Lompat ke konten
Daftar Isi

Apa itu Efek Compounding dalam Investasi dan Mengapa Penting

efek compounding

Salah satu perbedaan antara investasi dengan tabungan khususnya tabungan di celengan adalah adanya compounding effect. Efek compounding inilah yang menyebabkan potensi keuntungan investasi jangka panjang bisa lebih menjanjikan dibandingkan dengan tabungan biasa. 

Lalu, apakah efek compounding tersebut dan bagaimana efek ini bisa dihitung? Simak ulasannya berikut ini. 

Pengertian Efek Compounding

Efek compounding adalah pendapatan tambahan yang didapatkan jika investor menginvestasikan kembali keuntungan investasi. Dengan kata lain, efek compounding didapatkan dari keuntungan yang dihasilkan dari penginvestasian kembali keuntungan.

Rumus efek compounding adalah EC=NA×(1+i)¹.

Di mana:

EC = Efek compounding

NA = Nilai awal

i = Suku bunga tahunan

¹ = Jumlah suku bunga berlipat setiap tahunnya.

Meskipun tampaknya rumit, tapi sebenarnya konsep dari efek compounding cukup sederhana. Misalnya, Anda berinvestasi deposito dengan jumlah setoran awal sebesar Rp. 5.000.000 dan bunga tahunan sebesar 6% atau bunga bulanan sebesar 0,5% (6% : 12). Maka, total dana deposito Anda satu bulan kemudian adalah sebesar Rp. 5.000.000 + (0,5% x Rp. 5.000.000 ) atau sebesar Rp. 5.025.000. 

Nah, apabila keuntungan sebesar 25.000 tersebut Anda investasikan kembali, tentunya di bulan kedua jumlah uang Anda bukan hanya Rp. 5.025.000 saja tetapi Rp. 5.0205.000 + (0,5% x Rp. 5.025.000 ) atau sebesar Rp. 5.050.125 begitupun seterusnya. 

Untungnya, saat ini Anda tidak perlu menghitung efek compounding secara manual. Investbro sudah menyediakan kalkulator bunga majemuk yang siap Anda pakai untuk menghitung jumlah bunga berbunga yang Anda inginkan.

Mengapa Efek Compounding Penting dalam Investasi

Efek compounding penting dalam investasi karena dengan adanya efek ini, investor bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dibandingkan apabila uangnya diletakkan dalam tabungan saja. 

Misalnya, dalam tiga tahun kedepan dia membutuhkan uang sebesar Rp. 9.000.000 untuk satu keperluan. Logikanya untuk mendapatkan uang segitu dalam 3 tahun (36 bulan), investor tersebut harus menyisihkan uang sebanyak Rp. 250.000 tiap bulan untuk ditabung saja. Akan tetapi, dengan adanya efek compounding dalam investasi, investor hanya perlu mengeluarkan uang Rp. 230.000 per bulan. Lebih hemat bukan?

Compounding effect ini juga menjadi unsur penting yang harus diperhatikan saat merencanakan investasi. Seperti yang tertulis dalam rumus di atas, compounding effect mempertimbangkan suku bunga tahunan dan periode compounding dalam satu tahun.

Ini artinya, apabila aset Anda berbunga setiap bulannya, maka suku bunga tahunan tersebut harus dibagi 12 terlebih dahulu dan periode compounding-nya juga dikali 12. Tidak jarang hal ini menghasilkan keuntungan yang lebih besar sehingga bisa mempengaruhi perencanaan investasi. 

Misalnya, Anda berinvestasi sebesar Rp.1.000.000 selama 1 tahun dengan bunga 20%. Maka, apabila Anda mengambil keuntungannya setahun sekali, yang Anda dapatkan hanya Rp.1.000.000+24% atau Rp. 1.240.000.

Tapi, kalau Anda mengambil keuntungannya sebulan sekali, maka Anda akan mendapatkan keuntungan dengan rincian sebagai berikut:

BulanModalBunga BulananHasil Akhir
11.000.0002%1.020.000
21.020.0002%1.040.400
31.040.4002%1.061.208
41.061.2082%1.082.432
51.082.4322%1.104.081
61.104.0812%1.126.162
71.126.1622%1.148.686
81.148.6862%1.171.659
91.171.6592%1.195.093
101.195.0932%1.218.994
111.218.9942%1.243.374
121.243.3742%1.268.242
Tabel 1: Contoh efek compounding 1

Tentunya keuntungan ini akan bertambah jika Anda terus menambahkan dana investasi setiap bulannya atau mendapatkan dividen. 

Tips Memaksimalkan Efek Compounding dalam Berinvestasi

1. Investasi sedini mungkin

Dari beberapa contoh di atas, terlihat bahwasannya keuntungan investasi akan semakin berkembang seiring dengan lamanya waktu Anda berinvestasi. Oleh karena itu agar keuntungan investasi Anda bisa maksimal, mulailah investasi sedini mungkin

Misalnya, Anda ingin membeli motor baru seharga Rp. 21.000.000. Nah, Anda tidak perlu menunggu punya uang Rp. 1.000.000 dulu baru berinvestasi. Kini, Anda bisa mulai menabung membeli motor baru dengan setoran per bulan Rp. 200.000 saja. Tapi, tentunya dengan jangka waktu investasi yang berbeda. 

2. Rutin investasi

Mayoritas dari contoh di atas disusun berdasarkan asumsi Anda berinvestasi sekali dan tidak menambahkan modal investasi sama sekali setiap bulannya. Tapi, kalau Anda ingin keuntungannya lebih banyak, Anda bisa rutin menambahkan uang investasi sebulan sekali. Teknik yang umum digunakan adalah Dollar Cost Averaging.

Contoh mudahnya jika modal awal Anda adalah sebesar Rp.1.000.000 dan suku bunganya 2% seperti di atas tapi setiap bulan Anda menambah uang investasi sejumlah Rp.100.000, maka total keuntungan yang Anda peroleh dalam satu tahun bukan lagi hanya Rp. 268.000 tetapi Rp. 400.000 (2.509.000-1.000.000+(11 x 100.000):

BulanModalBunga BulananHasil Akhir
11.000.0002.00%1.020.000
21.120.0002%1.142.400
31.242.4002%1.267.248
41.367.2482%1.394.593
51.494.5932%1.524.485
61.624.4852%1.656.975
71.756.9752%1.792.114
81.892.1142%1.929.956
92.029.9562%2.070.555
102.170.5552%2.213.967
112.313.9672%2.360.246
122.460.2462%2.509.451
Tabel 2: Contoh efek compounding 2

3. Investasikan ulang keuntungan investasi

Keuntungan yang Anda peroleh dari efek compounding ini bisa bertambah jika Anda menginvestasikan ulang dana keuntungan investasi yang Anda miliki. Contohnya, apabila di bulan kesebelas contoh investasi di poin dua di atas Anda mendapatkan dividen sebesar Rp. 10.000 saja. Maka, keuntungan akhir yang bisa Anda dapatkan bukan 2.509.451 lagi, melainkan 2.519.651 atau tambah sebesar Rp. 10.200.

Mungkin diantara Anda ada yang berpikir cara lain untuk meningkatkan keuntungan dari efek compounding adalah dengan memilih instrumen investasi yang memiliki tingkat bunga tinggi atau pembayaran bunga harian. Logika tersebut memang benar, tapi, Anda perlu mengerti bahwasannya angka tingkat bunga dalam investasi juga mewakili tingkat risiko. Artinya, semakin tinggi tingkat bunga, maka semakin tinggi pula risiko investasi pada instrumen tersebut.

nv-author-image

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *