawasan terhadap penggunaan “dana pinjaman” ini ya.
Penerbitan global bond memang memiliki beberapa manfaat untuk negara maupun investor di Indonesia. Akan tetapi, menerbitkan surat berharga ini juga memiliki risiko tersendiri. Dengan menerbitkan surat utang ini, eksposure Indonesia terhadap gejolak perekonomian internasional semakin besar.
Misalnya, jika perekonomian Amerika Serikat atau Rusia semakin membaik, bukan tidak mungkin investor asing yang sebelumnya berinvestasi di Indonesia pindah berinvestasi ke negara adidaya tersebut. Akibatnya, nilai tukar rupiah bisa semakin menurun. Oleh karena itu, baik penerbitan maupun pembelian instrumen investasi ini harus dilakukan dengan hati-hati dan bijaksana.