Salah satu perbedaan antara investasi dengan tabungan khususnya tabungan di celengan adalah adanya compounding effect. Efek compounding inilah yang menyebabkan potensi keuntungan investasi jangka panjang bisa lebih menjanjikan dibandingkan dengan tabungan biasa.
Lalu, apakah efek compounding tersebut dan bagaimana efek ini bisa dihitung? Simak ulasannya berikut ini.
Pengertian Efek Compounding
Efek compounding adalah proses di mana bunga atau keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi diinvestasikan kembali, sehingga menghasilkan bunga atau keuntungan tambahan di masa depan.
Rumus efek compounding adalah EC = NA × (1+i)^n.
Keterangan:
- EC = Efek compounding
- NA = Nilai awal
- i = Suku bunga tahunan
- n = Jumlah tahun
Walaupun rumus ini mungkin terlihat rumit, konsep efek compounding sebenarnya cukup mudah dipahami.
Sebagai contoh, misalnya Anda menempatkan investasi dalam deposito dengan setoran awal sebesar Rp5.000.000 dan bunga tahunan sebesar 6%, yang setara dengan bunga bulanan sebesar 0,5% (6% dibagi 12). Dalam hal ini, total dana deposito Anda setelah satu bulan akan menjadi Rp5.000.000 + (0,5% x Rp5.000.000), atau sebesar Rp5.025.000.
Nah, apabila keuntungan sebesar Rp25.000 tersebut Anda investasikan kembali, tentunya di bulan kedua jumlah uang Anda bukan hanya Rp5.025.000 saja tetapi Rp5.0205.000 + (0,5% x Rp5.025.000 ) atau sebesar Rp5.050.125, begitupun seterusnya.
Untungnya, saat ini Anda tidak perlu menghitung efek compounding secara manual. Investbro sudah menyediakan kalkulator bunga majemuk yang siap Anda pakai untuk menghitung jumlah bunga berbunga yang Anda inginkan.
Mengapa Efek Compounding Penting dalam Investasi
Efek compounding penting dalam investasi karena dengan adanya efek ini, investor bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dibandingkan apabila uangnya diletakkan dalam tabungan saja.
Misalnya, dalam tiga tahun kedepan dia membutuhkan uang sebesar Rp9.000.000 untuk satu keperluan. Logikanya untuk mendapatkan uang segitu dalam 3 tahun (36 bulan), investor tersebut harus menyisihkan uang sebanyak Rp250.000 tiap bulan untuk ditabung saja. Akan tetapi, dengan adanya efek compounding dalam investasi, investor hanya perlu mengeluarkan uang Rp230.000 per bulan. Lebih hemat bukan?
Compounding effect ini juga menjadi unsur penting yang harus diperhatikan saat merencanakan investasi. Seperti yang tertulis dalam rumus di atas, compounding effect mempertimbangkan suku bunga tahunan dan periode compounding dalam satu tahun.
Ini artinya, apabila aset Anda berbunga setiap bulannya, maka suku bunga tahunan tersebut harus dibagi 12 terlebih dahulu dan periode compounding-nya juga dikali 12. Tidak jarang hal ini menghasilkan keuntungan yang lebih besar sehingga bisa mempengaruhi perencanaan investasi.
Misalnya, Anda berinvestasi sebesar Rp1.000.000 selama 1 tahun dengan bunga 20%. Maka, apabila Anda mengambil keuntungannya setahun sekali, yang Anda dapatkan hanya Rp1.000.000+24% atau Rp1.240.000.
Tapi, kalau Anda mengambil keuntungannya sebulan sekali, maka Anda akan mendapatkan keuntungan dengan rincian sebagai berikut:
Bulan | Modal | Bunga Bulanan | Hasil Akhir |
1 | 1.000.000 | 2% | 1.020.000 |
2 | 1.020.000 | 2% | 1.040.400 |
3 | 1.040.400 | 2% | 1.061.208 |
4 | 1.061.208 | 2% | 1.082.432 |
5 | 1.082.432 | 2% | 1.104.081 |
6 | 1.104.081 | 2% | 1.126.162 |
7 | 1.126.162 | 2% | 1.148.686 |
8 | 1.148.686 | 2% | 1.171.659 |
9 | 1.171.659 | 2% | 1.195.093 |
10 | 1.195.093 | 2% | 1.218.994 |
11 | 1.218.994 | 2% | 1.243.374 |
12 | 1.243.374 | 2% | 1.268.242 |
Tentunya keuntungan ini akan bertambah jika Anda terus menambahkan dana investasi setiap bulannya atau mendapatkan dividen.
Tips Memaksimalkan Efek Compounding dalam Berinvestasi
1. Investasi sedini mungkin
Dari beberapa contoh di atas, terlihat bahwasannya keuntungan investasi akan semakin berkembang seiring dengan lamanya waktu Anda berinvestasi. Oleh karena itu agar keuntungan investasi Anda bisa maksimal, mulailah investasi sedini mungkin.
Misalnya, Anda ingin membeli motor baru seharga Rp21.000.000. Nah, Anda tidak perlu menunggu punya uang Rp1.000.000 dulu baru berinvestasi. Kini, Anda bisa mulai menabung membeli motor baru dengan setoran per bulan Rp200.000 saja. Tapi, tentunya dengan jangka waktu investasi yang berbeda.
2. Rutin investasi
Mayoritas dari contoh di atas disusun berdasarkan asumsi Anda berinvestasi sekali dan tidak menambahkan modal investasi sama sekali setiap bulannya. Tapi, kalau Anda ingin keuntungannya lebih banyak, Anda bisa rutin menambahkan uang investasi sebulan sekali. Teknik yang umum digunakan adalah Dollar Cost Averaging.
Contoh mudahnya jika modal awal Anda adalah sebesar Rp.1.000.000 dan suku bunganya 2% seperti di atas tapi setiap bulan Anda menambah uang investasi sejumlah Rp.100.000, maka total keuntungan yang Anda peroleh dalam satu tahun bukan lagi hanya Rp268.000 tetapi Rp400.000 (2.509.000-1.000.000+(11 x 100.000):
Bulan | Modal | Bunga Bulanan | Hasil Akhir |
1 | 1.000.000 | 2.00% | 1.020.000 |
2 | 1.120.000 | 2% | 1.142.400 |
3 | 1.242.400 | 2% | 1.267.248 |
4 | 1.367.248 | 2% | 1.394.593 |
5 | 1.494.593 | 2% | 1.524.485 |
6 | 1.624.485 | 2% | 1.656.975 |
7 | 1.756.975 | 2% | 1.792.114 |
8 | 1.892.114 | 2% | 1.929.956 |
9 | 2.029.956 | 2% | 2.070.555 |
10 | 2.170.555 | 2% | 2.213.967 |
11 | 2.313.967 | 2% | 2.360.246 |
12 | 2.460.246 | 2% | 2.509.451 |
3. Investasikan ulang keuntungan investasi
Keuntungan yang Anda peroleh dari efek compounding ini bisa bertambah jika Anda menginvestasikan ulang dana keuntungan investasi yang Anda miliki. Contohnya, apabila di bulan kesebelas contoh investasi di poin dua di atas Anda mendapatkan dividen sebesar Rp10.000 saja. Maka, keuntungan akhir yang bisa Anda dapatkan bukan 2.509.451 lagi, melainkan 2.519.651 atau tambah sebesar Rp10.200.
Mungkin diantara Anda ada yang berpikir cara lain untuk meningkatkan keuntungan dari efek compounding adalah dengan memilih instrumen investasi yang memiliki tingkat bunga tinggi atau pembayaran bunga harian. Logika tersebut memang benar, tapi, Anda perlu mengerti bahwasannya angka tingkat bunga dalam investasi juga mewakili tingkat risiko. Artinya, semakin tinggi tingkat bunga, maka semakin tinggi pula risiko investasi pada instrumen tersebut.