Reksadana adalah instrumen investasi yang kini banyak digemari. Pasalnya, hanya dengan membeli satu unit reksadana sebesar Rp10.000 saja, Anda bisa berinvestasi di pasar uang, pasar saham dan obligasi sekaligus.
Hal ini bisa terjadi karena, uang dari investor tersebut akan dikumpulkan dan dikelola oleh sebuah perusahaan manajer investasi. Manajer investasi tersebut kemudian akan mengalokasikan dana investor tersebut ke instrumen pasar uang, seperti deposito dan tabungan, ke instrumen surat utang atau obligasi atau ke saham,
Reksadana yang dialokasikan untuk pasar uang disebut dengan reksadana pasar uang (RDPU), sementara reksadana yang dialokasikan untuk obligasi sering disebut dengan reksadana obligasi (RDO) atau reksadana pendapatan tetap (RDPT). Diantara ketiganya, rdpu dan rdpt adalah jenis reksadana yang lebih banyak diminati.
Di antara keduanya, mana yang lebih menguntungkan ya? Simak selengkapnya berikut ini:
RDPU
Seperti yang telah disebutkan di atas, RDPU adalah jenis reksadana yang mayoritas dana investor akan dialokasikan ke instrumen pasar uang, seperti deposito. Reksadana jenis ini umumnya menawarkan return yang relatif rendah, yaitu sebesar 3%-5% per tahun.
Namun demikian, RDPU juga dikenal sebagai instrumen investasi dengan risiko rendah. Pasalnya, apabila Anda amati grafik pergerakan harga instrumen investasi yang satu ini, akan tampak kalau harga atau nilai NAV per unit RDPU cenderung naik dari tahun ke tahun dengan tanpa fluktuasi.
RDPU juga merupakan instrumen investasi yang cocok untuk investasi jangka pendek. Selain bebas risiko fluktuasi harga, hal ini juga karena proses pencairan RDPU yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan reksadana jenis lainnya. Untuk mencairkan RDPU, Anda hanya akan membutuhkan waktu sekitar 2 hari kerja, sementara untuk RDO atau RDS (reksadana saham), membutuhkan waktu 7 hari kerja.
RDPT
Reksadana Pendapatan Tetap (RDPT) adalahreksadana yang sebagian besar dana dari investornya akan dialokasikan untuk investasi obligasi. RDPT menawarkan return yang cukup tinggi, yaitu sekitar 5%-9% termasuk diantaranya keuntungan yang diberikan oleh manajer investasi dalam bentuk dividen. Menurut hasil kalkulasi dari laman The Overpost menggunakan 79 reksadana yang sudah berusia diatas 5 tahun, imbal hasil reksadana pasar uang adalah sekitar 3,72% hingga 4,63% per tahun, sementara reksadana pendapatan tetap, memiliki return sebesar 5,26% hingga 6,52% per tahun.
High risk high return, dengan semakin tinggi return yang dihasilkan oleh instrumen investasi ini, maka semakin tinggi pula risikonya. Hal ini karena RDPT terpapar dengan risiko fluktuasi harga, sehingga investor diminta untuk menentukan waktu yang tepat sebelum menjual RDPT miliknya.
Untuk meminimalisir risiko, investor bisa melihat fund fact sheet reksadana tersebut untuk mengetahui kredibilitas manajer investasi dan daftar obligasi yang dipilih oleh manajer investasi tersebut. Sebab, ada dua jenis obligasi yang bisa dibeli, yaitu obligasi negara dan obligasi korporasi. Obligasi korporasi cenderung lebih berisiko dibandingkan dengan obligasi negara.
Berbeda dengan obligasi yang baru bisa dijual ketika tanggal jatuh tempo, reksadana pendapatan tetap bisa dijual kapanpun. Hanya saja, proses penjualan ini memakan waktu 7 hari kerja, sehingga lebih lama dibandingkan dengan RDPU.
Perbandingan RDPU dan RDPT
Untuk melihat perbedaan antara kedua reksadana ini secara jelas, Anda bisa melihat tabel perbandingan berikut ini:
Keterangan | RDPU | RDPT |
Alokasi | Sebagian besar untuk pasar uang | Sebagian besar untuk obligasi |
Return | 3%-5% | 5%-9%, dari capital gain maupun dividen |
Risiko | Rendah, karena nilai instrumen pasar uang cenderung naik | Sedang, karena nilai obligasi bervariasi |
Modal | Bisa dimulai dengan Rp10.000 | Bisa dimulai dengan Rp10.000 |
Proses pencairan | Umumnya 2 hari kerja | 2-7 hari kerja |
Dari perbedaan di atas, dapat disimpulkan bahwasanya RDPT adalah jenis reksadana yang lebih menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan RDPU. Namun demikian, untuk membeli instrumen investasi ini, Anda harus bersiap dengan risiko fluktuasi harga dan durasi pencairan yang lebih panjang.
RDPU vs RDPT Menurut Tujuan Investasi
Karena terdapat berbagai perbedaan di atas, maka penggunaan RDPU dan RDPT juga berbeda. RDPU lebih cocok untuk investor yang ingin menjaga nilai modalnya agar tidak berubah. Selain itu, instrumen investasi ini juga lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan atau mendesak, seperti dana darurat atau untuk membeli alat elektronik sebelum akhir tahun.
Sebaliknya, reksadana pendapatan tetap (RDPT) lebih cocok untuk investasi jangka menengah, setidaknya 5 tahun agar hasilnya maksimal. Oleh karena itu, instrumen investasi ini sebaiknya juga digunakan untuk keperluan jangka menengah, seperti membiayai sekolah anak, membeli kendaraan bermotor dan lain sebagainya. Lain daripada itu, agar lebih efektif, pastikan Anda tidak menarik dana ini sama sekali selama periode investasi tersebut.
Tapi terlepas dari instrumen apapun yang Anda pilih, diversifikasi portofolio investasi adalah hal yang sangat penting untuk meminimalisir risiko. Katakanlah dengan membeli RDPU dan RDPT sekaligus, apabila nilai RDPT Anda sedang menurun, kenaikan nilai RDPU akan setidaknya mengurangi risiko penurunan modal Anda.