Dalam beberapa tahun ini, industri teknologi di Indonesia mulai berkembang pesat dan mendapatkan nama besar di mata masyarakat. Pasalnya, kondisi demografi Indonesia didominasi oleh generasi muda yang melek teknologi, sehingga potensi pasar teknologi di negeri ini cukup menjanjikan.
Namun demikian, sektor teknologi adalah sektor saham yang masih baru dan seringkali mudah terombang ambing dengan kondisi pasar dan ekonomi nasional internasional. Di Indonesia sendiri, saham-saham teknologi tergabung ke dalam IDXTechno.
Selama 1 tahun lebih setelah dirilis, nilai indeks yang satu ini sempat meroket hingga lebih dari 3 kali lipat pada akhir Mei 2021- awal Agustus 2021 sebelum akhirnya terus mengalami penurunan hingga kini. Ini artinya, Anda perlu berhati-hati dalam memilih saham yang masuk ke dalam indeks saham satu ini.
Berikut ini daftar saham teknologi terbaik di Indonesia menurut kapitalisasi pasarnya:
1. DCI Indonesia Tbk (DCII)
Nama DCI Indonesia Tbk mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga Anda. Pasalnya meskipun produk perusahaan ini untuk perusahaan lainnya (B2B), namun saham DCII sempat meroket hingga lebih dari 5 kali lipat pada pertengahan Mei tahun 2021 lalu. Sejak saat itu, harga saham perusahaan ini relatif konsisten di level Rp30.000-Rp45.000 per lembar.
Tapi, siapa sebenarnya DCI Indonesia Tbk itu, dan apa produknya? PT DCI Indonesia Tbk adalah perusahaan teknologi yang didirikan pada tahun 2011. Layanan jasa perusahaan ini berfokus pada penyediaan jasa penyimpanan data di server (hosting) dan penyediaan data center (colocation).
Data center adalah fasilitas yang digunakan perusahaan untuk menyimpan berbagai data, mulai dari data internal sampai ke data konsumen.Banyak perusahaan yang tidak menyediakan fasilitas data center ini secara mandiri, melainkan menggunakan jasa perusahaan lain, termasuk DCII ini.
Keberadaan fasilitas ini semakin penting di Indonesia, seiring dengan meningkatnya jumlah transaksi digital. Tentu Anda ingat beberapa bulan lalu ada salah satu fasilitas data center yang terbakar dan mengakibatkan banyak aplikasi dari perusahaan lain yang tidak bisa beroperasi selama beberapa jam bukan? Nah, itu dia pentingnya fasilitas data center yang aman dan nyaman.Â
2. Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK)
Anda tahu Indosiar? Atau SCTV? Yup, kedua channel televisi ini merupakan bagian dari Elang Mahkota Teknologi Tbk alias Grup EMTEK. Elang Mahkota Teknologi Tbk adalah perusahaan yang didirikan oleh Eddy Kusnadi Sariaatmadja dan Fofo Sariaatmadja pada tahun 1983. Perusahaan ini bergerak di bidang teknologi dan media, dengan SCTV dan Indosiar adalah dua produknya yang paling terkenal.
Selain Indosiar dan SCTV, Grup EMTEK juga memiliki jaringan pengelolaan media terintegrasi mulai dari produksi konten di SinemArt, penayangan konten di TV nasional dan digital (O Channel), berbagai website media (Liputan6.com, Kapan Lagi, Brilio dan lain-lain) dan aplikasi over the top dengan Vidio.com.
Di luar bidang media, perusahaan ini juga berekspansi di bidang finansial dengan mengakuisisi saham Bank Fama Indonesia, serta bergerak di bidang investasi untuk menumbuhkan insan-insan ahli teknologi di Indonesia.Â
3. Bukalapak.com Tbk (BUKA)
Selain Tokopedia, Bukalapak juga merupakan salah satu pionir online marketplace di Indonesia. Perusahaan yang didirikan oleh 3 mahasiswa ITB, yaitu Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Muhamad Fajrin Rasyid ini mulai masuk e-commerce di Indonesia pada tahun 2010 dan listing di BEI pada tahun 2021.
Bukalapak juga merupakan perusahaan yang terus melakukan inovasi. Bahkan beberapa sumber menyebutkan bahwa sumber keuntungan perusahaan ini bukan lagi terletak pada aplikasi online marketplace-nya, melainkan dari sektor investasinya ke beberapa perusahaan lain dan kegiatan usahanya dalam menyediakan rantai pasok untuk mitra.
Memang, saat ini bisnis Bukalapak tidak hanya online marketplace tetapi juga pengadaan barang untuk pemerintah dan perusahaan lainnya, layanan investasi dan supply chain. Dengan layanan yang luas ini, diharapkan Bukalapak mampu bertahan di masa depan.Â
4. GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO)
Siapa yang saat ini tidak mengenal Gojek dan Tokopedia? Dengan aplikasi yang masing-masing telah diunduh oleh lebih dari 10 juta pengguna, boleh dibilang bahwa Gojek dan Tokopedia merupakan salah satu market leader di pasar ojek online dan e-commerce. Maka dari itu, tidak heran apabila berita mengenai IPO dua perusahaan yang bergabung menjadi 1 ini sempat menjadi berita besar di pasar modal tanah air.
Menurut penulis, ada beberapa faktor yang membuat bisnis GOTO memiliki potensi yang baik:
- Faktor pertama adalah sektor teknologi adalah sektor yang susah untuk dimasuki perusahaan pendatang baru.
- Kedua, Gojek dan Tokopedia sendiri merupakan brand yang rajin berinovasi. Tokopedia misalnya, kini telah menyediakan platform untuk investasi emas dan reksa dana.
- Faktor yang ketiga adalah penetrasi penggunaan smartphone dan internet di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara yang besar, sehingga membuka peluang perusahaan ini untuk ekspansi ke negara tetangga.
5. Metrodata Electronics Tbk (MTDL)
PT Metrodata Electronics Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi produk-produk teknologi di Indonesia dan penyedia jasa konsultasi teknologi. Adapun produk-produk teknologi yang didistribusikan oleh perusahaan ini bermacam-macam mulai dari hardware, seperti Dell dan Acer sampai produk software, seperti Oracle dan Microsoft Azure.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1975 dan mulai listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1990. Saat ini perusahaan ini memiliki kantor cabang di 20 kota di Indonesia dan termasuk ke dalam indeks IDXTechno, Kompas100, IDX80, Jakarta Islamic Index 70 (JII70), dan IDX Value 30 (IDXV30).Â
6. Galva Technologies Tbk (GLVA)
PT Galva Technologies Tbk (GLVA) adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan distribusi alat-alat teknologi. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1991 dengan nama PT. Galva Technologies Corporation.
Perusahaan ini memperjualbelikan berbagai produk teknologi untuk berbagai keperluan dan segmen industri. Untuk mendukung usahanya tersebut, PT. Galva Technologies Tbk kini telah bekerjasama dengan berbagai perusahaan besar di dunia, seperti Sony, Yamaha, Hitachi dan Samsung.Â
7. PT M Cash Integrasi (MCAS)
MCAS adalah perusahaan konglomerasi di bidang teknologi. Berdiri pada tahun 2010, produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan ini ada berbagai macam, mulai dari aplikasi PPOB, aplikasi pembayaran digital, hingga yang terbaru termasuk motor listrik dengan merk Volta.
Tidak hanya itu, jasa yang ditawarkan oleh perusahaan ini juga mencakup layanan konten digital, termasuk diantaranya adalah channel YouTube Podcast milik Deddy Corbuzier, Close the Door dan jaringan komik serta film superhero Indonesia, Bmi Langit.
8. PT NFC Indonesia Tbk (NFCX)
PT NFCX adalah perusahaan teknologi yang berdiri pada tahun 2013 menawarkan berbagai produk dan jasa digital. Termasuk diantaranya adalah PPOB dan berbagai layanan digital lainnya. Perusahaan ini bekerja sama dengan MCAS juga menjual produk motor listrik bernama Volta dan berinvestasi pada berbagai program konten digital mulai dari Bumi Langit Universe, film Keluarga Cemara dan lain sebagainya.
Selain ke-8 saham di atas, ada satu lagi aplikasi e-commerce yang mulai masuk ke Bursa Efek Indonesia. Aplikasi tersebut adalah Blibli dengan nama perusahaan PT Global Digital Niaga Tbk dan kode saham BELI. BELI mulai tercatat di BEI pada 8 November tahun 2022 dengan menawarkan 118 miliar saham dengan harga pembukaan Rp450 per lembar. Dengan harga dan jumlah saham ini, secara otomatis BELI menjadi salah satu saham teknologi dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Bursa.
Saham-saham sektor teknologi merupakan saham yang menarik mengingat biasanya perusahaan kategori ini memiliki pertumbuhan yang cepat. Apalagi hal ini didukung dengan potensi ekonomi digital Indonesia.
Akan tetapi seperti yang telah disebutkan di atas, investasi di perusahaan teknologi juga lebih rawan volatilitas karena dampak ekonomi nasional dan global. Terlebih lagi beberapa perusahaan teknologi belum bisa mendapatkan profit karena besarnya biaya yang harus mereka tanggung.
Oleh sebab itu, sebaiknya Anda lebih berhati-hati saat memilih saham kategori ini. Daftar di atas hanya merupakan rekomendasi dan bukan ajakan untuk membeli saham tertentu. Investor tetap disarankan untuk membeli produk investasi berdasarkan hasil analisis fundamental dan teknikal yang komprehensif.