Lompat ke konten
Daftar Isi

Weighted Average Cost of Capital (WACC): Rumus dan Cara Menghitung

Weighted average cost of capital (WACC)

Tidak ada seorang investor pun yang ingin investasinya merugi. Apalagi jika investor tersebut berupa lembaga seperti, perusahaan, bank, perusahaan venture capital atau perusahaan sekuritas. Semua investor, baik investor ritel maupun institusi pasti ingin mendapatkan keuntungan dari investasinya. 

Salah satu cara untuk menentukan bagus atau tidaknya berinvestasi pada sebuah proyek atau perusahaan adalah dengan menghitung weighted average cost of capital (WACC) atau biaya modal tertimbang. Apakah yang dimaksud dengan WACC dan bagaimana cara menghitungnya? Simak ulasannya berikut ini.

Pengertian Weighted Average Cost of Capital (WACC)

Weighted average cost of capital (WACC) adalah rata-rata tertimbang dari cost of capital (biaya modal).

Cost of capital adalah tingkat return minimal yang diekspektasikan oleh seorang investor ketika dia ingin berinvestasi pada sebuah proyek atau sebuah perusahaan. 

Sudut pandang biaya modal ini ada dua yaitu ketika perusahaan Anda sedang ingin berekspansi atau ketika investor ingin berinvestasi ke perusahaan Anda. Sederhananya, jika perusahaan Anda ingin sebuah proyek baru yang sedang dikerjakan menghasilkan keuntungan 5%, maka itulah nilai cost of capital-nya atau bisa juga seorang investor atau kreditur berekspektasi kalau perusahaan Anda dapat membayar bunga 15% setahun, maka nilai 15% itulah yang disebut biaya modal. 

Cost of capital bisa menjadi weighted average cost of capital (WACC) karena sumber modal sebuah perusahaan atau proyek pasti tidak hanya satu sehingga perlu di rata-rata.

Manfaat Menghitung WACC

Menghitung weighted average cost of capital (WACC) bermanfaat untuk:

  1. Menentukan target minimum yang harus dipenuhi oleh manajemen sebuah perusahaan atau sebuah proyek agar investasi di perusahaan atau proyek tersebut terbilang menguntungkan. 
  2. Secara tidak langsung, WACC juga bisa menjadi salah satu indikator apakah manajemen sebuah perusahaan tersebut bekerja dengan baik atau tidak.
  3. Menjadi bahan evaluasi mengenai proyek atau investasi yang akan dieksekusi. 
  4. Weighted average cost of capital juga bisa digunakan sebagai nilai diskonto dalam penghitungan net present value (NPV). NPV adalah indikator keuangan yang digunakan untuk memperkirakan daya beli uang apabila uang tersebut digunakan di masa depan. Apabila nilai NPV sebuah investasi positif, maka investasi tersebut menguntungkan, begitu pula sebaliknya. 

Rumus WACC

Rumus WACC adalah WACC = (A x Cost of Debt) + (B x Cost of Equity).

Keterangan:

A = Proporsi modal perusahaan yang diperoleh dari utang. 

Cost of Debt = Biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan utang dari pihak ketiga seperti bank atau pembeli obligasi. Biaya ini umumnya dinyatakan dalam bentuk tingkat suku bunga.

B = Proporsi modal perusahaan yang diperoleh dari saham. 

Cost of Equity = biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjual saham. Biaya ini adalah tingkat return yang diharapkan oleh investor.

Cara Menghitung WACC

1. Hitung cost of debt terlebih dahulu

Cost of debt diperoleh dengan:

Cost of debt = (Tingkat suku bunga kredit  atau kupon obligasi x Total utang yang digunakan untuk investasi) x 1-pajak.

2. Hitung cost of equity

Rumus cost of equity adalah:

Cost of Equity = Rf +β(Rm −Rf)

Keterangan:

Rf = Risk-free rate atau tingkat imbal hasil yang bisa diperoleh investor dari instrumen investasi rendah risiko. Dalam hal ini biasanya yang digunakan adalah tingkat kupon obligasi negara. 

β (beta) = Korelasi atau hubungan antara saham perusahaan tersebut dengan saham lainnya di bursa. Semakin tinggi nilai β, maka semakin tinggi pula selisih return dan risiko yang ditawarkan perusahaan tersebut dibandingkan perusahaan lainnya di bursa. 

Rm = Tingkat return rata-rata IHSG. 

3. Ketahui proporsi modal perusahaan

Misalnya, sebuah perusahaan membutuhkan uang sebesar Rp. 100.000.000 untuk membiayai proyek baru. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp. 75.000.000 diperoleh dari utang dan sisanya sebesar Rp. 25.000.000 diperoleh dari perilisan saham baru. Dalam perhitungan WACC, proporsi modal dari utang (A) adalah 75% dan proporsi modal dari saham (B) adalah 25%.

Untuk menghitung nilai A, jumlah modal yang diperoleh dari utang (Rp. 75.000.000) dibagi dengan total modal yang dibutuhkan (Rp. 100.000.000), sehingga diperoleh 75%. Sedangkan untuk menghitung nilai B, jumlah modal yang diperoleh dari saham baru (Rp. 25.000.000) dibagi dengan total modal yang dibutuhkan (Rp. 100.000.000), sehingga diperoleh 25%.

4. Masukkan ke dalam rumus WACC

Langkah terakhir dalam menghitung weighted average cost of capital  adalah memasukkan hasil penghitungan tersebut ke dalam rumus WACC di atas. 

Contoh Penghitungan WACC

Diketahui:

Sebuah perusahaan di bidang konstruksi membutuhkan dana sebesar Rp. 1.000.000.000 untuk proses pembebasan lahan. Untuk mendapatkan uang sebesar itu, perusahaan melakukan beberapa hal berikut ini:

  1. Menerbitkan 300.000 lembar saham dengan harga per lembar sebesar Rp. 1.000. 
  2. Investor berekspektasi tingkat return investasi di perusahaan tersebut sebesar 7%.
  3. Suku bunga kredit bank sebesar 12%. 
  4. Pajak pinjaman 5%.

Ditanya:

Maka berapakah nilai WACC proyek perusahaan tersebut?

Dihitung:

WACC = (A x Cost of Debt) + (B x Cost of Equity)

WACC perusahaan konstruksi = (75/100 x 12%)  x (1-5%) + (25/100 x 7%).

WACC perusahaan konstruksi = 8,55% + 1,75% =10,3%. 

Ini artinya, untuk setiap Rp. 10.000 uang yang diinvestasikan oleh investor, perusahaan konstruksi tersebut wajib membayar minimal Rp. 1.030. 

Batasan WACC

Dalam rumus di atas, tampaknya WACC dapat dihitung dengan mudah. Padahal kenyataannya di dunia nyata WACC cukup susah dihitung sehingga tidak heran kalau antara satu orang dengan orang yang lain akan memiliki estimasi nilai WACC yang berbeda untuk satu perusahaan. Hal ini karena:

  1. Ada banyak jenis utang yang bisa dimasukkan dan seringkali masing-masing jenis utang memiliki tingkat suku bunga yang berbeda. Beberapa jenis utang yang mungkin ada seperti, utang bank, utang obligasi, utang sukuk korporasi dan lain sebagainya. 
  2. Ada banyak jenis saham atau instrumen pasar modal lain yang bisa diterbitkan oleh perusahaan seperti, saham preferen, saham biasa dan lain sebagainya. Tingkat return saham preferen tentu berbeda dengan tingkat return saham biasa.

WACC juga belum memasukkan faktor inflasi sebagai pengurang nilai investasi. Oleh sebab itu, rumus WACC di atas seringkali disebut sebagai WACC nominal sementara WACC yang sudah memasukkan inflasi dalam penghitungan disebut WACC real.

Terlepas dari kekurangan tersebut, konsep WACC patut untuk Anda gunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan investasi. Apalagi jika sebagian modal yang Anda pakai berasal dari utang pihak ketiga.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *