Lompat ke konten
Daftar Isi

Perbedaan Biaya Tetap dan Biaya Variabel + Contoh

Perbedaan biaya tetap dan biaya variabel

Selain pendapatan dan keuntungan, biaya atau beban merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam sebuah bisnis. Hal ini karena besar kecilnya biaya akan berpengaruh terhadap besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan dan cepat atau lambatnya perusahaan tersebut dalam mencapai titik impas (break even point). 

Biaya dapat terbagi menjadi beberapa kategori, mulai dari peruntukannya, seperti biaya modal, biaya operasional hingga relasinya dengan jumlah produk yang dibuat. Dalam kategori yang terakhir ini, biaya terbagi menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

Pengertian Biaya Tetap

Fixed cost atau biaya tetap adalah jenis biaya yang nilainya tidak gampang berubah dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun). Fixed cost  juga dapat didefinisikan sebagai komponen biaya yang nilainya tidak akan berubah terlepas dari jumlah barang yang diproduksi perusahaan. 

Contoh dari fixed cost  adalah biaya sewa gedung. Misalnya, perusahaan Anda menyewa sebuah gedung selama 5 tahun dengan biaya sewa sebesar Rp50.000.000 per tahun. Terlepas dari berapapun produk yang Anda produksi dan bagaimanapun kondisi bisnis Anda pada saat itu, dalam 5 tahun ke depan Anda tetap harus mengeluarkan uang sewa gedung sebesar Rp50.000.000 setiap tahunnya.

Fixed cost dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu:

  1. Committed fixed costs : Nilai fixed cost jenis ini umumnya benar-benar tidak dapat diubah dalam jangka pendek. Umumnya, committed fixed costs timbul karena adanya keputusan top manajemen perusahaan yang berlaku selama beberapa tahun. Contoh dari biaya tetap jenis ini adalah biaya pembangunan gedung, atau beban bunga yang timbul akibat pinjaman selama beberapa tahun silam. 
  2. Discretionary fixed costs: Discretionary fixed costs adalah jenis fixed cost  yang nilainya tidak gampang berubah sesuai dengan kondisi bisnis perusahaan, namun masih bisa dikurangi atau dihilangkan dengan tanpa mengganggu operasional perusahaan secara umum. Contoh dari komponen biaya tetap ini adalah beban iklan, uang langganan perangkat lunak (software). 

Pengertian Biaya Variabel

Kebalikan dari fixed cost  adalah biaya variabel atau variable cost. Variable cost jenis biaya yang nilainya mudah berubah sesuai dengan kondisi bisnis perusahaan. Ini artinya, apabila operasional perusahaan berhenti sama sekali atau belum dimulai, maka variable cost biasanya bernilai 0. 

Contohnya adalah biaya bahan baku. Apabila jumlah barang yang diproduksi oleh perusahaan meningkat, maka kebutuhan terhadap bahan baku juga meningkat, sehingga uang yang dibutuhkan untuk membeli hal ini juga naik. Kenaikan biaya bahan baku juga bisa terjadi apabila jumlah barang yang diproduksi perusahaan tetap namun ada kenaikan harga bahan baku. 

Apabila total pendapatan perusahaan hanya bisa digunakan untuk membayar total variable cost mereka, maka boleh dikatakan bahwa perusahaan tersebut sedang memasuki fase shutdown point. Pada fase ini, perusahaan tidak melihat adanya manfaat untuk tetap melanjutkan operasi dan tetap harus merugi karena masih harus membayar fixed cost mereka. Maka dari itu, tidak heran jika perusahaan yang sudah memasuki fase ini banyak yang memilih tutup.

Perbedaan Biaya Tetap dan Biaya Variabel

1. Periode pembayaran

Fixed cost umumnya dibayar secara berkala entah itu sebulan sekali atau bahkan satu tahun sekali. Hal ini sedikit berbeda dengan biaya variabel. Variable cost ada yang dibayar sebulan sekali, tetapi juga ada yang harus dibayar setiap minggunya atau bahkan dibayar setiap hari untuk menjaga proses operasional. 

2. Nominal pembayaran

Meskipun dibayarkan sekali dalam satu tahun, umumnya fixed cost membutuhkan nominal yang besar dalam satu kali pembayaran. Di sisi lain, nilai variable cost per unit umumnya tidak terlalu besar, namun apabila dijumlahkan, nilainya akan menjadi besar. 

Contoh, beban sewa gedung dikeluarkan setiap satu tahun sekali sebesar Rp50.000.000, sementara perusahaan Anda memiliki 10 orang karyawan dengan gaji Rp2.000.000 per orang. Maka, meskipun dikeluarkan per bulan, nilai variable cost akan tetap tembus Rp50.000.000, karena Anda memiliki banyak karyawan. 

3. Pembukuan akuntansi

Karena lebih sering dikeluarkan dan jenisnya banyak, maka tidak heran jika perlakuan terhadap biaya variabel juga berbeda dengan fixed cost. Misalnya, pembelian bahan baku atau pembelian barang dagang akan dimasukkan ke dalam jurnal pembelian. 

4. Keterkaitannya dengan proses produksi

Seperti yang telah disinggung di bagian pengertian di atas, besar kecilnya variable cost tergantung pada jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan, sementara besar kecilnya fixed cost tidak. Hal ini mengindikasikan bahwa variable cost lebih terkait dengan proses produksi dan bisnis perusahaan dibandingkan dengan fixed cost.

 5e. Proses penentuan harga jual

Jika Anda amati, semua komponen harga pokok penjualan (HPP) adalah jenis variable cost. Mulai dari beban pembelian, beban angkut, gaji karyawan produksi, hingga beban overhead (seperti biaya listrik dan air) adalah komponen beban yang nilainya gampang berubah sesuai dengan kapasitas produksi perusahaan. HPP inilah yang kemudian menjadi komponen utama dalam menentukan harga jual produk. 

Di sisi lain, biaya tetap (fixed cost) jarang menjadi komponen yang diperhitungkan untuk menentukan harga jual produk. Sebaliknya, biaya tetap umumnya masuk ke dalam kategori beban operasional perusahaan. Baik HPP maupun beban operasional, sama-sama digunakan untuk menentukan laba atau keuntungan perusahaan.

Contoh Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Biaya tetap

  1. Beban sewa atau pembangunan gedung. 
  2. Beban sewa atau pembelian kendaraan bermotor. 
  3. Beban pajak. 
  4. Beban penyusutan. 
  5. Beban iklan. 
  6. Beban benefit karyawan. Benefit karyawan yang sifatnya bukan pokok seperti gaji termasuk ke dalam discretionary fixed costs. Contohnya adalah biaya pelatihan karyawan, tunjangan-tunjangan dan asuransi. 

Biaya variabel

  1. Beban bahan baku.
  2. Beban distribusi dan beban angkut dari supplier ke perusahaan. 
  3. Beban listrik. 
  4. Beban yang digunakan untuk membeli bahan habis pakai (BHP), seperti kertas, pulpen atau alat tulis kantor lainnya. 
  5. Beban gaji karyawan. 
  6. Beban bahan bakar minyak (BBM). 

Meskipun berbeda, namun baik fixed cost maupun variable cost sama-sama berperan penting dalam keuangan sebuah perusahaan. Sebab, apabila keduanya ditambahkan akan menghasilkan total cost (TC). Titik impas atau break even point akan terjadi apabila total pendapatan (TR) bersilangan atau sama dengan TC. Setelah titik impas ini terjadilah, sebuah perusahaan bisa dikatakan mendapatkan keuntungan yang sebenarnya. Selain fixed dan variable cost terdapat satu jenis biaya lagi yang sebaiknya Anda pelajari, yaitu sunk cost. Sunk cost adalah biaya yang muncul ketika aset yang diproduksi perusahaan tidak bisa mendatangkan manfaat atau keuntungan untuk perusahaan tersebut. Pelajari selengkapnya di Investbro!

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *