Lompat ke konten
Daftar Isi

Manajemen Portofolio: Definisi, Tujuan, dan Prosesnya

Manajemen portofolio

Ada banyak instrumen investasi yang bisa Anda miliki. Mulai dari yang sudah ada sejak lama, seperti emas, obligasi, saham atau reksadana hingga yang paling baru, cryptocurrency. Tidak cuma satu, seringkali seorang investor berinvestasi di beberapa instrumen investasi sekaligus. 

Misalnya, Bapak A memiliki saham perusahaan A, B, C dan beberapa unit bitcoin. Atau Ibu Y memiliki reksadana A, B, C dan deposito di Bank D. Gabungan dari beberapa aset keuangan inilah yang disebut dengan “portofolio”

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, portofolio ini harus diatur, diawasi dan dievaluasi sedemikian rupa. Kegiatan mengatur, mengawasi dan mengevaluasi portofolio inilah yang disebut dengan manajemen portofolio.

Pengertian Manajemen Portofolio

Portofolio manajemen adalah kegiatan memilih, mengatur, mengawasi dan mengevaluasi portofolio investasi. Tujuannya adalah supaya hasil investasi tersebut sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan investor terkait. 

Kegiatan ini bisa dilakukan oleh investor individu secara mandiri maupun dengan menggunakan jasa perusahaan manajemen aset. Contoh perusahaan investasi global yang menawarkan jasa ini antara lain Vanguard dan Blackrock. Selain menangani dana investasi dari investor individu, kedua perusahaan ini juga melayani dana investasi dari perusahaan lain, seperti lembaga dana pensiun, perusahaan biasa, bank dan lain sebagainya. 

Tujuan Manajemen Portofolio

Seperti yang telah disebutkan di atas, tujuan dari manajemen portofolio adalah untuk memastikan hasil investasi tersebut sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan klien. Namun, investor individu dan investor institusi pasti memiliki tujuan investasi yang berbeda. 

Tujuan investasi investor individu biasanya berupa persiapan dana pensiun, membeli rumah atau mobil baru, atau mengembangkan aset secara umum. Tapi, investor institusi seperti lembaga pengelola dana pensiun atau bank pasti memiliki tujuan yang berbeda dan lebih kompleks. Misalnya, untuk manajemen risiko keuangan perbankan atau untuk pengelolaan likuiditas perusahaan. 

Seorang manajer investasi dituntut untuk mampu memberikan saran dan atau mengeksekusi perintah investasi dari klien tersebut. Oleh karena itu, individu yang bekerja sebagai portofolio manajer di sebuah perusahaan manajemen aset wajib memiliki kemampuan, seperti portfolio management, akuntansi, perencanaan keuangan dan lain sebagainya. Individu ini juga harus memiliki lisensi khusus, seperti lisensi untuk Wakil Manajer Investasi.

Jenis-jenis Manajemen Portofolio

Dalam manajemen portofolio investasi, terdapat 4 istilah atau jenis yang perlu Anda ketahui, yaitu:

1. Active management

Dalam mengelola dana investasi Anda, perusahaan manajer investasi bisa menggunakan strategi active management. Sesuai dengan namanya, dalam strategi ini, manajer investasi akan secara aktif membeli atau menjual saham, obligasi atau instrumen apapun yang Anda miliki supaya hasilnya bisa lebih besar dibandingkan dengan perkembangan nilai indeks yang dijadikan acuan. 

Misalnya, Anda membeli saham perusahaan Amerika Serikat melalui sebuah perusahaan investasi dan Anda menyerahkan semua keputusan investasi kepada perusahaan tersebut selama hasilnya melebihi perkembangan nilai indeks S&P 500. Maka, manajer investasi Anda akan rajin memperjualbelikan saham yang Anda miliki, supaya imbal hasilnya lebih besar dibandingkan perkembangan nilai indeks S&P 100. 

Karena membutuhkan pengawasan, evaluasi dan skill lebih, maka tidak heran jika biaya manajer investasi yang menggunakan strategi ini cenderung akan lebih mahal. 

2. Passive management

Berbeda dengan active investment, pada passive management strategi ini perusahaan manajemen aset akan mengusahakan kinerja investasi Anda sama dengan benchmark  atau patokan tertentu. Benchmark  ini umumnya adalah indeks atau ETF.

Jadi, kalau indeks yang dijadikan benchmark ini adalah indeks IDX30 misalnya, maka perusahaan manajemen aset akan membeli saham-saham yang berada dalam indeks tersebut, supaya hasil kinerjanya sama. Maka dari itu, tidak heran kalau biaya jasa manajer investasi yang menggunakan strategi ini juga relatif “lebih terjangkau”. 

3. Portofolio Non Diskresi

Jenis manajemen portofolio investasi yang ketiga adalah portofolio non diskresi. Dalam jenis yang satu ini, manajer investasi hanya akan bertindak sebagai financial advisor kepada investor. Eksekusi jual maupun beli akan dilakukan oleh investor itu sendiri atau dilakukan oleh manajer investasi tapi dengan seizin dari investor. 

Biasanya, investor individu yang menggunakan metode ini adalah orang-orang yang memiliki pengalaman dan pemahaman mengenai dunia keuangan yang memadai, sehingga mampu menganalisis pasar secara mandiri, meskipun bisa jadi tidak sempat mengeksekusinya. 

4. Portofolio diskresi

Namun jika Anda tidak memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk menganalisis dan membeli instrumen investasi secara mandiri, Anda bisa menggunakan mekanisme manajemen portofolio diskresi. Dalam jenis manajemen portofolio ini, investor menyerahkan keputusan jual beli instrumen investasi kepada perusahaan manajemen aset terkait. 

Tapi, Anda harus ingat, kalau pastikan Anda menggunakan jasa individu dan perusahaan manajemen aset yang legalitas dan rekam jejaknya terjamin. Sebab, belakangan ini banyak individu tertipu dengan “menitipkan dana investasi” kepada orang yang mengaku bisa melipatgandakan modal investasi tersebut. Alih-alih mendapatkan untung, para individu tersebut justru mendapatkan kerugian besar. Oleh karena itu, pastikan Anda memilih menggunakan jasa perusahaan yang kredibel. 

Proses Manajemen Portofolio

Dilansir dari laman resmi Vanguard, terdapat 5 langkah dalam menyusun strategi manajemen portofolio investasi saham maupun instrumen investasi lainnya. 5 langkah tersebut adalah:

  1. Ketahui kondisi keuangan saat ini. Untuk mengatur portofolio investasi, Anda harus mulai dengan mengetahui kondisi keuangan saat ini. Mulai dari pendapatan, pengeluaran hingga tujuan-tujuan keuangan yang ingin Anda capai kedepannya, Anda harus bisa mengidentifikasi semua. 
  2. Tentukan tujuan investasi. Tujuan investasi adalah hal yang penting untuk ditentukan sebelum mulai memilih instrumen investasi. Sebab, tujuan investasi yang berbeda bisa jadi akan membawa instrumen investasi yang berbeda pula. 
  3. Tentukan alokasi aset. Langkah yang ketiga adalah memilih aset yang sesuai dengan tujuan investasi tersebut dan menentukan alokasinya. Misalnya, jika Anda memiliki modal sebesar Rp10.000.000, tentukan berapa juta akan dialokasikan untuk saham, berapa juta untuk obligasi dan seterusnya. 
  4. Pilih jenis aset lebih rinci. Seperti yang kita ketahui bahwasanya saham dan obligasi juga ada banyak jenisnya. Begitu pula dengan reksadana, ETF dan instrumen investasi lainnya. Tentukan saham, obligasi, reksadana dan atau ETF mana yang akan Anda pilih dan berapa nominalnya. Diversifikasi seperti ini penting untuk meminimalisir risiko investasi Anda.
  5. Lakukan evaluasi berkala. Hal yang tidak kalah penting dalam manajemen portofolio adalah evaluasi strategi dan hasil investasi secara berkala. Dalam banyak kasus, tidak jarang seorang investor harus melakukan rebalancing atau menyeimbangkan ulang portofolio investasi ini supaya tetap bisa sesuai dengan target yang diinginkan. 

Investasi tidak hanya membeli saham dan menunggu sampai imbal hasilnya besar. Investasi adalah proses yang membutuhkan pengaturan dan evaluasi secara berkala untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *