Secara garis besar, terdapat dua pembagian jenis analisis dalam trading atau investasi saham, yaitu teknikal dan fundamental. Jenis analisis pertama adalah analisis teknikal dimana pergerakan harga saham diperkirakan menurut dengan riwayatnya menggunakan rumus statistik dan matematik. Jenis kedua adalah analisis fundamental yang memeriksa hal-hal yang melatarbelakangi pergerakan harga aset tersebut di dunia nyata.
Analisis fundamental ini terbagi lagi menjadi dua menurut pendekatannya yaitu pendekatan top down dan pendekatan bottom up. Baik pendekatan top down dan maupun bottom up harus dilakukan oleh seorang trader supaya hasil analisisnya bisa lebih valid dan bisa dijadikan patokan.
Nah, pada artikel kali ini, Investbro akan membahas mengenai analisis fundamental dengan pendekatan top down terlebih dahulu. Mari kita bahas satu persatu.
Pengertian Top Down Analysis
Top down analysis adalah pendekatan analisis fundamental yang diawali dengan hal-hal yang bersifat global atau umum terlebih dahulu kemudian berlanjut ke hal-hal yang sifatnya lebih khusus.
Dalam konteks investasi, faktor umum tersebut adalah kondisi makro ekonomi yang bisa mempengaruhi kinerja sebuah perusahaan sementara faktor yang lebih khusus adalah industri tempat perusahaan tersebut beroperasi dan perusahaan itu sendiri.
Faktor Ekonomi Makro
Berikut ini beberapa faktor ekonomi makro yang bisa mempengaruhi kinerja sebuah perusahaan:
1. Inflasi
Inflasi atau kenaikan harga barang-barang secara simultan bisa mempengaruhi kinerja perusahaan dari dua sisi. Dari sisi produksi, kenaikan harga barang bisa berarti kenaikan harga bahan baku sementara dari sisi permintaan, inflasi mengurangi daya beli konsumen sehingga konsumen cenderung membeli barang-barang pokok saja.
2. Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi kinerja perusahaan dalam berbagai lini. Misalnya, kenaikan nilai bea cukai ekspor impor bisa menaikkan biaya yang harus ditanggung perusahaan. Peningkatan biaya ini bisa mempengaruhi laba bersih perusahaan.
3. Kondisi Geopolitik Nasional dan Internasional
Sama seperti kebijakan pemerintah, kondisi geopolitik nasional dan internasional ini juga mempengaruhi kinerja perusahaan dari berbagai sisi. Kondisi geopolitik nasional yang sedang gonjang ganjing, bisa membuat operasi perusahaan terganggu. Maka dari itu, tidak heran kalau investor luar negeri cenderung akan menunggu jika di Indonesia sedang terjadi pemilihan presiden.
Contoh lainnya adalah peningkatan harga batu bara akibat memanasnya konflik Rusia-Ukraina dalam satu bulan belakangan ini. Alasannya tentu saja karena batu bara adalah salah satu bahan bakar kendaraan perang utama.
4. Force Majeure
Force majeure adalah kondisi luar biasa yang tidak bisa dikontrol oleh banyak pihak sehingga mengakibatkan banyak kewajiban pihak-pihak tersebut tidak terpenuhi (Investopedia). Contohnya jelas adalah pandemi Covid-19.
Banyak perusahaan yang rugi hingga gulung tikar akibat pandemi ini. Hal ini karena Covid-19 melarang masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah sehingga produksi perusahaan juga terganggu.
Top Down vs Bottom Up Analysis
Kebalikan dari pendekatan top down adalah analisis fundamental dengan pendekatan bottom up. Dalam pendekatan bottom up, analisis difokuskan pada kinerja individu perusahaan atau emiten terlebih dahulu baru kemudian dibandingkan dengan kondisi sektor dan kondisi makro ekonomi.
Contohnya, pendapatan perusahaan A pada tahun 2018, 2019,2020 masing-masing sebesar 10 milyar, 8 miliar dan 7 milyar rupiah. Disisi lain, rata-rata pendapatan perusahaan lain yang bergerak di bidang sama pada tahun 2018, 2019,2020 masing-masing sebesar 11 miliar, 8 milyar, 6 miliar.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa, meskipun pendapatan perusahaan A sebelum pandemi lebih kecil dibandingkan perusahaan lain yang bergerak di bidang serupa, namun perusahaan A lebih tahan menghadapi tekanan pandemi.
Tips Melakukan Top Down Analysis
1. Memilih indikator makro
Misalnya, Anda tertarik untuk berinvestasi di perusahaan A yang bergerak di bidang produksi furniture. Jika Anda menggunakan pendekatan ini, maka hal pertama yang Anda harus lakukan adalah memilih indikator ekonomi makro di atas yang sekiranya bisa mempengaruhi kondisi perusahaan. Misalnya, covid19. Maka, Anda bisa mulai bertanya mengenai “Bagaimana dampak pandemi covid19 terhadap industri furniture khususnya pada perusahaan A.”
2. Menganalisis industri
Langkah yang kedua adalah dengan menganalisis industri atau sektor tempat perusahaan tersebut beroperasi. Dalam contoh di atas, industri yang dimaksud adalah industri furniture. Maka, selanjutnya Anda bisa menganalisis berbagai faktor keuangan yang ada di perusahaan-perusahaan furniture di Indonesia sebelum dan sesudah Covid-19.
Analisis ini bertujuan untuk memberikan patokan kinerja perusahaan-perusahaan furniture kepada Anda sehingga, ketika perusahaan A ternyata bergerak melebihi atau kurang dari kinerja industri, Anda bisa menemukan kebijakan investasi yang tepat.
3. Menganalisis keuangan perusahaan
Hal terakhir yang bisa Anda lakukan dalam pendekatan ini adalah menganalisis keuangan perusahaan yang Anda tuju atau perusahaan A dalam contoh di atas. Adapun variabel-variabel analisis yang bisa Anda ambil seperti, pendapatan, laba, biaya dan lain sebagainya.
Keuntungan Top Down Analysis
1. Menjawab pertanyaan mengapa harga sebuah saham bullish atau bearish
Keuntungan top down analysis yang pertama adalah trader jadi bisa mendefinisikan penyebab bullish atau bearish harga saham sebuah perusahaan secara garis besar. Jawaban dari pertanyaan ini seringkali tidak ada dalam analisis teknikal atau analisis fundamental dengan analisis keuangan saja.
Contohnya, kondisi keuangan perusahaan biasa-biasa saja (tidak naik dan tidak turun), tapi harga sahamnya terus menurun. Hal ini bisa jadi bukan karena adanya sentimen ekonomi nasional dan internasional terhadap kinerja saham perusahaan tersebut.
2. Membantu investor untuk menentukan titik exit atau entry yang tepat
Salah satu asumsi analisis teknis adalah trend harga suatu aset pasti terus berulang. Nah, apabila pengulangan trend tersebut disebabkan oleh hal yang sama, maka investor bisa mengambil keputusan ketika hal yang sama tersebut akan terjadi kembali.
Misalnya, dalam 10 tahun terakhir harga saham perusahaan A beberapa kali koreksi karena adanya peningkatan harga BBM. Padahal pemerintah RI mengumumkan akan menaikkan harga BBM lagi pada tanggal 27 Mei. Maka, trader bisa mengambil titik jual (exit) atau mengambil aksi short selling pada hari sebelum tanggal 27 Mei.
Kekurangan Top Down Analysis
Rawan bias
Bias adalah kondisi dimana nilai suatu variabel berbeda dengan rata-ratanya. Dalam analisis fundamental, bias bisa diartikan sebagai kondisi ketika kinerja saham atau keuangan perusahaan tidak sesuai dengan yang diperkirakan.
Pendekatan top down analisis rawan bias karena ada banyak faktor non-makro yang bisa mempengaruhi kinerja perusahaan misalnya, loyalitas konsumen perusahaan tersebut atau model bisnis perusahaan yang berbeda.
Oleh karena itu, dalam melakukan analisis fundamental dengan pendekatan ini, Anda disarankan untuk menggunakan data statistik perusahaan dan statistik ekonomi makro (tersedia di BPS) dengan rentang waktu lebih dari 5 tahun.
Selain itu, investor juga disarankan untuk banyak membaca penelitian mengenai topik serupa. Contohnya dampak Covid-19 terhadap kinerja industri infrastruktur tapi di negara lain. Dengan demikian, analisis yang Anda lakukan bisa lebih valid dan kredibel.