Jasa kesehatan dan obat-obatan selalu dibutuhkan pasar. Maka dari itu, tidak mengherankan jika banyak perusahaan-perusahaan farmasi berdiri di Indonesia dan menjual sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
Jasa layanan perusahaan kesehatan yang listing di BEI dapat dibagi menjadi empat sub layanan yaitu: penyedia layanan kesehatan aka rumah sakit, penyedia alat-alat kesehatan, perusahaan yang menyediakan jasa riset kesehatan dan yang terakhir di bidang produksi dan distribusi obat-obatan (farmasi).
Namun pada artikel kali ini, Investbro akan membahas daftar saham kesehatan kategori farmasi terbaik di Indonesia. Sebelum masuk ke dalam daftar tersebut, mari kita ketahui apa itu perusahaan sektor farmasi terlebih dahulu.
Apa itu Perusahaan Sektor Farmasi?
Perusahaan sektor farmasi adalah perusahaan yang secara khusus memproduksi dan mendistribusikan obat-obatan untuk didistribusikan ke rumah sakit, klinik dan jaringan apotek di seluruh Indonesia. Obat-obatan disini juga termasuk jamu dan obat tradisional lainnya.
Meskipun demikian, tidak jarang juga perusahaan sektor ini mengembangkan sayap bisnisnya ke usaha yang lain tapi masih masuk lini kesehatan seperti, produksi dan distribusi alat kesehatan atau memiliki jaringan apotek dan klinik sendiri seperti Kalbe Farma.
Berikut ini beberapa nama perusahaan yang bergerak di bidang farmasi:
- Darya-Varia Laboratoria (DVLA)
- Indofarma (INAF)
- Kimia Farma (KAEF)
- Kalbe Farma (KLBF)
- Merck (MERK)
- Phapros (PEHA)
- Pyridam Farma (PYFA)
- Organon Pharma Indonesia (SCPI)
- Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO)
- Soho Global Health (SOHO)
- Tempo Scan Pacific (TSPC)
- Millenium Pharmacon International (SDPC)
Daftar Saham Farmasi Terbaik di Indonesia
Berikut beberapa saham perusahaan terbaik di tanah air:
1. Kalbe Farma (KLBF)
Kalbe Farma merupakan perusahaan farmasi yang memiliki ratusan cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Tidak hanya itu, produkobat-obatan dari perusahaan ini juga setia menemani masyarakat Indonesia seperti obat masuk angin Bejo, vitamin C Hevit C, dan lain sebagainya.
Sepanjang Juli 2022-Juli 2023, harga saham KLBF terbilang cukup stabil di rentang Rp1.500 hingga Rp2.300 per lembar. Ketika tulisan ini dibuat, saham perusahaan farmasi yang satu ini dijual dengan harga Rp1965 per lembar. Dari segi keuangan, sebenarnya kinerja KLBF menunjukkan pertumbuhan yang stabil, namun karena tingginya beban yang harus dibayarkan perusahaan, laba perusahaan ini jadi mengalami penurunan dari 858 miliar pada Maret 2022 menjadi 813 miliar rupiah pada Maret 2023.
2. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO)
Tentu tidak lengkap rasanya jika menyebut produk jamu Indonesia dengan tanpa mengutip Sido Muncul dibelakangnya. Yup! Sido Muncul adalah salah satu perusahaan jamu terkemuka di Indonesia yang sudah listing di Bursa Efek Indonesia.
Sempat mengalami kenaikan pada awal tahun, sepanjang paruh awal tahun 2023 ini harga saham SIDO terus mengalami penurunan dari 900 rupiah per lembar kini menjadi Rp700 per lembar. Namun apabila dilihat dari segi keuangan, bisnis perusahaan ini pada triwulan pertama tahun 2023 menunjukkan perbaikan performa. Pendapatan naik dari 880 miliar rupiah pada Maret 2022 menjadi 907 miliar rupiah pada Maret 2023. Pada periode yang sama, laba komprehensif perusahaan ini juga naik dari 295 miliar menjadi 301 miliar rupiah.
3. Kimia Farma (KAEF)
Kimia Farma Tbk adalah perusahaan BUMN terbesar yang bergerak di industri farmasi. Berdiri sejak tahun 1971 dan mulai masuk bursa pada tahun 2001, produk-produk perusahaan yang sebenarnya sudah ada sejak zaman kolonial Belanda ini cukup akrab di telinga masyarakat Indonesia seperti, Paracetamol, Antasida Doen dan lain sebagainya.
Sempat dijual dengan harga di atas 5.000 rupiah per lembar, dalam 3 tahun ini saham KAEF mengalami bearish trend yang cukup kuat hingga saat ini (Juli 2023) saham ini hanya dijual dengan harga Rp850 saja per lembar. Menurut CNBC, hal ini karena selama pandemi terdapat spekulasi yang tinggi pada saham sektor kesehatan, sehingga harganya naik gila-gilaan.
Harga saham ini mulai menurun ketika laba bersih yang diatribusikan kepada investor mengalami penurunan setiap waktu dan ternyata kondisi bisnis perusahaan tidak bergerak sesuai harapan. Masih menurut laporan CNBC, pada triwulan pertama tahun 2023 ini laba KAEF yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk bahkan turun sebanyak 93,3% secara YoY dari 5,7 miliar rupiah menjadi 368 juta saja.
4. Tempo Scan Pacific (TSPC)
Perusahaan farmasi dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar keempat adalah Tempo Scan Pacific (TSPC). Sedikit berbeda dengan tiga perusahaan sebelumnya, TSPC tidak hanya memproduksi obat-obatan primer seperti Bodrex, Oskadon dan lain sebagainya, tetapi juga produk farmasi sekunder seperti hand and body lotion Marina, Vidoran Xmart.
Tempo Scan Pacific (TSPC) adalah perusahaan farmasi yang berdiri pada tahun 1970 dan mulai listing di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1994. Sepanjang tahun 2022 hingga awal 2023, harga saham perusahaan ini cukup stabil kalau tidak bisa dibilang sideways dengan harga saham berkisar antara Rp1.395 dan Rp1.500. Namun demikian pada triwulan kedua tahun ini, harga saham TSPC menunjukkan peningkatan signifikan. Ketika tulisan ini dibuat, saham perusahaan ini dijual dengan harga Rp1.785 per lembar.
Hal ini tidak mengherankan, sebab TSPC menunjukkan kinerja keuangan yang baik secara YoY hingga Maret 2023 lalu. Pendapatan perusahaan ini naik dari 2,9 miliar menjadi 3,2 miliar sementara labanya naik dari 289 juta menjadi 567 juta. Dengan kondisi keuangan yang cukup mapan dan volatilitas harga saham yang tidak tajam, saham TSPC adalah salah satu saham perusahaan farmasi yang cocok untuk dibeli investor pemula.
5. Merck Tbk (MERK)
PT Merck Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi alat dan bahan yang dibutuhkan untuk keilmuwan di bidang kesehatan. Termasuk diantaranya adalah bahan-bahan kimia. Perusahaan ini merupakan salah satu anak perusahaan dari Merck Group, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang yang sama di Jerman. Meskipun perusahaan induknya sudah ada sejak abad ke-17, namun PT Merck Tbk baru masuk ke Indonesia pada tahun 1970.
Sepanjang Juli tahun 2022- Juli 2023, harga saham MERK terbilang cukup stabil meskipun ada kalanya naik dan turun. Saat ini saham MERK dijual dengan harga Rp4.790 per lembar. Meskipun stabil, namun kondisi keuangan perusahaan ini secara YoY dari Maret 2022-Maret 2023 mengalami penurunan. Pendapatan perusahaan ini turun sebanyak 50 miliar rupiah dari 301 miliar menjadi 261 miliar sementara labanya menurun dari 68 miliar ke 46 miliar pada periode yang sama.
Saham sektor farmasi memang menarik untuk dibeli, sebab produk-produk perusahaan ini banyak dibutuhkan oleh masyarakat baik dari kalangan menengah ke atas maupun dari kalangan menengah ke bawah. Akan tetapi, pastikan Anda memeriksa laporan dan kinerja keuangan bisnis sektor ini yang terbaru ya!