Popularitas Bitcoin saat ini memang sedang tinggi-tingginya. Namun, sejalan dengan hal itu, kekhawatiran pun mulai muncul terkait keamanannya. Pertanyaan-pertanyaan seperti apakah Bitcoin bisa di-hack? Banyak sekali dilontarkan oleh para pelaku trading cryptocurrency. Kondisi seperti itu terjadi karena sampai saat ini sedang marak terjadinya peretasan dalam hal teknologi.
Melihat fakta tersebut, orang-orang mulai bingung apakah ingin terjun ke dunia crypto atau tidak. Untuk menjawab rasa penasaran dan keraguan tersebut, kali ini akan dibahas sedikit mengenai hack dalam dunia crypto, khususnya di Bitcoin. Nah, untuk penjelasannya, Anda dapat langsung simak saja informasinya berikut ini.
Apakah Pernah Ada Kasus Bitcoin di-hack?
Apabila pertanyaan seperti itu, tentu jawabannya adalah tidak. Jika mungkin Anda mendapatkan berita tentang hack pada Bitcoin, maka sebenarnya hack tersebut terjadi pada dompet Bitcoin-nya dan bukan pada Bitcoin langsung.
Banyak dari orang yang merasa di-hack ini kehilangan sejumlah Bitcoin yang sudah dikumpulkan. Namun, jika soal hack Bitcoin, tidak pernah ada kejadiannya. Agar private key dari uang digital Anda tidak mudah diretas, pastikan menyimpan koin di dompet Bitcoin yang aman.
Mengapa Coin BTC disebut Hack-Proof?
Terdapat beberapa hal yang membuat BTC kerap kali dianggap hack-proof. Hal tersebut karena cara kerja Bitcoin menggunakan sistem seperti berikut ini.
1. Blockchain dan Nodes
Sistem BTC bersifat tersebar dan desentralisasi sehingga apabila terjadi suatu kegagalan dalam salah satu bagiannya tidak akan memberikan pengaruh besar terhadap sistem keseluruhan. Jadi, karena sistem yang digunakan luas serta menyebar, maka apabila ada orang ingin melakukan hack harus dapat menyerang semua sistem dalam waktu bersamaan dan mempunyai entry point dalam jumlah besar.
Fakta-fakta tersebut dapat membuktikan bahwa hacking atau kejahatan virtual di BTC sangat mustahil terjadi, paling tidak sampai saat ini belum ada yang bisa melakukannya. Keamanan blockchain di kripto tingkat tinggi yang digunakan membuat uang digital menjadi salah satu pilihan untuk digunakan oleh pengguna di berbagai belahan dunia.
Hal tersebut memicu terjadinya peer to peer blockchain tetap berjalan sampai saat ini. Sistem blockchain yang secara alami terdesentralilasi dengan alami serta adanya nodes untuk membawa pesan ke semua bagian memastikan semua transaksi yang terjadi sangat aman. Nodes tersebut berfungsi memastikan setiap transaksi token digital tidak dilakukan lebih dari sekali.
Sebelum proses transaksi sukses dilakukan, kondisi exchange dipastikan dengan bagian lain jaringan lewat node. Apabila terjadi hal yang tidak sesuai, maka proses transaksi tidak mendapatkan izin. Faktanya, nodes yang digunakan ada banyak sekali sehingga untuk melakukan peretasan digital adalah hal yang sangat tidak mungkin untuk dilakukan saat ini.
2. Mining dan Hashing
Pada saat orang melakukan transaksi, hashing menggunakan mekanisme keamanan. Algoritma dapat membentuk hash unik pada transmisi pesan exchange dan kemudian menjaganya agar tetap aman serta terhindar dari mengalami kerusakan. Pada Bitcoin, hashing ini merupakan transaksi yang digunakan untuk input dan dijalankan dengan algorima hash yang menghasilkan output dari kode yang unik.
Mining bitcoin dilakukan dengan menyelesaikan problem matematika yang begitu kompleks. Masalah tersebut diciptakan oleh hashing bitcoin. Pada saat masalah ini berhasil diselesaikan, maka blok baru akan muncul di Blockchain. Sebelum block bisa ditambahkan secara penuh dan dikonfirmasi oleh Blockchain, semua node harus menyetujui. Setelah itu, bitcoin ledger dapat terbarukan.
Bagaimana Cara Meretas Bitcoin?
Dengan adanya ribuan node yang disebar di jaringan serta sistem desentralisasi yang digunakan membuat peretasan terhadap Bitcoin sangat sulit atau bahkan tidak mungkin pernah terjadi. Secara teori, Bitcoin dapat diretas dengan satu cara yang disebut dengan 51% attack.
Bernama 51% attack dikarenakan pihak peretas butuh lebih dari setengah jaringan komputer yang terlibat di Bitcoin agar dapat diretas dengan sempurna. Pihak hacker harus bisa menguasai tidak cuma setengahnya saja, tetapi juga semua jaringan menambang (hash rate). Pada saat hacker berhasil melakukan hal tersebut, maka riwayat transaksi bisa dilakukan perubahan.
Keseluruhan jaringan mungkin dapat diretas dengan kesuksesan 51%. Akan tetapi, untuk dapat menguasai sepenuhnya adalah hal yang sulit untuk dilakukan. Bahkan, banyak yang berpendapat jika hal tersebut sangat tidak mungkin dapat terjadi.
Bagaimana Cryptocurrency bisa Dicuri?
1. Penggunaan Aplikasi Ketiga
Banyak trader yang menggunakan bantuan aplikasi tambahan baik di Android maupun iOS untuk selalu update tentang harga crypto. Mereka juga bisa melakukan perhitungan terkait dengan keuntungan dari sebuah jaringan. Namun, menggunakan cara seperti ini memiliki potensi risiko keamanan. Data dan private key pengguna bisa digunakan untuk meretas sejak kredensial dari data tersebut bisa difungsikan untuk mencari target si pengguna aplikasi.
2. Platform Trading
Kejahatan virtual bisa terjadi pada platform trading baik di PC, Android, dan iOS. Dari platform tersebut, hacker dapat memperoleh kode API. Hal itu menjadi jalan langsung untuk masuk ke dalam sistem. Kode API tersebut bisa digunakan bot dalam program untuk melakukan transaksi penarikan dana dari akun ataupun untuk berbuat curang pada saat sedang trading.
Kasus paling terkenal adalah skandal Mt. Gox pada tahun 2011-2014. Kejadian tersebut membuat pelanggan dan perusahaan kehilangan lebih dari 800.000 Bitcoin.
3. Formulir Registrasi
Kejahatan juga sering dilakukan dengan memberikan website palsu serta formulir registrasi yang bisa digunakan untuk mengambil informasi pribadi para pengguna. Nantinya, informasi tersebut akan dikirimkan ke data server dan kemudian dijual ke black market. Data tersebut biasanya digunakan untuk pembuatan akun di platform asing lainnya.
4. Phishing
Penjahat crypto dapat memperoleh akses kredensial dari pengguna dengan membuat website yang mirip dengan yang resmi. Tidak hanya dalam bentuk website saja, mereka juga membuat e-mail palsu dan mengirimkannya kepada pengguna secara langsung. Kredensial pengguna tadi bisa dimanfaatkan untuk melakukan aktivitas online tanpa diketahui oleh pengguna.
Jenis peretasan paling terkenal di exchange adalah di Twitter Hack. Akun Twitter sangat berpotensi terkena hack dan dimanfaatkan para pengguna lainnya untuk exchange Bitcoin pada dompet dari cyber crime.
Kesimpulan
Bitcoin mempunyai sistem blockchain yang tersebar dan desentralisasi sehingga aman dari hack. Sistem blockchain pada cryptocurrency juga membuat bot ataupun penjahat cyber kesulitan dalam membobol jaringannya. Namun, meski tidak pernah mengalami peretasan, hal serupa tidak dapat berlaku pada dompet digital para penggunanya.
Oleh karena itu, setiap pengguna harus selalu berupaya melindungi aset BTC dari kejahatan cyber. Mereka harus selalu waspada dengan semua transaksi, aktivitas, ataupun situs yang mengatasnamakan BTC. Selain itu, jangan pernah ceroboh dengan mudah memberikan kredensial digital ataupun personal data kepada pihak-pihak asing.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah pastikan pengunci Anda telah tersimpan secara offline. Pastikan juga tempat menyimpan yang digunakan bisa aman dari ancaman website gelap. Dengan begitu, dompet digital Anda dapat tersimpan dengan aman tanpa harus khawatir dijadikan target hack oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Setelah membaca dan memahami informasi yang telah disampaikan di atas, diharapkan Anda mengetahui sedikit tentang bagaimana sistem dari Bitcoin ini berjalan. Jadi, Anda dapat lebih berhati-hati lagi dalam menjaga aset BTC dari hal-hal yang tidak diinginkan.