Lompat ke konten
Daftar Isi

Pivot Point: Pengertian, Rumus, Cara Menghitung, Strategi

Pivot point dalam trading

Indikator teknis dalam dunia trading adalah indikator yang menggunakan persamaan matematika dan statistik untuk membantu trader memperkirakan pergerakan harga aset. Tidak jarang persamaan matematika yang digunakan disini adalah persamaan yang susah untuk dipahami dan dieksekusi secara manual khususnya oleh trader pemula. 

Akan tetapi, ada juga indikator teknis yang mudah dipahami dan dieksekusi secara manual. Salah satunya adalah pivot point. Apa arti indikator ini dan bagaimana cara menghitungnya? Yuk baca artikel di bawah!

Pengertian Pivot Point

Pivot point adalah indikator teknis yang digunakan untuk menghitung nilai keseimbangan suatu aset dalam satu periode trading. Biasanya komponen yang digunakan untuk menghitung pivot point adalah harga penutupan, titik-titik harga tertinggi dan titik-titik harga terendah. 

Indikator ini umumnya dipakai oleh day trader untuk memperkirakan level resistance dan support suatu aset keesokan harinya, memperkirakan arah trend dan menentukan kapan harus masuk dan kapan harus keluar pasar. Namun demikian, indikator ini juga cocok untuk dipakai oleh swing trader atau position trader. 

Apabila kurva harga terus bergerak di atas pivot point, maka dapat disimpulkan kalau pasar aset tersebut sedang bullish. Di sisi lain, kalau harga terus bergerak di bawah nilai ini, maka, itu artinya pasar sedang bearish.

Rumus Pivot Point

Seperti yang tertulis di atas, rumus pivot point cukup sederhana yaitu:

P = (H+L+C)/3

Supaya analisis yang Anda lakukan lebih lengkap, sebaiknya Anda juga menghitung potensi level resistance dan support terlebih dahulu dengan:

R1 = (P x 2)- L

R2 = P + (H-L)

S1 = (P x 2)- H

S2 = P – (H-L)

Keterangan:

P = Pivot point.

R1 = Resistance 1.

R2 = Resistance 2.

S1 = Support 1

S2 = Support 2

H = Harga tertinggi.

L = Harga terendah.

C = Harga penutupan.

Cara Menghitung Pivot Point

Saat ini indikator ini sudah tersedia di berbagai aplikasi trading sehingga Anda tidak perlu menghitungnya secara manual. Akan tetapi, kalau Anda ingin menghitung indikator ini secara manual, berikut ini langkah-langkahnya:

  1. Setelah bursa forex tutup, segera temukan titik-titik harga tertinggi dan titik-titik harga terendah pada hari trading tersebut. Lalu, cari berapa harga penutupan pada hari trading sebelumnya. Misalnya, hari ini hari Rabu dan Anda ingin trading. Maka, untuk mencari hasil indikator ini, Anda harus mencari titik-titik harga tertinggi dan terendah di hari Selasa dan menemukan harga penutupan di hari Senin. 
  2. Tambahkan harga tertinggi, terendah dan penutupan tersebut lalu bagi 3. 
  3. Buat garis dan tanda P di chart pada level harga ini untuk menandai.
  4. Kalau nilai P sudah diketahui, maka saatnya menghitung R1, R2 dan S1 dan S2.

Untuk memahami apa itu pivot trading, mari lihat gambar berikut ini:

Gambar 1: Contoh pivot point (sumber: Wikipedia)
Gambar 1: Contoh pivot point (sumber: Wikipedia)

Dalam gambar di atas, pivot point (P) digambarkan dengan warna kuning sementara potensi support warna merah dan potensi resistance berwarna hijau. Pada awal kurva terlihat bahwasanya pergerakan harga terus bergerak di bawah garis kuning. Setelah rebound, akhirnya pergerakan harga aset terus bergerak di atas garis kuning sehingga dapat disimpulkan kalau pasar sedang bullish. 

Contoh Menghitung Pivot Point

Pada suatu hari Selasa, nilai tukar dolar terhadap rupiah naik 3 kali. Apabila harga penutupan pada hari Senin sebelumnya adalah sebesar 2.000, maka nilai P, S dan R untuk masing-masing gelombang harga adalah sebagai berikut:

TitikHarga
H12.500
H22.300
H32.450
L11.900
L21.930
L31.970
Tabel 1: Contoh pivot point
PR1R2S1S2
2133.3333332.3672.7331.7671.533
2076.6666672.2232.4471.8531.707
21402.3102.6201.8301.660
Tabel 2: Contoh pivot point

Keterangan:

H1/H2/H3 = Titik harga tertinggi pertama, kedua dan ketiga.

L1/L2/L3 = Titik harga terendah pertama, kedua dan ketiga.

Strategi Trading Dengan Pivot Point

1. Mencari pivot point dari candlestick

Menurut YouTuber sekaligus trader Daryl Yahya, pivot point tidak hanya bisa diperoleh dari menghitung secara matematis sebagaimana cara di atas tetapi juga bisa dicari dari mengamati candlestick. Pivot point dari candlestick bisa diperoleh dari menggunakan satu candlestick sebagai acuan maupun menggunakan satu area tertentu sebagai acuan.

Hanya saja syaratnya adalah:

  1. Jenis candlestick yang dijadikan acuan adalah candle marubozu (candlestick penuh tanpa ekor). 
  2. Area yang dijadikan acuan merupakan area harga terkonsolidasi
  3. Baik candlestick marubozu maupun area harga konsolidasi di atas harus terletak setelah swing baik itu swing low maupun swing high. 

2. Long vs. short

Seperti yang telah tertulis di atas apabila harga bergerak di atas pivot point, maka itu artinya pasar sedang bullish begitupun sebaliknya. Apabila pasar sedang bullish, maka sebaiknya Anda membuka posisi long sementara kalau pasar bearish maka short selling adalah strategi yang cocok. 

Hanya saja, Anda harus memastikan kalau Anda membuka posisi di waktu yang tepat. Jangan sampai Anda membuka posisi short ketika harga hanya turun sebentar dan kemudian naik lagi. 

Perbedaan dengan Fibonacci Retracement

Pivot point dan fibonacci retracement adalah dua indikator teknis yang sama-sama bisa dipakai untuk menentukan garis resistance dan support. Selain itu, keduanya juga responsif dengan harga aset sebelumnya sehingga pola garisnya akan bergerak sesuai dengan pergerakan harga aset di bursa. 

Bedanya adalah jika pivot point mengacu pada harga dalam bentuk bilangan cacah, maka fibonacci retracement mengacu pada persentase dari bilangan cacah tersebut yang mana persentase tersebut merupakan fibonacci golden ratio

Misalnya, jika harga pada level resistance sebelumnya (R1) adalah 2.500, maka untuk mendapatkan nilai resistance selanjutnya 2.500 tersebut tinggal dikurangi harga terendah (L) dan ditambah nilai P-nya. Lain halnya apabila nilai resistance dihitung dengan fibonacci retracement. Katakanlah rasio yang digunakan adalah 23,6%, maka nilai resistance selanjutnya diperkirakan sebesar 23,6% kali 2.500 atau sebesar 3090. 

Perbedaan fibonacci dengan pivot point lainnya adalah indikator teknis yang pertama tersebut akan tampil dengan beberapa garis sekaligus dalam kurva. Masing-masing garis mewakili fibonacci golden ratio yang digunakan sedangkan indikator yang kedua hanya tampil dengan 5 garis yaitu P, R1, R2, S1 dan S2. Hal ini mengakibatkan interpretasi fibonacci retracement cenderung akan lebih objektif dibandingkan pivot point. Oleh karena itu, pastikan Anda memilih mau pakai indikator yang mana dengan hati-hati.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *