Lompat ke konten
Daftar Isi

Cara Mengubah Utang Menjadi Aset

Cara Mengubah Utang Menjadi Aset

Berlainan dengan anggapan sebagian besar orang, utang tidak selalu bermakna negatif dan menjadi beban individu maupun perusahaan. Utang dapat berperan sebagai katalis pertumbuhan aset individu, perusahaan maupun negara. 

Misalnya, sebuah perusahaan baru membutuhkan mesin namun tidak dapat membeli mesin tersebut secara tunai. Maka, perusahaan baru tersebut mengambil utang dari bank untuk membiayai pembelian mesin. Hal ini memungkinkan perusahaan tersebut untuk beroperasi lebih cepat dibandingkan dengan menunggu terkumpulnya uang tunai untuk membeli mesin yang sama. 

Lalu bagaimana cara mengubah utang menjadi aset? Berikut ini beberapa langkah yang bisa Anda lakukan:

1. Pilih Utang Produktif

Utang produktif adalah utang yang digunakan untuk membeli aset yang bisa menghasilkan pendapatan. Tidak hanya utang untuk modal usaha, hal ini juga termasuk utang yang dipakai untuk membeli aset bergerak maupun tidak bergerak selama aset tersebut bisa menghasilkan pendapatan untuk Anda. 

Misalnya, Anda adalah seorang penulis dan membutuhkan laptop desain seharga Rp13.000.000. Ketika Anda membeli laptop tersebut secara kredit, maka bisa dikatakan kalau Anda mengambil utang produktif. Sebab walau bagaimanapun, Anda dapat menghasilkan pendapatan menggunakan laptop tersebut.

2. Beli Aset yang Potensi Keuntungan dan Risikonya Diketahui

Setelah mendapatkan utang produktif, entah itu dari bank maupun sumber pinjaman lain, maka langkah selanjutnya adalah membeli aset investasi. Aset investasi ini bisa berupa properti, emas, pendidikan maupun instrumen keuangan, seperti saham, obligasi maupun kripto. 

Terlepas dari aset investasi yang dipilih, pastikan Anda membeli aset yang Anda ketahui dan pahami potensi keuntungan dan risikonya. Hal ini penting untuk meminimalisir risiko kerugian dan gagal bayar yang bisa terjadi di masa depan. 

Misalnya, seorang investor A berniat mengambil pinjaman bank untuk investasi. Terdapat dua pilihan investasi dengan risiko tinggi yang bisa dipilih, yaitu kripto dan rumah kontrakan. Investasi kripto menawarkan return yang lebih tinggi namun juga menawarkan fluktuasi harga yang lebih tinggi. 

Di sisi lain, pendapatan rumah kontrakan (jika sedang tersewa) adalah Rp15.000.000 per tahun atau lebih rendah dibandingkan kripto. Namun, harga sewa rumah kontrakan relatif tidak akan turun kecuali jika ada force majeure seperti covid19 dan tetangga-tetangga A juga berinvestasi rumah kontrakan. Karena lebih bisa memahami kinerja rumah kontrakan, maka A lebih memilih untuk berinvestasi rumah kontrakan dibandingkan kripto. 

3. Pilih Aset yang Menawarkan Keuntungan Lebih Tinggi Dibandingkan dengan Bunga Pinjaman

Selain memilih aset yang diketahui potensi keuntungan dan risikonya, kalau bisa Anda juga memilih aset yang menawarkan return yang lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga pinjaman yang Anda ambil. Tujuannya adalah supaya sebagian dari return tersebut bisa digunakan untuk melunasi bunga pinjaman tersebut. 

Misalnya, Anda mengambil pinjaman bank sebesar Rp300.000.000 dengan bunga flat sebesar 10% selama 15 tahun. Uang itu Anda gunakan untuk membangun rumah kos 10 kamar di atas tanah keluarga Anda di Bantul, Yogyakarta. 

Menurut perhitungan dari kalkulator bunga, dalam 1 bulan setidaknya Anda harus mengangsur sebesar Rp4.200.000 (sudah termasuk bunga). Supaya jumlah pendapatan dari rumah kos tersebut kurang lebih dari jumlah angsuran, setidaknya Anda harus menetapkan biaya sewa sebesar Rp500.000 per kamar. Dengan demikian jika terisi penuh, pendapatan Anda dari rumah kos tersebut per bulannya adalah sebesar Rp5.000.000 dan Anda akan mendapatkan laba bersih sebesar Rp800.000. 

Adapun jika Anda menggunakan uang tunai (cash) dan utang sekaligus untuk membeli instrumen investasi tersebut, maka Anda bisa menggunakan matriks keuangan, seperti weighted average cost of capital (WACC) atau Internal Rate of Return (IRR).

4. Gunakan Keuntungan Bersih Untuk Hal yang Tepat

Setelah mengetahui jumlah keuntungan bersih yang bisa Anda peroleh dari aset investasi tersebut, Anda bisa mengalokasikan keuntungan tersebut ke dalam 3 sektor, yaitu:

  1. Digunakan untuk keperluan konsumtif, seperti membeli kebutuhan sehari-hari. Kelebihannya adalah, kemampuan Anda dan keluarga membeli barang dan jasa akan meningkat. Kekurangannya, keuntungan bersih dari investasi tersebut akan hilang dalam jangka pendek. 
  2. Keuntungan bersih tersebut diinvestasikan kembali untuk mendapatkan keuntungan tambahan. Cara ini memiliki 2 kelebihan. Pertama, Anda akan mendapatkan penghasilan tambahan yang kemudian bisa Anda gunakan untuk melunasi utang lebih cepat. Kedua, diversifikasi portofolio investasi, sehingga jika aset investasi utama Anda tidak menghadirkan keuntungan, maka beban keuangan Anda bisa lebih ringan dengan adanya keuntungan dari aset investasi tambahan ini. 

Misalnya, dari rumah kos di atas Anda memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp800.000 (Rp5.000.000-Rp4.200.000). Setelah terkumpul sebesar Rp10.000.000, keuntungan bersih ini lantas Anda masukkan deposito dengan bunga Rp6% per tahun atau sebesar Rp600.000. Uang Rp600.000 ini kemudian bisa Anda ambil untuk membayar utang, sehingga pelunasan lebih cepat dan bisa juga digunakan sebagai diversifikasi pendapatan, jika performa rumah kos Anda kurang menguntungkan.

  1. Keuntungan bersih tersebut digunakan untuk mempercepat pelunasan utang. Kelebihannya adalah, utang Anda lebih cepat lunas dan Anda terbebas dari cicilan-cicilan kedepannya. Selain itu, jika Anda menggunakan utang ini untuk membeli aset seperti rumah atau tanah, maka rumah atau tanah tersebut bisa Anda wariskan lebih cepat kepada anak Anda atau Anda jual kembali dengan harga yang lebih tinggi.

Kekurangannya adalah, pada beberapa jenis kredit, akan ada biaya tambahan yang harus dibayarkan oleh nasabah jika nasabah tersebut melunasi utang lebih cepat. 

Anda bisa memilih untuk mengalokasikan keuntungan tersebut ke salah satu atau tiga hal diatas sekaligus dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Misalnya, dari keuntungan Rp800.000 diatas, Rp200.000 digunakan untuk keperluan konsumsi, Rp300.000 dibelikan saham, Rp300.000 sisanya digunakan sebagai tambahan pelunasan utang. 

Kesimpulan

Nah, itu tadi cara mengubah utang menjadi aset. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan kalau supaya bisa mengubah utang menjadi aset yang berharga di masa depan, setidaknya Anda harus mengetahui apa jenis aset yang ingin Anda beli dan bagaimana potensi keuntungan dan risikonya. 

Hal ini karena tingkat pengembalian atau keuntungan dari investasi aset tersebut tidak pasti, sementara cicilan utang pasti harus dibayar setiap bulannya. Tentu akan tidak bijaksana apabila demi membayar cicilan utang produktif, Anda harus menggunakan uang untuk membeli kebutuhan pribadi. 

Lalu bagaimana jika karena satu dan lain hal keuntungan investasi aset tersebut tidak lebih besar dibandingkan bunga dan cicilan utang? Atau Anda tidak bisa melunasi utang tersebut? Pilihannya adalah, aset tersebut Anda jual kembali (dilikuidasi) atau Anda meminta keringanan cicilan dari pihak bank. Apabila alasan yang Anda ajukan cukup kuat, maka bukan tidak mungkin bank akan mengurangi jumlah bunga yang harus Anda bayarkan atau memperpanjang tenor cicilan Anda.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *