Sebuah bisnis atau perusahaan umumnya didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Hal ini tidak jarang membuat bisnis tersebut bertindak sewenang-wenang terhadap masyarakat dan lingkungan.
Dalam beberapa puluh tahun terakhir, praktek bisnis seperti ini mendapatkan kritikan luas dalam masyarakat. Akibatnya, saat ini perusahaan dituntut untuk menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR) dan timbul istilah baru dalam dunia bisnis, yaitu sociopreneur.
Pengertian Sociopreneur
Sociopreneur adalah istilah untuk seorang pebisnis atau wirausahawan yang tidak hanya mendirikan perusahaan demi mendapatkan keuntungan semata, tetapi juga untuk memberikan manfaat kepada masyarakat dan lingkungan. Sociopreneur merupakan gabungan dari kata socio atau sosial dan preneur (yang merupakan penggalan entrepreneur).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh UN-ESCAP dan British Council pada tahun 2018, saat ini ada tiga sektor yang diminati oleh sociopreneur muda Indonesia. Tiga sektor tersebut adalah sektor pendidikan, perikanan dan agrikultur, dan industri kreatif. Meskipun demikian, kewirausahaan sosial tidak hanya bergerak di bidang tersebut saja.
Contoh Sociopreneur
1. Kitabisa
Tahukah Anda, jika Indonesia merupakan negara yang paling dermawan di dunia?. Hal ini mengutip dari laman berita Tempo yang memberitakan bahwa Indonesia kembali dinobatkan sebagai negara yang paling dermawan oleh Charities Aid Foundation (CAF) pada tahun 2022.
Hal ini sebenarnya tidak mengherankan, mengingat Indonesia merupakan negara dengan penganut Agama Islam terbanyak dan agama ini meminta pengikutnya untuk rajin bersedekah, membayar zakat dan infaq, serta mau mewakafkan sebagian hartanya.
Kitabisa merupakan aplikasi dan website yang digunakan untuk menyalurkan donasi dari masyarakat Indonesia terlepas dari apapun agamanya dan niatnya. Website ini dikembangkan oleh M. Alfatih Timur pada tahun 2013.
Adanya aplikasi dan website ini memungkinkan donatur untuk memilih lembaga donasi sekaligus memilih penerima dana donasi. Penerima dana donasi juga bisa membuat kampanye donasi secara mandiri di aplikasi ini untuk mendapatkan dana tambahan untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Du Anyam
Du’anyam merupakan pusat kerajinan anyaman yang dikembangkan untuk membantu kaum wanita di Flores untuk mendapatkan penghasilan tambahan pada tahun 2014. Bisnis ini awalnya dikembangkan atas keprihatinan para pendiri terhadap kondisi nutrisi masyarakat di daerah tersebut.
Pendiri kemudian memberikan solusi dalam bentuk sumber penghasilan tambahan dengan mempekerjakan kaum wanita, sebab penelitian menyebutkan bahwa pendapatan yang diperoleh kaum wanita cenderung akan meningkatkan nutrisi keluarganya secara keseluruhan.
3. Grameen Bank
Salah satu contoh sociopreneurship tingkat dunia adalah program microfinance yang dibentuk oleh penerima nobel asal Bangladesh, Prof. Muhammad Yunus. Dalam program ini, Grameen Bank memberikan pinjaman kepada masyarakat miskin dengan tanpa adanya bunga mencekik dan agunan.
Hanya saja, Prof. Muhammad Yunus mendesain skema pinjaman ini dengan sistem kelompok. Dalam sistem ini, anggota tidak akan bisa mendapatkan pinjaman apabila anggota lain yang meminjam terlebih dahulu belum melunasi utangnya. Akibatnya, masyarakat akan memiliki rasa tanggung jawab untuk memutar uang tersebut dalam bisnis dan melunasi utangnya di bank.
Didirikan sejak tahun 1976, kini Grameen Bank melayani lebih dari 10 juta peminjam yang mayoritas diantaranya merupakan perempuan. Selain itu, perusahaan ini juga mempekerjakan lebih dari 20.00 tenaga kerja di 2.568 cabang di seluruh Bangladesh.
Karakteristik Sociopreneur
1. Tidak hanya menjual produk, tetapi juga menawarkan nilai
Seorang sociopreneur tidak hanya akan menjual produk, tetapi juga menawarkan nilai-nilai kemanusiaan dan lingkungan yang ingin dibangun. Hal ini bukan berarti mereka tidak mengejar keuntungan atau penjualan, hanya saja keuntungan bukan menjadi fokus utama seorang sociopreneur.
Alih-alih fokus meningkatkan keuntungan, seorang sociopreneur akan fokus pada dampak yang bisa ditimbulkannya kepada masyarakat dan lingkungan. Pada contoh Duanyam di atas misalnya, produk Duanyam tetap memiliki inovasi dan kreasi serta bisa dibeli di online marketplace sambil menawarkan nilai-nilai kemandirian wanita flores yang diusungnya.
2. Memiliki visi besar
Seorang sociopreneur umumnya tidak hanya berhenti bermimpi ketika perusahaannya sudah mendapatkan keuntungan (profit). Karena salah satu fokusnya adalah memberikan dampak, seorang sociopreneur akan selalu ingin dampak dari bisnisnya dapat dinikmati oleh jangkauan masyarakat yang lebih luas lagi.
3. Inovatif
Tidak jarang untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat, seorang sociopreneur dituntut untuk kreatif dan inovatif. Contoh pada Grameen Bank di atas. Masalah yang diatasi oleh bank tersebut adalah sistem yang secara umum menyulitkan masyarakat miskin untuk mendapatkan pinjaman modal yang layak.
Bank pada umumnya, akan meminta agunan kepada nasabah jika nasabah tersebut ingin meminjam. Orang miskin tentu tidak memiliki agunan tersebut. Di sisi lain, meminjam kepada rentenir dengan bunga tinggi dapat berdampak jangka panjang.
Salah satu inovasi yang dilakukan oleh Grameen Bank adalah sistem pinjaman berkelompok di atas. Dengan demikian meskipun tanpa agunan dan bunga tinggi dari rentenir, masyarakat miskin tetap bisa memperoleh pinjaman.
Manfaat Sociopreneur Bagi Masyarakat
1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Dengan membuka bisnis berbasis sosial, Anda secara langsung dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Setidaknya dengan perusahaan tersebut, Anda dapat meningkatkan lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran.
Contohnya adalah salah satu nasabah Grameen Bank yang bernama Mosammat Taslima Begum. Mosammat pertama kali meminjam 20 USD ke bank tersebut pada tahun 1992, lalu mengajukan pinjaman lagi untuk membeli 3 kambing. Pada tahun 2006, dia telah memiliki kebun mangga yang sukses.
2. Menyelamatkan lingkungan
Beberapa bisnis sociopreneur juga berfokus pada penyelamatan lingkungan dengan pengelolaan sampah yang baik dan benar. Sampah anorganik dari masyarakat dan perusahaan mitra dikumpulkan untuk diolah atau digunakan kembali. Dengan demikian, jumlah sampah yang disetorkan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dapat berkurang dan polusi lingkungan sedikit banyak juga dapat ditekan.
3. Menebarkan kebaikan
Dengan menjadi sociopreneur, artinya Anda juga menyebarkan kebaikan kepada masyarakat maupun lingkungan. Tidak jarang, kebaikan yang Anda buat tidak hanya akan berdampak kepada orang lain, tetapi juga kepada diri Anda sendiri.
Lebih lanjut, seringkali kebaikan juga menular. Misalnya, Anda memberikan bantuan beasiswa kepada seorang anak. Tidak menutup kemungkinan anak tersebut ketika dewasa juga akan memberikan beasiswa kepada orang lain karena mengingat jasa Anda.
Perbedaan Sociopreneur Dan Entrepreneur
Meskipun sama-sama pebisnis, namun sociopreneur memiliki perbedaan pendekatan bisnis dengan entrepreneur.
Fokus utama seorang entrepreneur adalah membuat produk yang menghasilkan keuntungan terlepas dari dampak produk tersebut kepada masyarakat dan lingkungan. Sedangkan fokus utama seorang sociopreneur adalah memberikan kebermanfaatan kepada masyarakat luas, sehingga seringkali produk yang dihasilkan adalah produk yang unik dan mengandung nilai sosial.
Meskipun demikian, bukan berarti entrepreneurship adalah hal yang buruk. Ini mengingat bahwa masih ada banyak cara untuk memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat. Misalnya, dengan mendirikan yayasan untuk mengelola dana CSR perusahaan.