Selama masa pandemi seperti sekarang, saham sektor consumer goods dinilai lebih stabil dan tahan terhadap krisis ekonomi. Hal ini karena barang yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan FMCG akan terus dikonsumsi masyarakat. Oleh sebab itu, tidak heran jika banyak perusahaan dari daftar saham consumer goods tanah air yang mencatatkan keuntungan tidak sedikit saat banyak perusahan lain mengalami kerugian besar.
Daftar Saham Consumer Goods Terbaik
Meskipun memiliki potensi besar untuk berkembang tetapi Anda sebaiknya berhati-hati ketika berniat membeli saham perusahaan consumer goods. Sebab tidak semua perusahaan memiliki kinerja serta fundamental sama meskipun ada di sektor yang menguntungkan. Karenanya, kami tidak menyertakan saham gorengan di list di bawah ini.
Berikut ini beberapa saham perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI untuk Anda beli di tahun 2022:
1. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
Sebagai perusahaan barang konsumsi paling terkenal di Indonesia, Indofood CBP merupakan pilihan paling berkualitas dan termasuk saham yang tergolong blue chip. Produk andalannya adalah Indomie, Pop Mie, dan Indomilk. Karenanya, ICBP merupakan saham makanan paling stabil dan tahan resesi.
Rutin berada di top 20 kapitalisasi pasar Indonesia, ICBP merupakan emiten consumer goods dengan prospek jangka panjang terbaik menurut penilaian Investbro. Diversifikasi produk serta moat yang dimilikinya menjadikan ICBP akan terus menguasai pasar FMCG dalam puluhan tahun ke depan.
2. Matahari Putra Prima Tbk (MPPA)
Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) adalah perusahaan yang mengelola jaringan supermarket di seluruh Indonesia seperti, Hypermart, Primo Supermarket, Boston Health & Beauty dan lain-lain. Menurut data dari BEI, saham MPPA adalah saham consumer goods kategori non skilikal yang paling banyak dan paling sering diperjual belikan oleh investor maupun trader.
MPPA tercatat ditransaksikan sebanyak lebih dari 1 juta kali dalam periode tersebut. Maka tidak heran jika terdapat lompatan harga saham MPPA pada periode ini. Sama seperti, perusahaan FMCG lainnya, MPPA juga terkena dampak covid19. Untuk mengatasinya, pihak perusahaan semakin menekankaan transformasi perdagangan offline to online dan mengembangkan sistem pembayaran menggunakan QRIS.
3. Mustika Ratu Tbk (MRAT)
Nama Mustika Ratu tentunya sudah tidak asing di masyarakat. Maklum, perusahaan kosmetik yang satu ini memang menonjolkan kosmetik dengan bahan dasar khas Indonesia yang diramu khusus sesuai dengan resep dari pendirinya, yaitu Ibu Mooryati Soedibyo. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1978 atas inisiatif Ibu Mooryati Soedibyo yang ingin mewariskan resep kosmetik ala bangsawan Jawa ke masyarakat.
Saat ini selain memproduksi kosmetik, Mustika Ratu juga memiliki jaringan salon dan spa serta merupakan penyelenggara resmi dari kompetisi kecantikan, Puteri Indonesia.
4. Gudang Garam Tbk (GGRM)
Produk perusahaan rokok milik Wonowidjojo bersaudara ini hingga kini masih diminati. Terbukti, pada periode Januari-September 2022, produk perusahaan ini berhasil terjual senilai 93 triliun rupiah atau naik 1 triliun dibandingkan pendapatan pada periode Januari-September 2021.
Namun sayangnya Anda perlu tahu bahwasanya pada Januari 2022 harga rokok akan naik. Tentu, hal ini akan membuat investor was-was mengingat rokok memang sangat diminati di negeri ini tapi bukan termasuk kebutuhan pokok. Akibatnya, perubahan harga rokok bisa berdampak pada penghasilan perusahaan.
5. Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
Meskipun mengalami trend penurunan harga yang kuat selama beberapa tahun terakhir, namun nyatanya saham UNVR masih banyak peminat. Terbukti hingga triwulan ketiga tahun 2021, saham UNVR telah ditransaksikan lebih dari 1 juta kali dengan nilai transaksi nyaris 21 triliun.
Secara tidak langsung hal ini membuktikan bahwa disamping pergerakan harga yang terus menrun, banyak investor dan trader yang percaya kalau perusahaan ini baik-baik saja. Unilever termasuk kategori saham konsumer terbaik berstatus blue chip syariah bukan dengan tanpa alasan. Dari segi usia saja Unilever sudah ada di Indonesia sejak sebelum negara ini merdeka. Sementara dari segi finansial, Unilever membuktikan bahwa perusahaan asal Belanda ini mampu menghadapi krisis akibat pandemi.
6. Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI)
“Sari Roti, Roti, Sari Roti” PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk adalah perusahaan yang memproduksi roti tawar Sari Roti. Perusahaan yang dipimpin oleh Wendy Sui Cheng Yap ini berdiri pada tahun 1995 di Cikarang, Bekasi dan mulai masuk Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 dengan kode ROTI. Selain roti tawar, PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk juga memproduksi berbagai jenis roti, seperti dorayaki, sandwich hingga croissant.
Sepanjang 5 tahun terakhir harga saham ROTI terbilang cukup stabil. Hal ini mengingat bahwasanya perusahaan ini memiliki 14 pabrik dan 70.000 jaringan pemasaran di seluruh Indonesia. Tidak hanya di minimarket, produk-produk Sari Roti juga bisa ditemukan di abang penjual roti keliling.
7. Mayora Indah Tbk (MYOR)
Nama Mayora mungkin masih terdengar asing di telinga Anda, namun tentunya tidak dengan Kopiko, biskuit Roma atau Mie Gelas. Yup! Mayora Indah Tbk adalah perusahaan yang memproduksi camilan-camilan yang mudah ditemukan di toko kelontong tersebut.
Mayora pertama kali didirikan pada tahun 1997, akan tetapi sejarah perusahaan ini bisa ditelusuri hingga tahun 1940-an. Sekarang ini, produk-produk Mayora tidak hanya bisa ditemukan di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain di 5 benua di seluruh dunia.
Apa itu Perusahaan Sektor Consumer Goods?
Saham consumer goods adalah saham dari perusahaan yang memproduksi berbagai produk kebutuhan masyarakat yang kerap digunakan sehari-hari. Contoh paling mudahnya adalah makanan ringan, alat kebersihan, dan sebagainya.
Bagi para investor, saham perusahaan seperti ini merupakan salah satu saham paling diperebutkan mengingat potensi keuntungannya sangat tinggi. Karena memproduksi barang-barang kebutuhan dasar masyarakat maka tentu saja produknya akan selalu laku di pasaran. Pelajari apa itu saham beserta jenis-jenisnya.
Siapa yang Cocok Membeli Saham Jenis ini?
Pada dasarnya saham sektor consumer goods cocok dimiliki oleh siapa saja baik itu investor pemula maupun berpengalaman. Hal ini dikarenakan potensi keuntungannya yang cukup besar. Jika Anda mencari investasi yang tergolong aman, maka saham consumer goods cocok untuk Anda.
Meski begitu, jika Anda masih pemula maka ada baiknya untuk lebih berhati-hati dalam memilih saham di sektor ini. Anda disarankan untuk membeli perusahaan consumer goods yang memiliki performa serta fundamental bagus untuk meminimalisir kerugian. Bila perlu Anda bisa memilih saham blue chip dari sektor ini.
Meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak, tetapi ada perusahaan consumer goods di atas sudah masuk kriteria blue chip di IHSG sehingga bisa menjadi pilihan terbaik bagi pemula. Jika Anda sudah mantap memilih namun belum tahu cara membelinya, saaatnya belajar cara membeli saham.
Kelebihan Saham di Sektor Consumer Goods
Kelebihan terbesar dari perusahaan di sektor ini adalah banyak diantaranya merupakan perusahaan ternama dengan produk-produk kebutuhan pokok. Ini artinya, kinerja perusahaan tersebut relatif akan tetap stabil meskipun ada perubahan dalam kondisi pereknomian nasional karena produknya tetap akan dibutuhkan dan dibeli oleh masyarakat.
Kelebihan yang kedua adalah, saat ini konsumen banyak produk-produk konsumen tidak hanya dinikmati oleh masyarakat dalam negeri saja. Beberapa produk, seperti Indomie bahkan sudah diekspor hingga Afrika. Ini artinya, potensi bisnis internasional perusahaan-perusahaam FMCG di atas terbilang cukup besar.
Tahun 2024 sebagai tahun pemilu diperkirakan juga akan memiliki dampak positif terhadap pergerakan harga saham ini. Pasalnya, umumnya ketika tahun pemilu, perputaran roda perekonomian masyarakat Indonesia meningkat yang berarti akan ada banyak produk-produk konsumen yang dibutuhkan masyarakat.
Kekurangan Saham Consumer Goods
Salah satu nature dari perusahaan produk konsumen adalah nilai laba per produknya yang sedikit, sehingga mau tidak mau perusahaan akan mengandalkan volume penjualan. Tidak hanya itu, jumlah pesaing bisnis ini juga cukup banyak dan seringkali strategi persaingan yang diambil adalah persaingan harga. Maka, jangan heran jika pertumbuhan pendapatan perusahaan ini tidak terlalu tajam sebagaimana perusahaan di sektor lainnya.
Ancaman lain juga datang dari inflasi baik dalam negeri maupun di luar negeri. Inflasi secara natural menurunkan daya beli konsumen. Hal ini bisa berakibat penurunan pendapatan perusahaan, khususnya jika produk perusahaan tersebut bukan produk pokok. Di sisi lain apabila perusahaan memiliki bahan baku yang harus diimpor dari luar negeri, inflasi yang terjadi di dunia seperti saat ini dapat meningkatkan harga bahan baku. Padahal seperti yang telah dibahas di atas, persaingan harga di produk konsumen sangat ketat. Jika perusahaan tidak menaikkan harga, maka laba diperkirakan akan turun.
Risiko Membeli Saham Consumer Goods
Membeli saham di sektor ini sebenarnya tidak ada bedanya dengan membeli saham perusahaan lainnya. Risiko yang dimilikinya juga sama seperti investasi saham lainnya yaitu seperti capital loss, delisting, dan tentu saja kebangkrutan.
Meskipun selama pandemi perusahaan di sektor ini mencatat hasil cukup baik tetapi masih ada kemungkinan untuk mengalami ketiga hal tersebut. Oleh sebab itu, baik Anda yang masih pemula atau sudah berpengalaman tidak ada salahnya untuk lebih berhati-hati.
Untuk meminimalisir risiko, Anda bisa memilih perusahaan yang sudah berpengalaman, memiliki reputasi dan kinerja paling bagus seperti perusahaan nasional atau perusahaan besar lainya.
Meskipun sebenarnya perusahaan yang tidak terlalu populer juga tidak masalah tetapi tentu saja resikonya lebih besar. Pelajari kinerja, produk yang dihasilkan serta kapitalisasi pasar agar bisa menemukan perusahaan yang tepat untuk dibeli.
Meskipun tidak termasuk daftar saham consumer goods di atas tetapi sebenarnya masih banyak perusahaan sejenis yang tidak kalah bagus dan layak untuk dibeli. Meski kurang dikenal tetapi sebenarnya produk-produknya sudah banyak ditemukan di pasaran tanah air.