Lompat ke konten
Daftar Isi

Oversaving atau Menabung Berlebihan Tak Selalu Baik, Kenapa?

Oversaving

Pernahkah Anda mendengar istilah oversaving? Dibandingkan dengan kebalikannya, yaitu overspending, istilah oversaving memang kurang populer. Tapi meskipun demikian, baik oversaving maupun overspending adalah hal yang sebaiknya tidak dilakukan saat mengatur keuangan. 

Apa Itu Oversaving?

Oversaving adalah istilah untuk orang yang lebih banyak menabung dibandingkan yang seharusnya. Saving atau menabung pada dasarnya adalah hal yang baik, khususnya untuk mencapai tujuan keuangan di masa depan dan untuk berjaga-jaga. Tapi, terlalu banyak menabung dan mengorbankan kesenangan hari ini juga kurang baik. 

Banyak ahli yang menyarankan 10%-20% dari pendapatan bulanan untuk ditabung. Tapi, ada sebagian orang yang memilih untuk menabung 40% bahkan 60% dari pendapatan mereka untuk disimpan saja.

Biasanya, kebiasaan oversaving ini dipicu oleh rasa ketakutan yang berlebihan karena pengalaman masa lalu. Misalnya, Anda tumbuh dari keluarga yang kurang mampu, jadi ketika ayah Anda terkena PHK, keluarga Anda jadi luntang lantung di jalan.  Akibatnya, ketika dewasa, Anda cenderung menabung lebih banyak, supaya ketika ada masalah apapun dengan pekerjaan, Anda sudah memiliki dana darurat yang siap menjadi bantalan kehidupan Anda. Padahal, seringkali meskipun orang sudah memiliki dana yang seharusnya memenuhi untuk bantalan tersebut, rasa takut atas hidup tidak nyaman itu tidak juga hilang dan terus menjadi bayang-bayang kehidupan.

Dampak Negatif Oversaving

1. Kebutuhan sehari-hari tidak terpenuhi dengan baik

Dampak negatif utama dari menabung berlebihan adalah kebutuhan sehari-hari yang tidak terpenuhi dengan baik. Misalnya, demi menabung untuk membeli handphone baru, Anda terpaksa harus makan mie instan setiap hari. Memang, jumlah tabungan yang diinginkan akan cepat terkumpul, tapi tentunya Anda akan tumbuh menjadi individu yang kurang sehat karena gizi tidak terpenuhi dengan baik. 

2. Akan lebih lama melunasi utang

Dampak ini akan terjadi jika demi menabung berlebihan, Anda mengorbankan sejumlah uang yang lebih baik dipakai untuk melunasi utang atau cicilan. Contohnya, Anda memiliki “sisa” anggaran keuangan sebesar Rp200.000 dan cicilan motor sebesar Rp500.000. Alih-alih digunakan untuk membuat cicilan motor lunas lebih cepat, uang tersebut Anda tabung saja. Akibatnya, cicilan motor yang bisa lunas lebih cepat tetap lunas pada tenor yang ditentukan. 

3. Kurang bahagia

Uang memang tidak bisa membeli kebahagiaan. Tapi, Anda bisa menggunakan uang untuk membeli hal-hal yang bisa jadi akan membuat Anda bahagia. Misalnya, nongkrong dengan teman-teman kantor atau teman-teman kampus, sesekali makan di luar atau sesekali beristirahat dan membayar tenaga laundry untuk mencuci baju. 

Nah, biasanya hal-hal di atas adalah faktor yang akan dipotong lebih dulu jika ingin berhemat. Nongkrong dikurangi, tidak memesan makanan dari luar lagi, atau mencuci baju setiap hari. Memang, uang simpanan Anda akan lebih banyak, tapi Anda akan kehilangan setidaknya 2 faktor yang bisa membuat bahagia, yaitu berkumpul dan berinteraksi dengan orang-orang yang disayangi serta memiliki waktu istirahat yang cukup. 

4. Dianggap pelit

Menabung berlebihan juga bisa membuat Anda dianggap sebagai orang yang pelit loh. Misalnya, demi menabung lebih banyak, Anda tidak nongkrong lagi, atau lebih jarang sedekah. Belum lagi jika di kantor atau RT ada iuran tapi Anda tidak mau ikut berpartisipasi. 

Ciri-Ciri Orang yang Oversaving

Dilansir dari laman resmi Prudential Philippines, ciri-ciri orang yang menabung berlebihan adalah:

1. Sering mengorbankan kebutuhan sehari-hari

Anda dapat dikatakan sebagai orang yang menabung berlebihan jika pada titik tertentu Anda mulai banyak mengorbankan kebutuhan sehari-hari untuk menabung. Misalnya, awalnya Anda hanya sebulan 3 kali makan mie instan, tapi karena ingin menabung lebih banyak, konsumsi mie instan naik menjadi 10 kali dalam 1 bulan. 

Meskipun bisa menambah nominal tabungan, tapi di sisi lain, hal ini justru bisa membuat pengeluaran Anda lebih banyak. Contohnya, dulu Anda suka membeli sepatu seharga Rp300.000 sepasang dan sepatu tersebut awet hingga 3 tahun. Namun karena ingin berhemat, Anda kini membeli sepatu Rp50.000 saja setiap kali beli. Hal ini bisa menambah pengeluaran Anda jika nyatanya sepatu Rp50.000-an tersebut hanya awet 3 bulan atau 4 bulan. Akibatnya, selama 3 tahun Anda harus membeli lebih banyak sepatu daripada yang seharusnya.

2. Mulai bekerja lebih keras untuk memperbanyak tabungan

Selain memotong pengeluaran, menambah pendapatan juga menjadi salah satu cara untuk memperbanyak tabungan. Maka dari itu, tidak heran jika orang yang menabung berlebihan akan bekerja lebih keras entah itu dengan menambah jam lembur, menambah pekerjaan sampingan atau dengan cara lainnya.

Memang hal ini dapat meningkatkan pendapatan bulanan Anda, entah itu dengan uang lembur, pendapatan pasif atau naik jabatan. Tapi ingat, kerja berlebihan juga bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental. Jangan sampai kerja berlebihan karena ingin menabung justru membuat Anda masuk rumah sakit dan menghabiskan tabungan tersebut.

3. Mulai mengorbankan kesempatan untuk bersenang-senang

Seperti yang telah disebutkan di atas, orang yang mulai oversaving cenderung untuk menghindari hal-hal yang dapat membuatnya senang tapi butuh duit. Misalnya, nongkrong bareng teman, merayakan ulang tahun anak, hingga sekedar jajan ke toko sebelah pun dikurangi untuk memaksimalkan tabungan. 

Hal ini memang akan membuat tabungan Anda membesar, tapi ingat momen-momen tersebut bisa jadi tidak bisa terulang lagi. Setelah tabungan Anda terkumpul untuk membeli rumah misalnya, bisa jadi anak Anda sudah besar dan tidak bisa merayakan ulang tahun bersama Anda lagi. 

Cara Mengatasi Oversaving

Cara utama untuk mengatasi oversaving adalah dengan membuat dan disiplin terhadap anggaran keuangan. Misalnya, Anda mengalokasikan 25% pendapatan untuk tabungan setelah utang dan kebutuhan sehari-hari terpenuhi, maka cukuplah 25% tersebut ditabung untuk apapun tujuan keuangan Anda. 

Pada dasarnya, menabung lebih dari 20% itu boleh-boleh saja, selama tidak mengganggu kemampuan Anda untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau membayar utang. Contohnya, gaji Anda Rp10.000.000 per bulan. Tapi karena Anda tinggal di rumah orang tua, jadi biaya hidup bulanan sudah termasuk jajan dan cicilan hanya sekitar Rp4.000.000. Maka, Rp6.000.000 sisanya bisa ditabung dan atau diinvestasikan.

Menabung memang penting untuk memenuhi kebutuhan tidak terduga dan kebutuhan di masa depan. Tapi, jangan sampai terlalu banyak menabung membuat Anda gagal menikmati berbagai kesempatan di masa kini. Karena, waktu tidak akan terulang kembali.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *