Dalam artikel ini, akan dibahas secara lengkap mengenai pengertian, jenis, dan cara menghitung moving average, serta bagaimana indikator ini dapat membantu trader dalam menganalisis teknikal saham.
Pengertian Moving Average
Moving Average (MA) adalah sebuah indikator dalam analisis teknikal saham yang digunakan oleh investor untuk mengetahui arah kecenderungan tren. MA bekerja dengan cara menghitung rata-rata pergerakan harga sebuah saham untuk periode waktu tertentu, dan garis yang ditarik dari hasil perhitungan tersebut dapat membantu investor dalam membuat keputusan.
Periode waktu yang dapat digunakan untuk MA bervariasi, mulai dari 5 hari bursa (1 minggu), 20 hari bursa (1 bulan), 60 hari bursa (3 bulan), hingga 120 hari bursa (6 bulan). Penggunaan MA dapat berguna dalam menentukan momentum, mengonfirmasi tren, serta menemukan titik support dan resistance.
Namun, penting untuk diingat bahwa MA hanya dapat digunakan untuk menggambarkan kejadian masa lalu dan tidak dapat digunakan untuk memprediksi masa depan. Meskipun demikian, metode ini sering digunakan oleh trader dalam melakukan analisis teknikal. Ada dua jenis MA yang umum digunakan, yaitu Simple Moving Average (SMA) dan Exponential Moving Average (EMA).
Harga saham cenderung fluktuatif karena adanya aktivitas jual-beli di pasar saham. Meskipun demikian, para trader cenderung menggerakkan harga saham pada periode waktu tertentu, sehingga menghasilkan suatu tren harga. Oleh karena itu, MA sangat berguna dalam membantu investor untuk memastikan tren harga suatu saham pada periode waktu tertentu.
Simple Moving Average (SMA)
Simple Moving Average (SMA) adalah sebuah teknik analisis harga saham yang menghitung rata-rata pergerakan harga suatu saham selama periode waktu tertentu (n).
Rumus Simple Moving Average adalah SMA = (A1 + A2 + … +An).
Di mana :
MA merupakan Simple Moving Average
A merupakan rata-rata untuk periode n
n merupakan total periode waktu
Sebagai contoh, jika kita ingin menghitung SMA untuk 5 hari terakhir dari harga saham yang diberikan (11, 12, 13, 14, 15, 16, 17), maka kita dapat menjumlahkan harga saham selama 5 hari terakhir tersebut, yaitu 11 + 12 + 13 + 14 + 15, kemudian membaginya dengan 5, karena total periode waktu yang dipilih adalah 5.
Dalam hal ini, SMA 5 hari adalah 13. Kita dapat melanjutkan proses yang sama untuk menghitung SMA untuk periode waktu lainnya.
Nilai SMA kemudian dapat ditampilkan dalam bentuk garis berimpitan dengan grafik harga saham. SMA ini digunakan untuk memberikan sinyal beli dan jual. Jika harga saham melampaui garis SMA dari bawah ke atas, itu adalah sinyal beli. Sebaliknya, jika harga saham melampaui garis SMA dari atas ke bawah, itu adalah sinyal jual.
Namun, penggunaan SMA dalam periode waktu yang terlalu pendek seperti 5 dan 20 hari dapat menghasilkan sinyal palsu yang tidak dapat diandalkan. Oleh karena itu, seringkali digunakan periode waktu yang lebih panjang seperti 50 dan 200 hari untuk menghasilkan sinyal yang lebih akurat.
Selain itu, untuk menghindari kesalahan sinyal, kadang-kadang digunakan sepasang garis SMA. Jika garis SMA yang lebih pendek memotong garis SMA yang lebih panjang dari bawah ke atas, itu adalah sinyal bullish. Sebaliknya, jika garis SMA yang lebih pendek memotong garis SMA yang lebih panjang dari atas ke bawah, itu adalah sinyal bearish.
Exponential Moving Average (EMA)
Jenis moving average ini lebih sensitif dengan pergerakan arah tren.
Rumus Exponential Moving Average adalah EMAt = [Vts1+d] + EMAy[1-s1+d].
Dalam formula tersebut, EMAt mewakili nilai rata-rata bergerak eksponensial hari ini, Vt adalah nilai saham pada hari ini, s adalah faktor penghalus, dan d mewakili jumlah hari.
Dengan menggunakan faktor penghalus (s), rata-rata bergerak eksponensial dapat menghasilkan garis yang lebih halus daripada rata-rata bergerak sederhana (SMA). Namun, kelemahan rata-rata bergerak sederhana adalah kurang responsif terhadap perubahan harga terbaru, sedangkan kelemahan rata-rata bergerak eksponensial adalah munculnya sinyal palsu.
Sinyal perdagangan “golden cross” EMA digunakan sebagai tanda untuk membeli, sedangkan “dead cross” merupakan sinyal untuk menjual. Namun, perlu diingat bahwa sinyal yang dihasilkan oleh rata-rata bergerak tidak selalu akurat karena rata-rata bergerak tidak berguna saat harga saham bergerak sideways atau berada di area support dan resistance.
Lebih Jauh Mengenai Moving Average
Acapkali, trader mengaplikasikan Moving Average dengan membabi-buta di segala grafik harga saham.
Padahal, Moving Average hanya efektif ketika harga saham sedang dalam tren, baik itu naik atau turun, dan tidak efektif saat harga saham bergerak hanya dalam kisaran support dan resistance. Jika pasar sedang tren, Moving Average bisa memberikan sinyal palsu karena selalu menganggap pasar sedang tren.
Moving Average dapat digunakan dengan baik untuk mengkonfirmasi posisi jual, beli atau keluar dari pasar. Moving Average yang cenderung mengikuti tren sangat berguna dalam situasi ini karena dapat menyaring tren pergerakan saham.
Moving Average paling efektif saat dipasangkan dengan pengukur kekuatan tren seperti ADX yang merupakan turunan dari DMI.
Bagaimana menentukan periode Moving Average terbaik? Gunakan spreadsheet excel untuk menghitung rata-rata kesalahan yang dihasilkan. Banyak format spreadsheet excel yang tersedia di internet untuk melakukan perhitungan ini.
Dalam hal ini, input harga penutupan saham 30 hari terakhir dijadikan sebagai baris Close Price. Data harga saham ini dapat diperoleh dari layanan Yahoo Finance. Kemudian, seluruh data akan dihitung dan hasilnya akan langsung muncul. Untuk menentukan periode Moving Average terbaik, temukan nilai MSE terkecil.
Misalnya, Moving Average dengan periode 10 hari menghasilkan MSE terkecil. Semakin rendah nilai MSE, semakin kecil pula tingkat kesalahan Moving Average. Oleh karena itu, Moving Average dengan periode 10 hari akan dipilih.
Agar menjadi trader yang lebih baik, Anda dapat mencontoh kebanyakan trader yang menggunakan SMA 5 dan EMA 200 dan menunggu sampai terbentuk golden cross.
Namun, penting untuk diingat bahwa Moving Average hanya efektif saat pasar sedang trending. Anda juga dapat mengkombinasikannya dengan perhitungan lain seperti pola grafik, pola candlestick, dan penguji kekuatan tren. Sebagai trader pemula, Anda perlu mencoba berbagai kombinasi indikator untuk mengetahui mana yang paling cocok.
Namun, perlu diingat bahwa semakin banyak indikator yang digunakan, semakin tinggi risiko sistem memberikan sinyal yang salah. Biasanya, menggunakan terlalu banyak indikator yang berbeda akan menampilkan kecenderungan yang berbeda pula. Sebab seluruh indikator dalam analisis teknikal dihitung dengan mengambil data harga, volume, maupun gabungannya.
Sebagai contoh, jika trader memasang lima hingga enam indikator pada grafik harga saham bersamaan, informasi yang diterima bisa menjadi terlalu banyak dan mengganggu. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan satu atau dua indikator yang paling penting dan cocok dengan strategi trading Anda.