Lompat ke konten
Daftar Isi

Cara Screening Saham Uptrend

Cara Screening Saham Uptrend

Saat ini sudah ada sekitar 700 saham yang listing di Bursa Efek Indonesia. Tentu tidak efektif rasanya apabila Anda harus melihat saham tersebut satu per satu untuk memilih mana yang terbaik. Padahal, trader, khususnya trader dengan long position, dituntut untuk memilih saham yang akan atau sedang uptrend. 

Untungnya, sudah tersedia fitur atau aplikasi screening saham yang bisa Anda gunakan saat ini. Dengan menggunakan aplikasi ini, Anda bisa menyeleksi seluruh saham yang tersedia di BEI secara otomatis menggunakan kriteria-kriteria yang telah Anda buat. Artikel kali ini akan membahas bagaimana cara screening saham yang sedang up trend untuk keuntungan Anda. 

1. Masukkan Kriteria Fundamental

Langkah pertama adalah memasukkan berbagai kriteria fundamental yang Anda butuhkan. Kriteria fundamental ini, seperti besaran kapitalisasi pasar (market cap), nilai EPS, PER, ROI, ROE dan lain sebagainya. Berbagai kriteria fundamental ini perlu dimasukkan supaya Anda bisa terhindar dari membeli saham gorengan. 

Anda juga bisa memasukkan kriteria dividen untuk memilih perusahaan yang membagikan dividen selama periode tertentu. Bagi trader, dividen bisa jadi bukan merupakan sumber keuntungan yang utama, tapi tetap saja adanya dividen sama dengan bonus bagi trader. 

Setelah kriteria tersebut dimasukkan, mesin aplikasi screening otomatis akan menggugurkan saham yang tidak masuk kriteria Anda. Dengan demikian, Anda bisa mempersempit proses pemilihan saham pilihan. 

2. Masukkan Moving Average Beberapa Periode

Salah satu cara dasar untuk menyeleksi saham yang sedang uptrend adalah dengan menggunakan simple moving average (SMA) beberapa periode sekaligus. Periode waktu ini bisa 5 hari kerja bursa, 20 hari kerja bursa, 60 hari kerja atau 120 hari kerja. 

Sebuah saham bisa dikatakan uptrend apabila moving average periode pendek bisa memotong moving average periode panjang. MIsalnya, Anda menggunakan SMA 5 dan 20, maka sebuah saham dikatakan mengalami uptrend apabila garis SMA 5 memotong garis SMA 20, begitu seterusnya. 

Hal ini berarti bahwa trend jangka pendek sedang naik dengan kuat, sehingga bisa memotong trend jangka panjang. Sebaliknya, apabila SMA jangka panjang memotong SMA jangka pendek, ini artinya saham tersebut sedang mengalami downtrend. 

Setelah Anda mengeksekusi indikator ini, maka secara otomatis aplikasi juga akan menggugurkan saham yang telah masuk kriteria fundamental, namun gagal masuk pada kriteria yang satu ini.

4. Menggunakan Stochastic Oscillator

Stochastic oscillator adalah indikator teknis yang membandingkan harga penutupan (closing) aset dan harga tertinggi dan terendahnya. Logikanya adalah, apabila trend sedang mengalami kenaikan, maka selisih antara harga tertinggi dan harga penutupan akan menyempit. Selain itu, indikator ini juga bisa digunakan untuk mendeteksi overbought dan oversold, dua hal yang tidak bisa mengindikasikan pembalikan namun cukup berguna untuk memperkirakan siapa pihak yang sedang dominan di pasar. 

Dalam indikator ini, Anda akan melihat dua garis beda warna yang terletak di bawah grafik harga. Dua garis tersebut adalah %K atau fast stochastic indicator dan %D atau slow stochastic indicator. Perpotongan antara garis %D dan %K inilah yang menimbulkan sinyal trading. 

Hanya saja, perpotongan kedua garis ini bisa terjadi pada area overbought dan oversold sekaligus, sehingga bisa mengindikasikan kalau harga akan mengalami uptrend dan downtrend sekaligus. Jika Anda mencari saham yang sedang uptrend, maka sebaiknya Anda mencari saham yang perpotongan antara %K dan %D terjadi di area oversold. Karena itu artinya saham tersebut diperdagangkan dengan nilai yang lebih rendah dibandingkan nilai intrinsiknya, sehingga berpotensi naik.

5. Menggunakan Indikator RSI

Relative strength index (RSI) adalah indikator yang digunakan untuk menilai kecepatan perubahan harga aset. Skor indikator ini berkisar antara 0-100 dan sama halnya dengan indikator stokastik di atas, skor RSI juga bisa mengindikasikan adanya overbought dan oversold. Dalam hal ini sebuah aset disebut overbought jika skor nya di atas 70-80, dan terbilang oversold jika nilainya dibawah 30 atau 20. 

Pada pasar yang sedang uptrend, nilai RSI berkisar antara 40-90 dengan 40-50 sebagai basis nilai terendah (support zone). Selain itu, diperkirakan sebuah trend akan kuat apabila terjadi tembusan pada skor overbought dan oversold secara terus menerus. Oleh sebab itu, Anda dapat menggunakan indikator ini sebagai salah satu tolok ukur dalam memilih saham. 

Indikator ini akan semakin berguna apabila Anda dapat memilih saham yang grafik harganya sedang turun, namun tidak diikuti dengan penurunan RSI. Sebab itu artinya, ada potensi bullish reversal, sehingga Anda bisa melakukan buy on weakness

Indikator moving average, stokastik oscillator dan indikator RSI dapat Anda gunakan secara sendiri-sendiri maupun bersamaan. Apabila digunakan bersamaan, kekurangannya adalah jumlah saham yang bisa Anda pilih akan mengecil dari yang awalnya 700 bisa tinggal 10 atau belasan saja. Namun kelebihannya Anda hanya akan memilih saham dengan trend kenaikan yang kuat dan bisa melihat saham tersebut satu per satu untuk melakukan analisis chart. 

6. Menggunakan Price Action

Meskipun jumlah saham yang tersaring kini tinggal belasan, tentu saja Anda harus membeli beberapa diantaranya saja. Selain karena masalah modal, tentunya memilih beberapa saham saja akan bisa membuat Anda lebih fokus dalam menganalisis. Price action atau naked chart trading adalah salah satu alat penyaring saham terakhir yang bisa Anda lakukan. 

Dengan metode ini, Anda bisa mengamati berbagai pola chart dari belasan saham yang telah tersaring di atas. Contoh price action ini seperti, apabila candle harga membentuk pola three white soldiers, ada candle bullish engulfing atau ada pola falling wedges dan lain sebagainya. Pola harga seperti ini umumnya menunjukkan bullish reversal, atau harga yang awalnya turun akan kembali naik, sehingga kesempatan trader untuk membuka posisi jadi terbuka lebar.

Mengapa cara ini terakhir? Hal ini karena tentu Anda tidak bisa menganalisis pola harga di dalam chart 700 saham yang ada di bursa bukan? Sehingga Anda harus menyeleksinya dengan berbagai aspek fundamental dan teknikal terlebih dahulu dengan menggunakan aplikasi atau fitur penyaring saham otomatis. Baru ketika saham sudah tinggal 10 atau belasan, Anda bisa memeriksanya satu per satu.  

Nah, itu tadi cara screening saham uptrend. Perlu diingat bahwasanya angka-angka yang tercantum dalam penjelasan di atas, merupakan patokan saja. Trader dapat memilih indikator tersebut di atas dengan nilai batas maksimum dan minimum lain sesuai dengan seleranya. 

Screening saham hanya merupakan alat bantu menyeleksi instrumen ini. Apa indikator yang digunakan serta berapa angka minimum maksimumnya tetap disusun oleh trader sendiri. Oleh sebab itu, pastikan Anda membuat trading plan dan memasukkan indikator sesuai dengan trading plan tersebut.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *