Lompat ke konten
Daftar Isi

Mengenal Cost of Delay dalam Investasi dan Cara Meminimalisirnya

Cost of Delay

Time is money, istilah ini tentu sudah sering Anda dengar dalam hal investasi. Dalam ekonomi, istilah time is money seringkali dihubungkan dengan jumlah bunga yang harus dibayarkan oleh peminjam kepada bank atau institusi keuangan lainnya. Padahal, istilah ini dapat diterapkan pada hal lain. 

Termasuk diantaranya adalah jumlah biaya atau kerugian yang harus ditanggung oleh investor apabila dia tidak segera berinvestasi. Biaya atau kerugian yang harus ditanggung oleh investor ini disebut dengan cost of delay

Apa Itu Cost of Delay?

Sederhananya, cost of delay adalah biaya atau kerugian yang harus ditanggung oleh investor apabila terjadi keterlambatan pada eksekusi sebuah instrumen investasi. Perlu diingat bahwasannya, investor disini bisa termasuk investor individu maupun institusi dan instrumen investasi disini bisa berupa instrumen keuangan, proyek maupun properti. 

Memperhitungkan cost of delay bermanfaat bagi investor individu maupun perusahaan dalam mengambil keputusan keuangan. Proyek manajer dalam sebuah perusahaan misalnya, dapat menggunakan perhitungan cost of delay ini untuk membujuk para board of director untuk berinvestasi pada teknologi tertentu atau mendorong tim produksi untuk mengerjakan proyek tepat waktu. 

Dosen The California Institute of Technology, Don Reinertsen dalam kanal YouTube AoE menyebutkan cara menghitung cost of delay adalah dengan  mengurangi Proyeksi keuntungan apabila proyek selesai tepat waktu dengan Proyeksi keuntungan apabila proyek selesai tidak tepat waktu. Namun pada dasarnya, cara menghitung cost of delay ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing investasi. 

Contoh Cost of Delay

1. Dalam investasi properti

Misalnya, Anda ingin membangun sebuah rumah kost 10 kamar dengan perkiraan biaya total (tidak termasuk beli tanah) sebesar Rp700.000.000. Rencananya, masing-masing kamar akan dilengkapi dengan AC dan kamar mandi dalam, sehingga harga sewa kamar kost tersebut adalah sebesar Rp1.800.000 per bulan per kamar. 

Diperkirakan pembangunan kost ini selesai dalam kurun waktu 24 bulan. Namun ternyata, karena satu dan lain hal, pembangunan kost tersebut molor selama 1 bulan. Apabila total penambahan bahan baku yang dibutuhkan adalah sebesar Rp12.000.000 dan biaya tukang adalah Rp110.000 per hari per orang (Anda menggunakan 8 orang tukang), maka biaya keterlambatan yang harus Anda tanggung adalah sebesar:

 Cost of delay = Biaya bahan baku + Biaya tukang + Biaya opportunity  atau peluang keuntungan yang hilang akibat keterlambatan

 Cost of delay = Rp12.000.000 + (110.000*8*30) +(1.800.000 * 10)

= Rp56.400.0000

2. Dalam investasi instrumen keuangan

Misalnya, Anda ingin mempersiapkan dana pensiun dengan berinvestasi sebesar Rp1.000.000 per bulan ke sebuah reksadana dengan imbal hasil sebesar 6% per tahun. Apabila Anda ingin pensiun usia 65 dan saat ini usia Anda adalah 25 tahun, maka dana yang berhasil Anda kumpulkan adalah sebesar Rp1.968.572.203. 

Namun jika Anda berinvestasi pada usia ke-35 dengan nominal Rp1.500.000 per bulan atau Rp18.000.000 per tahun, maka dana pensiun yang bisa Anda kumpulkan hanya menjadi Rp1.508.430.193. Maka cost of delay adalah sebesar Rp. 393.170.735. Untuk lebih lengkapnya, Anda bisa melihat gambar berikut:

Perlu diketahui bahwa dalam penghitungan dana pensiun diatas, potensi hasil dihitung berdasarkan suku bunga per tahun, yaitu sebesar 6%. Apabila Anda menabung setiap bulan sebesar Rp1.000.000, maka Anda akan mendapatkan bunga sebesar 0,5% per bulan. Karena bunga perbankan memiliki sifat compounding effect,  maka nominal dana yang akan terkumpul hingga usia 65 tahun tentunya akan lebih besar daripada perkiraan diatas. 

Faktor yang Mempengaruhi Cost of Delay

Terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan munculnya cost of delay ini.  Beberapa faktor tersebut antara lain:

  1. Perubahan fokus bisnis dan keuangan. Seperti perusahaan yang awalnya fokus membangun portofolio investasi beralih fokus pada perbaikan fisik dan internal perusahaan.
  2. Ketidakpastian ekonomi nasional dan internasional. Dalam kondisi perekonomian nasional dan internasional yang tidak pasti seperti pada masa pemilu seperti saat ini, umumnya investor akan menunggu terlebih dahulu sampai pemilu selesai dan perekonomian suatu negara menjadi lebih stabil.
  3. Masalah sumber daya, misalnya perusahaan gagal menghitung kebutuhan bahan baku maupun tenaga kerja dengan tepat, sehingga pekerjaan yang seharusnya dikerjakan 10 orang hanya dikerjakan 8 orang. Akibatnya, proses penyelesaian proyek menjadi lebih lama. 
  4. Kompleksitas proyek yang dijalankan. Misalnya Anda membangun rumah kost dengan desain yang unik. Namun karena tukang bangunan yang Anda gunakan tidak terbiasa dengan desain tersebut, proses pengerjaan menjadi lebih lama. 
  5. Hambatan pada rantai pasok (supply chain). Contohnya adanya kecelakaan pada saat truk mengirim bahan baku, sehingga penyelesaian proyek jadi lebih lama. 
  6. Force majeure, seperti bencana alam. Contoh, proyek rumah kost Anda lebih lama selesai karena terjadi kebakaran di daerah sekitar rumah tersebut. 

Dengan mengetahui faktor-faktor yang bisa mengakibatkan keterlambatan investasi ini, diharapkan investor mampu merumuskan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah biaya keterlambatan ini. 

Cara Meminimalisir Cost of Delay dalam Investasi

Cost of delay dalam investasi instrumen keuangan, seperti deposito, reksadana atau saham dapat diminimalisir dengan cara mulai investasi sejak dini. Seperti yang telah ditunjukkan dalam contoh diatas, meskipun dengan nominal investasi yang lebih tinggi, hasil investasi pada usia 35 tahun tetap akan lebih rendah dibandingkan dengan investasi sejak usia 25 tahun. Hal ini terkecuali jika pada usia 35 tahun Anda bisa menabung uang dengan nominal 2 kali lipat lebih besar dibandingkan jumlah tabungan tahunan pada usia 25 tahun. 

Adapun cost of delay dalam investasi proyek baik itu proyek properti maupun lainnya bisa diminimalisir dengan cara penghitungan kapabilitas sumber daya yang akurat, serta adanya persiapan untuk beradaptasi dengan kejadian-kejadian yang tidak bisa dihindari, seperti bencana alam. 

Misalnya, apabila dijumlahkan secara kasar dengan tanpa mempertimbangkan kemungkinan keterlambatan, proses pembangunan rumah kost ditargetkan selesai dalam jangka waktu 24 bulan dengan biaya sebesar Rp700.000.000. Namun setelah mempertimbangkan adanya keterlambatan, target pembangunan rumah kost ditambah menjadi 25 bulan dengan anggaran maksimum sebesar Rp750.000.000. 

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *