Lompat ke konten
Daftar Isi

5 Cara Investasi Di Perusahaan Startup, Agar Tidak Salah Langkah

startup

Dalam beberapa tahun ini perusahaan startup di Indonesia terus mendapatkan sorotan. Hal ini karena beberapa startup besar seperti, Gojek, Grab dan beberapa startup marketplace terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. 

Pemerintah dan masyarakat pun berharap bahwa perusahaan startup bisa segera masuk Bursa Efek Indonesia. Puncaknya pada bulan Agustus lalu ketika Bukalapak, salah satu startup marketplace terbesar di Indonesia melakukan Initial Public Offering (IPO) dan menandai diri sebagai perusahaan startup pertama yang masuk bursa. 

Umumnya perusahaan startup tidak mendapatkan pendanaan publik melalui bursa. Perusahaan jenis ini seringkali mendapatkan pendanaan dari perusahaan-perusahaan investasi atau individu-individu yang mengikuti program inkubasi startup. 

Jika Anda pernah menonton Drama Korea startup, tentu Anda pernah tahu sebuah perusahaan bernama Sandbox. Perusahaan Sandbox ini berperan sebagai perantara antara orang yang memiliki skill di bidang teknologi seperti Nam Do-san dengan investor seperti Han Ji-pyeong.

Perusahaan dan program seperti yang dilakukan oleh Sandbox ini di dunia nyata disebut sebagai program inkubasi. Di Indonesia ada beberapa program inkubasi startup seperti, Telkomsel The NextDev, Gojex Xcelerate dan lain-lain. 

Perusahaan teknologi besar seperti Google dan Facebook biasanya juga memiliki program inkubasi milik mereka sendiri. Biasanya program seperti ini tidak hanya menghubungkan investor dan perusahaan startup, tetapi juga menjadi wadah pendidikan bagi perusahaan startup itu sendiri. 

Jika Anda tertarik untuk berinvestasi di startup, Anda bisa masuk melalui jalur ini. Berikut ini cara-cara yang dapat Anda lakukan untuk menjadi investor di startup melalui jalur inkubasi:

1. Ikut Komunitas Kewirausahaan

Langkah pertama yang bisa Anda lakukan adalah dengan bergabung komunitas kewirausahaan. Dengan langkah pertama ini, Anda bisa dipertemukan dengan orang-orang baru yang memiliki visi dan misi yang sama dengan Anda. 

Selain itu, Anda juga bisa up to date dengan berita-berita terkait startup atau program inkubasi yang sedang atau akan diselenggarakan. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan ada anggota komunitas kewirausahaan tersebut yang mengajak Anda untuk membangun bisnis startup milik Anda sendiri. 

2. Rajin Ikut Seminar Kewirausahaan

Pihak penyelenggara program-program inkubasi sebelum pandemi seringkali mengadakan seminar dan sosialisasi program inkubasi yang mereka selenggarakan di kampus terutama kampus-kampus terkemuka di Indonesia. 

Berhubung dengan adanya pandemi, tidak menutup kemungkinan jika acara-acara ini diselenggarakan secara online. Untuk mencari informasi lebih lanjut, Anda bisa mengunjungi website masing-masing program inkubasi. 

Dengan mengikuti program inkubasi, Anda tidak hanya akan tahu startup mana saja yang sedang dikembangkan oleh perusahaan terkait tetapi juga iklim kinerja investasi startup secara keseluruhan. 

3. Menjalin Komunikasi Dengan Pemilik Startup

Perlu Anda ingat bahwasanya perusahaan startup masih belum memiliki laporan tahunan dan laporan keuangan konsolidasi yang dipublikasikan kepada publik. Belum lagi mereka juga belum memiliki nama di mata publik. 

Oleh sebab itu, kepercayaan antara investor dan pemilik startup sangatlah krusial. Untuk membangun hal ini, tentu Anda perlu menjalin komunikasi yang intens dengan pemilik startup tersebut. 

Anda bisa saja meminta media sosial mereka dan mengamati bisnis mereka selama beberapa waktu sebelum akhirnya memutuskan untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Pada saat yang sama pelajari keputusan-keputusan investor profesional yang lebih senior dari Anda agar keputusan investasi yang Anda lakukan tidak salah kaprah. 

4. Pelajari Sistem dan Risiko Kerja Perusahaan Startup

Setiap industri memiliki sistem dan risiko yang berbeda beda. Apalagi perusahaan startup yang seringkali memiliki sistem kerja yang inovatif dan kreatif.

Secara garis besar, perusahaan startup sama saja dengan perusahaan rintisan yang baru berdiri. Hanya saja, mereka fokus di bidang teknologi. 

Sama seperti perusahaan rintisan lainnya, perusahaan startup juga berpotensi mengalami kegagalan dan kerugian. Apalagi karena belum terbukti dalam jangka waktu panjang, masih banyak jenis investasi untuk pemula yang bisa dipilih sebelum Anda mempertimbangkan menanam modal di startup.

Maka dari itu, penting bagi Anda untuk mempelajari dengan baik sistem dan risiko kerja perusahaan startup yang Anda inginkan. 

5. Mengawasi Perkembangan Investasi Anda

Perkembangan investasi di perusahaan startup yang belum IPO tidak bisa dipantau melalui aplikasi atau software yang biasa Anda pakai untuk memantau pergerakan saham, reksadana atau instrumen pasar modal lainnya. 

Anda hanya bisa mendapatkan informasi secara langsung melalui pemilik startup atau melalui media sosial perusahaan. Maka dari itu, komunikasi antara Anda sebagai investor dan pemilik startup sangatlah penting. 

Apalagi umumnya perusahaan startup yang benar-benar masih dalam awal perintisan belum fokus pada memperoleh keuntungan tetapi lebih fokus pada perkembangan bisnis. Jadi, jangan heran jika dalam beberapa tahun setelah investasi, Anda belum juga mendapatkan dividen. 

Pantau terus perkembangan investasi Anda dengan meminta data keuangan dan manajerial perusahaan startup tersebut secara rutin. Jangan lupa juga, baca, tandatangani dan simpan surat kontrak Anda dengan hati-hati. Perlu diingat juga kalau sebagai investor Anda berhak untuk terlibat dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 

Selain melalui program inkubasi, Anda juga bisa membiayai perusahaan startup melalui dua jalur lainnya yaitu, melalui aplikasi crowdfunding seperti Kickstarter maupun melalui BEI. Umumnya perusahaan startup yang membuka peluang investasi melalui kickstarter adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri kreatif seperti perfilman atau musik. Selain itu, umumnya investasi Anda tidak untuk membiayai perusahaan tersebut secara umum melainkan per proyek. 

Sedangkan apabila Anda ingin berinvestasi di startup melalui BEI, itu artinya Anda harus menunggu perusahaan startup terkait untuk melakukan Initial Public Offering (IPO). Jika Anda tertarik berinvestasi melalui mekanisme ini, Anda bisa membeli saham tersebut saat IPO atau menunggu penawaran saham perusahaan tersebut secara umum di pasar sekunder. 

Pada opsi kedua, Anda bisa membeli saham perusahaan startup dengan cara yang sama dengan mekanisme pembelian saham pada umumnya. Namun, jika Anda memilih untuk langsung membeli di hari IPO, berikut ini langkah-langkah yang harus Anda tempuh:

  1. Terus memantau perusahaan startup terkait sampai perusahaan tersebut merilis pernyataan tentang perusahaan sekuritas mana yang akan jadi underwriter mereka. 
  2. Setelah Anda tahu perusahaan sekuritas mana yang akan bekerjasama, Anda bisa membuat akun di aplikasi e-IPO, aplikasi yang dirilis BEI tahun lalu. 
  3. Pilih broker/perusahaan sekuritas tersebut. 
  4. Verifikasi akun Anda. 
  5. Akun e-IPO Anda sudah siap untuk digunakan memesan saham.
  6. Pilih saham perusahaan startup yang dituju. 
  7. Lihat prospektus sebagai bahan pertimbangan investasi.
  8. Klik place order. 
  9. Isi form pemesanan.
  10. Send.
  11. Progress investasi Anda bisa Anda lihat dalam kurva yang dirilis oleh BEI sebagaimana saham umumnya, melalui laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan dan lain-lain. 

Nah, itu tadi cara berinvestasi di perusahaan startup. Sekali lagi, sebelum berinvestasi, pastikan Anda mengetahui benar-benar sistem kerja dan risiko investasi perusahaan tersebut. Sebab, tidak ada jaminan dari pemerintah atau pihak perusahaan jika investasi Anda gagal. 

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *