Lompat ke konten
Daftar Isi

Daftar Saham Pariwisata di BEI (2023)

Daftar Saham Pariwisata di BEI

Saham pariwisata adalah saham dari perusahaan-perusahaan yang memiliki lini bisnis di bidang leisure economy, yaitu bidang ekonomi atau bisnis yang lebih menekankan pada pengalaman, kesenangan atau pemanfaatan waktu luang. Bidang bisnis di leisure economy ini bermacam-macam, bisa meliputi:

  1. Industri perhotelan.
  2. Industri media hiburan.
  3. Perusahaan properti yang menyediakan berbagai macam fasilitas hiburan dan hobi di properti miliknya.
  4. Perusahaan pemilik dan pengelola taman bermain dan masih banyak lainnya

Nah, berikut ini beberapa daftar saham pariwisata yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI):

1. MNC Land Tbk (KPIG)

Di posisi pertama ada perusahaan milik Hary Tanoesoedibjo, MNC Land. Perusahaan yang juga bergerak di bidang pengembangan properti ini tercatat juga memiliki beberapa hotel dalam portofolio mereka, seperti MNC Bali Resort, Park Hyatt Hotel Jakarta, The Westin Resort, dan Next Hotel Yogyakarta. Karenanya, KPIG juga dapat diklasifikasikan sebagai saham hotel.

Selain hotel, MNC Land juga mengembangkan township yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas liburan bernama SEZ MNC Lido City. Rencananya, township ini akan dilengkapi dengan berbagai hotel dan villa, lapangan golf, restoran, fasilitas kesenian dan area permainan. 

Termasuk di antara proyek yang ingin dibangun oleh KPIG di Lido adalah Movieland. Area yang direncanakan seluas 21 hektar ini rencananya akan digunakan untuk lokasi produksi film dan sinetron. Tidak hanya insan perfilman Indonesia saja yang bisa mampir ke sini, pihak KPIG juga berencana untuk membuka fasilitas ini untuk publik, sehingga masyarakat bisa melihat proses pengambilan gambar untuk sinetron dan film kesayangan mereka langsung dari lokasi.

2. Indonesian Paradise Property Tbk (INPP)

Indonesian Paradise Property Tbk adalah perusahaan properti dan perhotelan yang fokus pada pengembangan bidang perhotelan dan investasi pada jenis properti lain. Menurut beberapa sumber, perusahaan ini berdiri pada tahun 1996 dengan nama PT Penta Karsa Lubrindo dan berganti nama menjadi Indonesian Paradise Property pada tahun 2002 dan IPO pada tahun 2004. 

Beberapa portofolio perusahaan ini di bidang pariwisata antara lain: Hotel Pop! A.M Sangaji Yogyakarta, Sheraton Bali Kuta Resort, Harris Hotel yang di Bali, Tebet, Sudirman Jakarta dan Batam, serta beberapa hotel lain dengan flagship yang berbeda. 

Pada tahun 2023 ini, INPP berencana untuk menambah capital expenditure (CAPEX) hingga sebesar Rp 1 triliun. Rencananya, uang ini akan digunakan untuk membangun 7 proyek properti mereka, yaitu Sahid Kuta Lifestyle Resort, Hyatt Place Makassar, 23 Paskal Extension, Antasari Place di Semarang dan berbagai pengembangan properti komersial dan residensial lain di Semarang dan Balikpapan.

3. Fast Food Indonesia Tbk (FAST)

Anda mungkin masih asing dengan nama PT Fast Food Indonesia Tbk atau FAST, tetapi pasti sudah tidak asing lagi dengan produk yang mereka hasilkan. FAST adalah perusahaan pemegang lisensi distribusi restoran KFC di Indonesia. Yup! Perusahaan ini mengelola seluruh cabang brand restoran ayam goreng asal Amerika Serikat tersebut di Indonesia. 

Perusahaan ini didirikan oleh Keluarga Gelael dan mendapatkan lisensi waralaba KFC pada tahun 1979. Seiring dengan masuknya Salim Group sebagai salah satu investor utama, FAST lantas listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1993. Hingga akhir 2021 FAST telah mengoperasikan 740 gerai KFC di 170 kota di 34 provinsi di Indonesia dan mengoperasikan 3 gerai Taco Bell di Jakarta. 

Tak kaleng-kaleng, perusahaan ini menargetkan penambahan gerai sebanyak 30 unit pada tahun 2023 ini. Menurut Dalim Juwono, Direktur PT Fast Food Indonesia sebagaimana dikutip oleh Emiten News, hal ini karena perusahaan percaya bahwa gejolak keinginan masyarakat untuk makan di tempat kembali meningkat pasca covid19. Sebagai langkah awal, perusahaan membidik kenaikan pendapatan sebesar 15% untuk triwulan pertama tahun 2023 ini.

4. Champ Resto Indonesia Tbk (ENAK)

Rekomendasi saham pariwisata selanjutnya adalah PT. Champ Resto Indonesia Tbk. 

Champ Resto Indonesia Tbk atau ENAK adalah perusahaan yang bergerak di bidang restoran yang berdiri pada tahun 2010. Saat ini perusahaan ini memiliki 6 merek restoran yang menyediakan makanan dengan jenis berbeda, yaitu:

  • Raa Cha: Suki dan BBQ.
  • BMK: Makanan Indonesia.
  • Gokana: Masakan Jepang. 
  • Platinum: Masakan Barat dan Fushion.
  • Monsieur Spoon: Bakery dan Cafe.
  • Chopstix: Makanan Asia. 

Per Desember 2021, perusahaan ini mengoperasikan 276 outlet yang tersebar di Pulau Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi.

5. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT)

Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) adalah perusahaan properti dan pengembang bisnis perhotelan yang didirikan oleh Jan Darmadi pada tahun 1975. Kini perusahaan ini telah memiliki 11 hotel dengan 2.676 kamar yang tersebar di Jakarta, Yogyakarta, Semarang dan Bali, termasuk diantaranya adalah Hyatt Regency Bali, Grand Hyatt Bali dan Pop! Hotel Malioboro Yogyakarta. 

Selain hotel, perusahaan ini juga mengelola properti residensial seluas  1.407.000 m2, Area perkantoran seluas 55.081 m2 dan area pertokoan dengan luas  40.127 m2. Dengan kualitas dan etos kerja yang dimilikinya, maka tidak heran JSPT menjadi salah satu emiten pariwisata terkemuka di Indonesia.

6. PT. Hotel Sahid Jaya International Tbk (SHID)

Nama Hotel Sahid tentu sudah bukan hal yang asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Maklum, jaringan perhotelan ini didirikan pada tahun 1969 oleh Prof. Dr. Sukamdani Sahid Gitosardjono. Hingga tahun 2021, perusahaan ini tercatat mengelola lebih dari 20 unit hotel. Termasuk diantaranya adalah Hotel Sahid Zarafshon yang terletak di Bukhara, Uzbekistan. 

Dalam menghadapi covid19, hotel ini tidak hanya menerapkan protokol kesehatan, melainkan juga mengembangkan berbagai layanan bisnis less-contact yang mampu menunjang keuangan perusahaan. Misalnya, pengembangan aplikasi eConcierge, diskon khusus pemesanan via website, hingga penyediaan paket bundling penerbangan dan hotel dengan bekerja sama dengan pihak ketiga.

7. Sarimelati Kencana Tbk (PZZA)

Selain KFC, brand fast food asal Amerika Serikat lain yang beredar di Indonesia adalah Pizza Hut. Pemegang lisensi brand ini di Indonesia (kecuali area bandara) adalah PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA). Sebagai sebuah perusahaan, PT Sarimelati Kencana Tbk didirikan pada 16 Desember 1987 dan mulai listing di Bursa Efek Indonesia pada 23 Mei 2018. 

Menurut laporan tahunan 2021 milik perusahaan ini, kini PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) memiliki 540 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia dan memiliki layanan Pizza Hut Delivery. Selain itu, perusahaan juga mengembangkan layanan food truck di Jawa Tengan dan Sulawesi Selatan demi mengurangi interaksi langsung dengan tanpa membuat penjualan jatuh ketika pandemi covid19.

8. Red Planet Indonesia Tbk (PSKT)

Red Planet Indonesia Tbk adalah anak usaha milik Red Planet Hotels Limited, sebuah perusahaan pengembang perhotelan di kawasan Asia Tenggara. Sebelum diakuisisi oleh  Red Planet Hotels Limited, pada tahun 2014 perusahaan ini bernama PT Pusako Tarinka Tbk. Namun demikian, Red Planet Hotels Limited melepas kepemilikannya terhadap jaringan hotel ini pada akhir tahun 2020. 

Hingga saat ini tercatat Red Planet Indonesia Tbk mengelola 7 hotel dengan nama Red Planet. Misalnya, Hotel Red Planet Solo, Hotel Red Planet Surabaya dan lain sebagainya. Portofolionya yang lengkap menjadikan PSKT sebagai salah satu saham pariwisata top di Indonesia.

9. Sunter Lakeside Hotel Tbk (SNLK)

Sunter Lakeside Hotel Tbk adalah perusahaan yang membangun dan mengelola Hotel Danau Sunter, sebuah hotel bintang lima di Jakarta Utara beserta fasilitas-fasilitas yang dimilikinya. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1991 dengan nama PT Sunter Lakeside Hotel dan secara resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2020 lalu. 

Adapun fasilitas hotel yang dikelola oleh perusahaan ini antara lain, Silver Spoon Restaurant ,Grand City Chinese Restaurant, Silla Korean Restaurant , Esquire Lounge dan Tirta Barista. 

10. Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA)

Pembangun pariwisata Jaya Ancol adalah perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jakarta yang secara khusus mengelola Ancol dan Dufan beserta fasilitas di sekitarnya. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1966 oleh Ali Sadikin, Gubernur Jakarta pada saat itu dan mulai listing di BEI pada tahun 2004 ketika Sutiyoso menjabat sebagai Gubernur DKI. 

Pada tahun 2022, layanan rekreasi yang disediakan oleh perusahaan ini bermacam-macam mulai dari Sea World, Atlantis Water Adventure, Hotel Putri Duyung, Hotel Bidadari hingga beberapa restoran yang menyajikan makanan Indonesia dan dunia.

11. PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk

Anggota saham pariwisata terbaru adalah PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk. Perusahaan ini baru IPO di Bursa Efek Indonesia pada 2 Agustus 2023. Perlu Anda ketahui bahwasanya PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk adalah perusahaan yang memiliki dan mengelola bioskop XXI. Bidang bisnis perusahaan ini tidak hanya pada penayangan film saja, tetapi juga periklanan dan berbagai acara yang diselenggarakan dalam gedung bioskop tersebut.

Dilansir dari laman e-IPO, PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk didirikan pada tahun 1988 dan kini memiliki dan mengelola 225 bioskop di 55 kota di seluruh Indonesia. Dari ratusan bioskop tersebut, perusahaan ini memiliki 1,216 layar dan menjadi salah satu market leader di industri bioskop di Indonesia dengan market share lebih dari 50% baik dari segi jumlah gedung, jumlah layar maupun jumlah penonton.

Selain 11 perusahaan di atas, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga mendorong perusahaan-perusahaan lain di sektor ekonomi kreatif (termasuk pariwisata) untuk melantai di Bursa Efek Indonesia pada tahun ini. Menurut Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, tahun ini ada 20 perusahaan yang sedang disiapkan. Mayoritas perusahaan tersebut bergerak di sektor makanan, kriya dan fashion. Namun, tidak menutup kemungkinan juga sektor ekonomi kreatif lainnya, seperti gaming atau film juga akan melakukan IPO tahun ini.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *