Lompat ke konten
Daftar Isi

Apa itu Saham Cyclical dan Non-Cyclical?

Apa itu Saham Cyclical dan Non-Cyclical

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya di masa modern ini faktor eksternal kondisi musim dan ekonomi secara keseluruhan masih mempengaruhi bisnis sebuah perusahaan. Entah itu menurunkan jumlah barang yang bisa diproduksi maupun menurunkan permintaan. 

Karena pengaruh musim dan kondisi ekonomi inilah ada dua klasifikasi saham yang perlu Anda ketahui yaitu saham cyclical dan non-cyclical. Apa itu saham cyclical dan non-cyclical dan apa kelebihan dan kekurangannya? Simak ulasannya berikut ini. 

Apa itu Saham Cyclical?

Saham cyclical atau saham yang dirilis oleh perusahaan yang kondisi bisnisnya mudah dipengaruhi oleh siklus bisnis dan ekonomi.

Umumnya saham cyclical diterbitkan oleh perusahaan yang memproduksi kebutuhan tersier sehingga ketika ekonomi memburuk, masyarakat tidak akan membeli produk tersebut.

Harga saham musiman akan turun apabila kondisi ekonomi memburuk dan akan membaik apabila kondisi ekonomi sedang membaik. Bahkan tidak jarang ketika ekonomi sedang membaik, peningkatan harga saham perusahaan ini melebihi peningkatan harga saham perusahaan lainnya (emerging growth stock).

Contoh mudahnya adalah saham yang diterbitkan oleh perusahaan saham sektor industri penerbangan. Ketika ekonomi sedang memburuk dan masyarakat tidak bisa berpergian menggunakan pesawat, maka kinerja perusahaan tersebut akan anjlok begitupun dengan pendapatannya.

Berikut ini beberapa contoh saham cyclical:

  1. PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN)
  2. PT Matahari Department Store Tbk (LPPF)
  3. PT Surya Citra Media Tbk (SCMA)
  4. PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA)
  5. PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES)
  6. PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)
  7. PT Astra Otoparts Tbk (AUTO)
  8. PT MD Pictures Tbk (FILM)
  9. PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX)
  10. PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL)
  11. PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) 
  12. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
  13. PT Aneka Tambang Tbk

Apa itu Saham Non-Cyclical?

Saham non-cyclical yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang kondisi bisnisnya tidak mudah terpengaruh dengan musim atau ekonomi nasional. Oleh karena itu, umumnya surat berharga jenis ini disebut juga dengan saham defensif.

Sahan non-cyclical adalah kebalikan dari saham cyclical.

Biasanya, saham non-cyclical diterbitkan oleh perusahaan produsen kebutuhan pokok sehingga meskipun resesi, masih banyak konsumen yang membeli barang-barang tersebut. Akibatnya, pertumbuhan harga saham non-cyclical cenderung stabil dalam kondisi apapun. 

Contoh perusahaan seperti ini adalah perusahaan produsen bahan-bahan pertanian seperti, pupuk dan pestisida. Walaupun ekonomi sedang krisis, barang-barang yang diproduksi oleh perusahaan ini tetap dibutuhkan khususnya oleh petani sehingga tidak jarang pertumbuhannya tetap positif meskipun resesi dan bisa jadi juga perusahaan jenis ini akan mendapatkan bantuan pemerintah karena perannya yang penting.

Sektor lainnya adalah perusahaan consumer goods yang barangnya berupa makanan akan terus dibeli masyarakat terlepas dari kondisi ekonomi.

Contoh saham non-cyclical adalah:

  1. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
  2. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
  3. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
  4. PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA)
  5. PT Mayora Indah Tbk (MYOR)
  6. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI)
  7. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
  8. PT PT Ultra Jaya Milk Industri & Tradig Company Tbk (ULTJ)
  9. PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO)
  10. PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI)
  11. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)
  12. PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD)
  13. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)

Kelebihan dan Kekurangan Saham Cyclical

Dari pembahasan di atas terlihat bahwasannya salah satu kelebihan utama dari saham cyclical adalah harganya bisa naik di atas rata-rata ketika kondisi ekonomi membaik dan kinerja perusahaan baik pula. 

Sebut saja saham ITMG yang dalam satu tahun ini berhasil naik hingga di atas 100%. Kenaikan harga saham ITMG ini salah satunya dipicu oleh peningkatan harga komoditas dunia pasca covid-19. Nilai ini jauh di atas rata-rata peningkatan seluruh industri sebab, pada saat yang bersamaan, IHSG atau pergerakan harga saham rata-rata di Indonesia hanya naik dalam kisaran 13,8%.

Kekurangannya adalah apabila kondisi krisis, harga saham jenis ini bisa jadi turun sangat tajam. Tentu masih kuat dalam ingatan masyarakat Indonesia bahwa harga saham Garuda terus merosot dari awal tahun 2020 sampai akhirnya terkena suspend akibat covid 19. 

Kelebihan dan Kekurangan Saham Non-Cyclical

Kelebihan saham non-cyclical adalah perubahan harganya yang tidak terlalu tajam baik ketika resesi maupun setelah ekonomi mulai pulih kembali. Akan tetapi, karena perubahan harga yang tidak terlalu tajam ini juga lah yang membuat potensi keuntungan yang bisa diperoleh trader dan investor dari capital gain tidak setinggi saham cyclical.

Mari kita ambil contoh Indofood CBP (ICBP). Pada Desember 2019 (sebelum covid-19) harga saham perusahaan tersebut berada pada level 11.450 per lembar. Sempat menurun hingga 7000 per lembar, kini harga saham perusahaan consumer goods tersebut naik hingga 9.425 per lembar atau turun kurang lebih 2000 rupiah per lembar dibandingkan 1,5 tahun sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan IHSG dalam 1 tahun kebelakang, kenaikan harga saham ICBP juga tidak terlalu jauh. Sepanjang Juli 2021 hingga Juli 2022, IHSG naik hingga 13,8% sementara saham milik Salim Group tersebut naik 10,8%. 

Lebih Baik Saham Cyclical atau Non-Cyclical?

Baik saham cyclical maupun non-cyclical memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Maka dari itu, sebaiknya Anda memilih di antara kedua jenis saham ini sesuai dengan kebutuhan, gaya investasi dan profil risiko Anda. 

Boleh dibilang kalau saham kategori yang pertama cenderung memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan saham kategori yang kedua sehingga lebih cocok untuk investor agresif atau short-term trader. Sebaliknya, saham non-cyclical (kategori kedua) lebih cocok untuk investor konservatif dan moderat serta investor pemula.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *