Lompat ke konten
Daftar Isi

Cash Flow to Debt Ratio: Pengertian, Rumus, Cara Menghitung

Cash Flow to Debt Ratio

Uang kas dan utang adalah dua komponen penting dalam keuangan perusahaan. Uang kas adalah aset yang paling likuid dari sebuah perusahaan. Keberadaannya penting untuk sumber daya yang siap ditukarkan dengan berbagai kebutuhan perusahaan. Di sisi lain, utang adalah sumber pendanaan dari pihak ketiga yang harus dibayar kembali beserta uangnya. 

Pengertian Cash Flow to Debt Ratio

Cash flow to debt ratio adalah rasio perbandingan antara jumlah arus kas perusahaan dengan total utang perusahaan. Cash flow to debt ratio penting diketahui dalam mengevaluasi seberapa cepat uang kas perusahaan dapat digunakan untuk melunasi utang.

Arus kas adalah uang kas yang diperoleh perusahaan dari aktivitas operasi, sedangkan yang dimaksud dengan total utang adalah hasil penambahan utang jangka pendek dan jangka panjang perusahaan.

Uang kas adalah aset perusahaan yang paling likuid. Semakin tinggi rasio perbandingan antara uang kas dan utang, artinya sebuah perusahaan dapat membayar utangnya dengan lebih cepat. Hal ini mengingat bahwasanya tidak menutup kemungkinan bank atau pihak ketiga lainnya menagih utang perusahaan lebih cepat dibandingkan seharusnya.

Rumus Cash Flow to Debt Ratio

Rumus Cash Flow to Debt Ratio adalah CFDR = (Arus kas dari aktivitas operasi) / (total utang).

Rasio ini umumnya didenominasikan dalam bentuk persentase. Namun demikian, matriks ini juga dapat didenominasikan dalam bentuk tahun dengan membagikan angka 1 dengan hasilnya. 

Misalnya, nilai rasio perbandingan arus kas dan utang perusahaan A adalah sebesar 10%. Hal ini berarti bahwa perbandingan antara uang kas perusahaan A dan utangnya adalah sebesar 10%. Lalu, kapan utang tersebut akan lunas? Utang tersebut akan lunas dalam waktu:

Cash Flow to Debt Ratio (Tahun) : 1/10% = 10 tahun. Ini artinya, utang tersebut baru akan lunas selama 10 tahun. 

Namun demikian, tentu tidak masuk akal rasanya apabila seluruh uang kas perusahaan digunakan untuk membayar utang. Oleh sebab itu, umumnya matriks ini digunakan hanya untuk memperkirakan kesehatan kondisi keuangan perusahaan saja dan didampingi dengan berbagai matriks lainnya. 

Cara Menghitung Cash Flow to Debt Ratio

Selain menggunakan Cash Flow to Debt Ratio, beberapa analis juga menggunakan berbagai variabel lainnya untuk mengukur kesehatan keuangan. Variabel lain tersebut termasuk EBITDA (earning before interest, depreciation, and amortization), Free cash flow (FCF) dan utang jangka panjang (long-term debt).

Dalam hal ini penggunaan EBITDA ini tidak direkomendasikan, sebab dalam komponen penghitungan EBITDA masih ada komponen pembelian bahan baku atau barang dagang baru yang tentunya membutuhkan lebih banyak waktu untuk bisa dikonversi menjadi kas. 

FCF banyak digunakan karena uang kas dalam variabel ini sudah dikurangi dengan uang kas yang digunakan untuk belanja modal (capital expenditure). Namun menggunakan FCF juga berarti kalau nilai  indikator ini kemungkinan juga akan lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan arus kas dari aktivitas operasi saja. 

Adapun untuk utang jangka panjang, hasil penghitungan akan relatif lebih besar namun bias. Sebab, utang jangka pendek justru lebih membutuhkan uang kas lebih dulu dibandingkan dengan utang jangka panjang. Maka dari itu, sebaiknya matriks ini tetap dihitung dengan menggunakan utang jangka panjang sebagai pembagi. 

Contoh Penghitungan Cash Flow to Debt Ratio

Berikut ini contoh penghitungan indikator keuangan ini untuk PT Temas Tbk:

Keterangan20212020
Uang kas dari aktivitas operasi708.628564.331
Total utang2.509.7612.626.095
Cash Flow to Debt Ratio28,23%21,49%
Dalam tahun3,5417186454,653465785
Sumber: Laporan Keuangan PT Temas Tbk 2021

Dalam data tersebut terlihat cukup jelas bahwasanya perbandingan antara arus kas dari operasi dan utang di PT Temas Tbk terbilang membaik terlepas dari peningkatan jumlah utang. Dalam data tersebut terlihat bahwasanya utang perusahaan tersebut akan dapat dilunasi menggunakan uang kas dalam jangka waktu 3,5 tahun (2021) dan 4,6 tahun (2020). 

Data keuangan di atas tercantum dalam laporan keuangan perusahaan. Data total utang pada laporan neraca, sementara data arus kas dari aktivitas operasi bisa diperoleh dari laporan arus kas.

Kegunaan Cash Flow to Debt Ratio

Cash Flow to Debt Ratio termasuk ke dalam coverage ratio, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah perusahaan dalam membayar utang. Semakin tinggi nilai coverage ratio, maka semakin bagus dan sehat pula keuangan perusahaan tersebut. 

Kesehatan keuangan perusahaan dapat berimplikasi ke dalam banyak hal. Faktor ini bisa menjadi penentu apakah sebuah perusahaan layak untuk mendapatkan tambahan suntikan dana dari bank dan investor atau tidak. Selain itu, faktor ini secara tidak langsung juga mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen dan melunasi utang obligasi beserta kuponnya. 

Akan tetapi, coverage ratio tidak hanya berupa indikator ini saja, tetapi juga termasuk matriks lainnya, seperti current ratio, debt to equity ratio (DER), debt to asset ratio (DAR) dan lain sebagainya. Maka dari itu, umumnya Cash Flow to Debt Ratio digunakan dengan indikator keuangan lain, serta dianalisis secara time series (dari waktu ke waktu) dan cross section (menggunakan perusahaan yang bergerak di bidang sama sebagai perbandingan). 

Berapa Nilai Cash Flow to Debt Ratio Yang Baik?

Secara umum, nilai Cash Flow to Debt Ratio lebih dari 1 dipandang sebagai rasio yang baik.

Itu berarti uang kas yang dimiliki perusahaan setara atau lebih banyak dibandingkan total uang tersebut. Sebaliknya, apabila nilai Cash Flow to Debt Ratio kurang dari 1, maka kondisi kesehatan keuangan perusahaan tersebut patut dipertanyakan. 

Namun demikian, tolok ukur yang kaku ini memiliki masalah antara lain:

  1. Tidak semua uang kas akan digunakan untuk membayar utang perusahaan. Ini artinya, kemungkinan besar nilai uang kas yang akan digunakan untuk membayar utang akan lebih kecil dibandingkan yang dimasukkan ke dalam persamaan di atas. 
  2. Umumnya, total uang kas (termasuk dari sektor non-operasional) lebih kecil dibandingkan dengan total utang, karena total utang mencakup utang jangka panjang. 
  3. Perusahaan dalam setiap industri memiliki metode operasi dan pembiayaan yang berbeda-beda. Bisa jadi satu perusahaan mengutamakan pembiayaan dari utang, sementara yang lainnya tidak. Oleh sebab itu, penting untuk menganalisis indikator ini dalam beberapa tahun dan beberapa perusahaan sekaligus. 

Kesehatan keuangan perusahaan merupakan variabel penting yang harus dipertimbangkan oleh investor, khususnya investor jangka panjang. Ada banyak indikator yang bisa digunakan untuk menganalisis faktor ini, salah satunya adalah rasio perbandingan antara arus kas dari operasional dan total utang perusahaan di atas.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *