Lompat ke konten
Daftar Isi

Rasio Margin Kontribusi: Pengertian, Rumus, dan Cara Menghitungnya

Rasio Margin Kontribusi

Ada banyak rasio keuangan yang perlu diketahui oleh seorang pebisnis. Rasio keuangan ini berguna untuk mengetahui kondisi nyata sebuah perusahaan dan menentukan strategi bisnis perusahaan tersebut kedepan. Salah satu rasio keuangan tersebut adalah rasio margin kontribusi atau contribution margin ratio. Simak selengkapnya dengan membaca artikel berikut ini:

Pengertian Rasio Margin Kontribusi

Rasio margin kontribusi adalah nilai keuntungan yang diperoleh perusahaan setelah mengurangkan total pendapatan dengan biaya variabel. Nilai ini dapat disampaikan dalam bentuk nominal bruto (seluruh pendapatan dan seluruh biaya variabel) maupun per unit. 

Biaya variabel sendiri adalah jenis komponen biaya yang dapat berubah-ubah seiring dengan perubahan kapasitas produksi. Umumnya, biaya ini termasuk biaya bahan baku, gaji dan tunjangan karyawan, biaya angkut dan lain sebagainya. 

Secara sederhana, harga jual sebuah produk minimal harus sama dengan biaya variabel yang digunakan untuk memproduksi produk tersebut supaya bisa bertahan di pasaran. Apabila harga jual produk tersebut di bawah nilai biaya variabel per unitnya, tentu perusahaan akan mengalami kerugian. 

Rumus Rasio Margin Kontribusi

Rumus rasio margin kontribusi cukup sederhana, yaitu:

CM = Total Penjualan – Total Biaya Variabel

 Atau

CM = Total Penjualan per Unit – Total Biaya Variabel per Unit

Atau

CM = (Total Penjualan – Total Biaya Variabel) * Total penjualan

Misalnya, sebuah toko kue mendapatkan pesanan 200 kue lapis untuk hajatan. Untuk membeli bahan baku dan perkiraan listrik, biaya yang dibutuhkan adalah Rp150.000 dan untuk membayar gaji karyawan lepas dan pemilik dibutuhkan Rp200.000. Jika kue lapis tersebut dihargai sebesar Rp2.000 per kue, maka total margin kontribusinya adalah:

CM = (200*2.000) – (150.000+200.000) = 400.000-350.000 = Rp50.000. 

Apabila dibuat dalam bentuk persentase, maka:

CM = (200*2.000) – (150.000+200.000)/ 400.000 = (400.000-350.000)/400.000 = 50.000/400.000 =12,5%.

Ini artinya, dari 2.000 rupiah per kue, pemilik hanya akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp250 per kue atau 12,5% setelah dikurangi dengan biaya variabel. Karena sudah dikurangi dengan biaya tenaga kerja, maka nominal keuntungan ini bisa digunakan untuk kebutuhan lain, misalnya untuk memesan banner yang akan digunakan di depan toko atau ditabung untuk perkembangan toko kedepannya. 

Cara Menghitung Rasio Margin Kontribusi

1. Ketahui nilai penjualan atau pendapatan kotor

Secara garis besar, total penjualan atau pendapatan kotor adalah hasil kali antara harga barang per unit dengan jumlah barang terjual. Dalam kasus di atas, harga barang per unit adalah Rp2.000 dan jumlah barang yang terjual adalah 200. 

Akan tetapi, dalam banyak kasus ada faktor-faktor lain yang perlu Anda pertimbangkan, seperti retur barang dari pelanggan dan pendapatan non-operasional. Retur barang dari pelanggan tentunya akan mengurangi nilai total penjualan yang bisa Anda peroleh. Sebaliknya, pendapatan non operasional, seperti pendapatan bunga atau pendapatan pajak akan memperbesar pendapatan kotor, sehingga memasukkan kedua data ini dalam perhitungan akan membuat perhitungan bisnis Anda tidak akurat. 

2. Ketahui nilai biaya variabel

Seperti yang telah disebutkan di atas, biaya variabel adalah biaya yang nilainya mudah berubah seiring dengan perubahan kapasitas bisnis perusahaan. Perubahan ini umumnya bisa terjadi dalam jangka pendek atau di bawah 1 tahun. 

Selain biaya bahan baku dan biaya gaji, biaya variabel juga bisa termasuk biaya angkut bahan baku dari supplier, ongkos kirim barang ke konsumen, hingga biaya overhead, seperti listrik, bahan habis pakai dan lain sebagainya. 

Pentingnya Rasio Margin Kontribusi dalam Bisnis

1. Menghitung jumlah uang yang tersedia untuk membayar biaya tetap

Berbeda dengan variabel cost, biaya tetap (fixed cost) adalah jenis komponen biaya yang nilainya tidak dapat berubah dalam jangka pendek (kurang dari 1 tahun). Biasanya, nilai komponen biaya tetap ini cukup besar, seperti biaya sewa toko, biaya sewa tanah dan lain sebagainya. 

Dengan menghitung contribution margin, Anda akan mengetahui berapa sisa uang yang bisa Anda simpan untuk membayar biaya tetap kedepannya. Misalnya, Anda memiliki toko kue yang memproduksi Chiffon ukuran besar. 

Setiap Chiffon dijual seharga Rp35.000 dan dalam 1 bulan, Anda biasanya berhasil menjual 400 kue. Jika gaji Anda dan pegawai Anda setiap bulan total adalah Rp5.000.000 dan biaya bahan baku dan listrik setiap bulan adalah Rp6.500.000, maka nilai margin kontribusinya adalah sebesar:

 CM = (400 * 35.000) – (5.000.000 + 6.500.000) = 14.000.000 – 11.500.000 = 3.500.000

 CM (%) = 3.500.000/14.000.000 =25%. 

Jika biaya sewa satu toko adalah sebesar Rp21.000.000 per tahun, maka Anda perlu mengumpulkan sisa uang tersebut selama 6 bulan kedepan supaya bisa lunas. 

2. Menghitung break even point

Break even point atau titik impas adalah titik dimana total penjualan sama dengan total biaya untuk memproduksi produk. Hal ini dalam artian, total penjualan sejak awal operasional bisnis sama dengan jumlah biaya variabel ditambah dengan biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan. Dalam contoh di poin satu di atas, titik break even point (BEP) terjadi di bulan ke-6, yaitu saat uang sisa contribution margin selama 6 bulan bisa digunakan untuk membayar sewa toko selama 1 tahun. 

Sebelum titik impas ini terjadi, sisa margin kontribusi tersebut harus dikumpulkan untuk membayar sewa atau membayar biaya tetap yang notabene nilainya besar. Namun setelah titik ini terjadi, uang sisa margin kontribusi tersebut bisa digunakan untuk apa saja, mulai dari inovasi, mengembangkan toko, menambah kapasitas produksi dan lain sebagainya. 

Oleh sebab itu, salah satu hal penting yang menyebabkan sebuah bisnis harus mengetahui nilai indikator keuangan ini adalah untuk mengetahui kapan titik BEP ini akan terjadi. Sebab, semakin cepat BEP terjadi, semakin baik pula potensi perkembangan bisnis tersebut. 

Perbedaan Margin Kontribusi dan Gross Profit Margin

Rasio keuangan lain yang sering digunakan adalah gross profit margin (GPM). Sama-sama menggunakan total penjualan dalam rumusnya, namun GPM tidak menggunakan biaya variabel, tetapi cost of good sold atau Harga Pokok Penjualan (HPP).Harga pokok penjualan ini bisa berarti biaya kulakan atau pembelian jika perusahaan Anda adalah perusahaan dagang tapi juga bisa mencakup biaya produksi jika perusahaan Anda adalah perusahaan manufaktur. Dengan kata lain, jika rasio margin kontribusi hanya menggunakan biaya variabel saja sebagai pengurang, maka gross profit margin (GPM) sudah menggunakan hampir semua komponen biaya perusahaan yang terkait dengan produksi dan penjualan.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *