Lompat ke konten
Daftar Isi

Daftar Saham Salim Group (2023)

Daftar Saham Salim Group

Tidak lengkap rasanya kalau menyebut konglomerasi di Indonesia tanpa adanya Salim Group di dalamnya. Alasannya tentu saja karena barang-barang yang diproduksi perusahaan ini begitu melekat di hati masyarakat Indonesia seperti kecap Indofood, Indomie dan lain sebagainya. 

Nama Salim merujuk kepada pendiri perusahaan ini pertama kali yaitu Sudono Salim dan keluarganya. Saat ini group konglomerasi ini mengelola puluhan perusahaan. Dari puluhan perusahaan tersebut setidaknya 7 diantaranya sudah masuk Bursa Efek Indonesia. Bahkan perusahaan seperti INDF dan ICBP masuk ke dalam indeks IDX30 yang notabene berisi saham-saham blue chip

Apa saja perusahaan Salim Group yang sudah ada di BEI? Simak ulasannya berikut:

1. Indofood Sukses Makmur (INDF)

Indofood Sukses Makmur (INDF) adalah salah satu pemain besar dalam industri consumer goods di Indonesia. Tentu Anda mengenal mie instan bernama Indomie atau Supermie dan beberapa merk minuman seperti Indomilk dan Ichi Ocha. Semua produk tersebut beserta produk-produk makanan dan bahan makanan lain merupakan produksi Indofood Sukses Makmur (INDF) 

Menurut laman resmi perusahaan ini, INDF beroperasi sejak dekade 1980-an. Namun menurut beberapa sumber lain, sejarah perusahaan ini sebenarnya bisa ditelisik hingga tahun 1968. Setelah sekian lama menjadi perusahaan tertutup, pada tahun 1994 perusahan ini secara resmi menjadi perusahaan publik dengan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia.

2. Indofood Sukses CBP Makmur (ICBP)

Indofood Sukses CBP Makmur (ICBP) adalah anak perusahaan Indofood Sukses Makmur (INDF) yang bergerak di bidang consumer branded product (CBP). Sama seperti perusahaan induknya, ICBP juga memproduksi dan mendistribusikan berbagai produk food and beverages seperti Indomie, Supermi, Bogasari dan lain sebagainya. Sejak berdiri pada tahun 1982, ICBP baru listing di BEI pada tahun 2010.

3. Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET)

PT Indoritel Makmur Internasional Tbk adalah anak perusahaan Salim Group yang khusus bergerak di bidang industri ritel. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1995 dengan nama PT. Dyviacom Intrabumi dan melantai di bursa pada tahun 2010.

Pada tahun 2013, perusahaan ini mengakuisisi sebagian saham 3 perusahaan besar yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman retail yaitu PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (Sari Roti), PT Fastfood Indonesia Tbk (KFC) dan PT Indomarco Prismatama (Indomaret). PT Nippon Indosari Corpindo Tbk dan PT Fastfood Indonesia Tbk  sendiri juga sudah melantai di bursa masing-masing dengan kode saham ROTI dan FAST. 

4. Indomobil Sukses Internasional (IMAS)

Berbeda dengan ketiga perusahaan di atas, Indomobil Sukses Internasional (IMAS) adalah anak usaha Salim Group yang bergerak di bidang konsultasi otomotif, impor dan ekspor serta perakitan dan distribusi kendaraan bermotor. Adapun merk kendaraan bermotor yang dirakit oleh perusahaan ini seperti, Suzuki, Nissan, Volvo, Volkswagen (VW) dan lain sebagainya.

PT lndomobil Sukses lnternasional berdiri pada tahun 1976 dan IPO pada tahun 1993. Salah satu anak dari perusahaan ini, Indomobil Multi Jasa, pada tahun 2013 juga sudah listing di pasar modal Indonesia dengan kode saham IMJS. Anak perusahaan dari IMJS yang bernama PT CSM Corporatama juga direncanakan akan IPO pada tahun 2022 lalu. Namun sayangnya, rencana IPO ini gagal akibat ketidakpastian pasar, sehingga tim manajemen perlu memperbaiki AD/ART perusahaan itu lagi.

PT CSM Corporatama sendiri merupakan perusahaan yang beregerak di bidang penyewaan kendaraan bisnis. Per Agustus 2022, perusahaan ini 22.000 kendaran dari berbagai jenis dan mempekerjakan 1.500 sopir di seluruh Indonesia. Mayoritas klien mereka merupakan perusahaan juga, seperti perusahaan FMCG atau telekomunikasi.

5. Salim Ivomas Pratama (SIMP)

Bisnis Salim Group menggurita tidak hanya pada industri food and beverages dan otomotif saja melainkan juga pada sektor agribisnis. Salah satu anggota Salim Group yang bergerak di bidang ini adalah Salim Ivomas Pratama atau SIMP. SIMP didirikan pada tahun 1992 dan mulai listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011.

Bisnis Salim Ivomas Pratama berkutat pada pengelolaan dan pengolahan kebun sawit dari hulu ke hilir menjadi margarin, minyak goreng dan produk lainnya. Per Desember 2021, SIMP memiliki lahan seluas 300.749 hektar di Sumatera dan Kalimantan yang mana 83% diantaranya ditanami Kelapa Sawit dan sisanya ditanami karet, kakao dan teh. Salah satu produk SIMP yang terkemuka adalah minyak goreng Bimoli dan margarin merk Palmia. 

6. PP London Sumatera (LSIP)

Di bawah naungan SIMP ada perusahaan publik lain yaitu PP London Sumatera (LSIP) atau yang biasa disebut dengan Lonsum. Lonsum adalah perusahaan agribisnis yang sudah ada sejak zaman kolonial Belanda, tepatnya sejak tahun 1906. 

Tepat pada 90 tahun setelah didirikan, saham Lonsum mulai dijual di bursa pada tahun 1996. Namun, Salim Group pada tahun tersebut belum membeli saham perusahaan ini. SIMP bersama anak perusahaan Salim Group yang lainnya baru mengakuisisi mayoritas saham Lonsum pada tahun 2007. Di bawah SIMP, saat ini perusahaan ini mengelola 114.11 hektar lahan yang tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

6. Bank Ina Perdana (BINA)

Perlu Anda ketahui bahwasanya Bank BCA, bank swasta terbesar di Indonesia, pertama kali didirikan oleh Soedono Salim pada tahun 1957. Setelah 40 tahun ditangan Salim dan Mochtar Riady (pendiri Lippo Group), bank tersebut harus dilepas pada tahun 1998 setelah krisis moneter.

19 tahun setelah pelepasan Bank BCA, Salim Group kembali masuk ke dalam industri perbankan Indonesia dengan membeli saham Bank Ina Perdana (BINA) pada tahun 2017. Salim Group dengan atas nama PT. Indolife Pensiontama kini menguasai saham BINA sebesar 22,47% dan menjadi pemegang saham terbesar perusahaan tersebut.

Selain Bank Ina Perdana, Anthoni Salim juga tercatat mulai masuk menjadi pemegang saham beberapa perusahaan perbankan publik lainnya seperti, Bank Mega dan Allo Bank.

7. Nusantara Infrastructure (META)

Nusantara Infrastructure (META) adalah perusahaan anggota Salim Group yang bergerak di bidang jasa pengelolaan infrastruktur baik itu infrastruktur transportasi seperti, jalan tol dan pelabuhan maupun infrastruktur telekomunikasi. Perusahaan ini berdiri dan mulai beroperasi pada tahun 2000 dan listing di bursa pada tahun 2001. 

Selain kedelapan perusahaan diatas, Anthoni Salim juga aktif berinvestasi secara individu di beberapa perusahaan. Salah satunya pada perusahaan penyedia infrastruktur teknologi yang tahun lalu meroket, PT. DCI Indonesia Tbk (DCII). Pada perusahaan ini Salim tercatat memiliki saham sekitar 11% (IDN Financials). 

8. Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN)

Pada awal Juli 2023 lalu, perusahaan publik yang terafiliasi dengan group ini bertambah satu, yaitu PT. Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN). Perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara di Nusa Tenggara ini tercatat menjual sebanyak 6,3 miliar lembar saham kepada publik dengan harga Rp1.695 per lembar atau kalau dijumlahkan, total uang yang berhasil dikumpulkan oleh perusahaan ini adalah sebesar 10,72 triliun rupiah.

Menurut pemberitaan dari Bisnis, rencananya dana yang terkumpul ini akan digunakan untuk 3 tujuan, yaitu membiayai pembangunan smelter, membayar utang dan membiayai proyek pembangkit listrik di Nusa Tenggara. Dengan tujuan yang jelas ini, maka tidak heran jika harga saham perusahaan ini sukses menanjak hingga hari ke-7 penerbitannya. Tercatat per 18 Juli 2023, saham dengan kode AMMN ini dijual dengan harga Rp1.875 per lembar dan beberapa analis memperkirakan kalau harga saham perusahaan ini kemungkinan akan menembus angka 2.000 rupiah per lembar.

Selain investor publik, saham perusahaan ini juga dimiliki oleh investor private yang beberapa diantaranya merupakan pemilik perusahaan grup lain, seperti Medco Group. Namun menurut pemberitaan CNBC, Salim Group memiliki 9, 35% saham perusahaan ini dan menjadi salah satu shareholder terbesar melalui AP Investment.

Dengan statusnya sebagai pemilik Salim Group dan salah satu orang terkaya di Indonesia, maka tidak heran kalau tindak tanduk Anthoni Salim selaku investor individu menjadi sorotan di Indonesia. Hal ini karena, investor individu besar seperti Anthony Salim memiliki modal dan popularitas yang cukup besar untuk menggerakkan harga saham di bursa.

Namun demikian, bukan berarti investasi yang beliau lakukan selalu menguntungkan. Anda, sebagai investor harus tetap memilih dengan teliti pada perusahaan mana uang Anda akan berlabuh dan tidak hanya sekedar mengikuti investor besar tertentu.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *