Emiten perhotelan terdiri dari banyak perusahaan properti yang memiliki hotel dalam portofolio kinerjanya. Hotel ini bisa termasuk ke dalam kota mandiri yang dibangun oleh perusahaan tersebut atau hotel yang dibangun terpisah di daerah-daerah wisata di seluruh Indonesia.
Bisnis perhotelan mendapatkan penghasilannya dari jumlah tamu yang menyewa kamar maupun ruang untuk keperluan MICE (meetings, incentives, conventions and exhibitions). Maka dari itu, tidak heran jika pada pandemi covid19 lalu, industri perhotelan adalah salah satu industri yang paling terpukul.
Sebaliknya, ketika pandemi telah selesai dan perekonomian mulai bangkit menjelang tahun pemilu, prospek bisnis ini terbilang baik. Sebab, masyarakt sudah bisa pergi kemana saja sebagaimana sebelum terjadinya pandemi. Berikut ini daftar saham hotel terbaik di BEI tahun 2023.
1. Ciputra Development Tbk (CTRA)
Tentu Anda sudah tidak asing dengan nama Ir. Ciputra. Benar, Ir. Ciputra adalah pendiri dari perusahaan pengembang properti Ciputra Development Tbk (CTRA). Perusahaan ini beliau dirikan pada tahun 1981. Saat ini cakupan bisnis CTRA bervariasi, mulai dari perumahan, properti komersial, perkantoran hingga perhotelan.
Beberapa merk penginapan yang dibangun dan dikelola oleh perusahaan ini adalah Hotel CitraDream yang terletak di Bintaro, Cirebon, Semarang dan Yogyakarta, serta Hotel Ciputra World yang berada di Surabaya. Sempat anjlok akibat covid19, kini harga saham CTRA sudah mulai pulih kembali.
2. Summarecon Agung Tbk (SMRA)
Perusahaan properti lain yang juga memiliki hotel sebagai bagian dari portofolio bisnisnya adalah Summarecon Agung (SMRA). Perusahaan ini didirikan oleh Soetjipto Nagaria pada tahun 1975. Hingga saat ini, beberapa bagian dari saham SMRA masih dimiliki oleh keluarga beliau.
Selain membangun properti residensial dan komersial, Summarecon Agung juga memiliki beberapa klub golf dan hotel. Beberapa merk penginapan yang dimiliki oleh pengembang ini antara lain Harris Hotel & Convention Kelapa Gading dan Bekasi, serta Pop! Hotel Kelapa Gading.
3. Pakuwon Jati Tbk (PWON)
Rekomendasi saham hotel yang ketiga datang dari perusahaan properti asal Surabaya, Pakuwon Jati Tbk. Selain bidang leisure, perusahaan yang didirikan oleh crazy rich Surabaya, Alexander Tedja pada tahun 1982 ini juga memiliki beberapa properti komersial terkenal, seperti Tunjungan Plaza dan Pakuwon Mall.
Adapun merk penginapan yang dimiliki oleh Pakuwon Group antara lain, Marriott Hotel Yogyakarta, Four Point Hotel Surabaya dan Bekasi, Hotel Sheraton Surabaya dan Gandaria City Jakarta, serta beberapa merk lainnya di Jakarta dan Surabaya.
4. Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
Lippo Karawaci (LPKR) adalah salah satu anak usaha dari Lippo Group yang bergerak di bidang property development. Disamping membangun beberapa properti komersial dan residensial, Lippo Karawaci juga memiliki anak usaha yang bergerak di bidang leisure.
Hotel milik LPKR tergabung ke dalam 1 merk, yaitu Hotel Aryaduta. Hotel bintang 5 ini terletak di berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Semanggi dan Menteng, Bandung, hingga Manado dan Bali. Selain penginapan, jaringan Aryaduta ini juga menawarkan fasilitas lainnya, mulai dari ruang pertemuan dengan berbagai kapasitas hingga yacht untuk pelesiran.
5. Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk (RISE)
Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk merupakan perusahaan pengembang properti yang bermarkas di Sidoarjo, Jawa Timur. Perusahaan yang baru berdiri pada tahun 2003 ini dengan cepat membangun portofolio bisnisnya di bidang properti residensial dan leisure.
Saat ini perusahaan ini telah memiliki 3 jaringan hotel, yaitu Vasa Hotel Surabaya, Cleo Hotel Surabaya yang terletak di 3 lokasi di kota tersebut, dan Solaris Hotel di Bali dan Malang. Sejak melantai di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2018, saham RISE juga cukup menunjukkan peningkatan.
6. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT)
Rekomendasi saham yang ke-6 adalah Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. Perusahaan yang didirikan oleh Jan Darmadi pada tahun 1975 ini memiliki portofolio properti yang luas di bidang properti residensial, komersial maupun leisure. Nama-nama hotel yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan ini antara lain, Hyatt Regency Yogyakarta dan Bali, Grand Hyatt Bali, Hotel Ibis Jakarta, Pop! Hotel Kemang dan Malioboro, Mercure Hotel Jakarta dan Bali, serta Andaz Resort Bali.
7. MNC Land (KPIG)
Sesuai dengan namanya, MNC Land adalah bagian dari MNC Group yang bergerak di bidang developer property. Perusahaan milik Hary Tanoesoedibjo ini didirikan pada tahun 1990 dengan nama PT Kridaperdana Indahgraha dan mulai listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2000.
Saat ini MNC Land memiliki portofolio di bidang leisure, di antaranya yaitu:
- MNC Bali Resort
- Park Hyatt Jakarta
- The Westin Resort
- Oakwood Hotel & Residence
- Next Hotel Yogyakarta
- Lido Lake Resort
Dengan jaringan bisnis pariwisata yang luas dan dukungan grup, diharapkan saham MNC Land mulai membaik pasca covid19.
8. Hotel Sahid Jaya International Tbk (SHID)
Boleh dibilang bahwasannya Sahid Group adalah salah satu pionir industri penginapan mewah di dalam negeri. Didirikan pada tahun 1969 oleh Prof. Dr. Sukamdani Sahid Gitosardjono, kini perusahaan ini telah membangun dan mengelola lebih dari 20 hotel dan beberapa apartemen yang tersebar di seluruh Indonesia.
Bahkan, perusahaan ini juga telah membangun 1 hotel internasional di Bukhara, Uzbekistan dengan nama Sahid Zarafshon. Dilihat dari kondisi keuangannya, pada tahun 2021 perusahaan properti ini memang masih mengalami kerugian. Namun, apabila dibandingkan awal covid-19 pada tahun 2020, rugi yang dialami oleh perusahaan ini pada tahun 2021 masih lebih baik.
9. Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM)
PT Dafam Property Indonesia Tbk merupakan perusahaan pengembang properti khususnya di bidang leisure dengan perkembangan yang cukup cepat. Didirikan pada tahun 2011, perusahaan ini mulai listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2018 dan kini telah mengelola kurang lebih 25 hotel dan resort yang tersebar di seluruh Indonesia.
Hotel dan resort yang dikelola oleh perusahaan ini memiliki jenis yang bermacam-macam, mulai dari yang bintang 5 hingga budget hotel. Berikut ini beberapa portofolio hotel yang dimiliki perusahaan ini:
- Hotel Dafam Pacific Caesar Surabaya
- Hotel Dafam Fortuna Seturan Yogyakarta
- Teraskita Hotel Jakarta
- Hotel Dafam Rio Bandung, dan banyak lainnya.
10.Jakarta International Hotels & Development Tbk (JHID)
Jakarta International Hotels & Development Tbk adalah perusahaan properti yang berdiri pada tahun 1969 dan termasuk salah satu perusahaan yang pertama kali listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1984 pasca pasar modal tersebut dibuka kembali setelah lama vakum.
Salah satu produk penginapan mewah yang pertama kali dikembangkan oleh JHID adalah Hotel Borobudur yang terletak di tengah pusat kota Jakarta. Selain Hotel Borobudur, hotel lain yang dikelola oleh JHID di bawah naungan PT Danayasa Arthatama adalah Ritz Carlton Pacific Place.
Investasi di sektor perhotelan memang memiliki potensi besar. Apalagi menurut Kompas, tingkat okupansi hotel pada awal tahun 2023 ini lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2019 (sebelum pandemi). Kompas juga menyebutkan bahwa saat ini hotel cenderung memiliki tingkat okupansi yang sama baik saat weekend maupun weekdays, padahal biasanya weekend sepi. Hal ini disebutkan karena adanya budaya staycation yang diperkirakan akan bertahan hingga 2-3 tahun kedepan.
Namun investasi di sektor ini bukan tanpa risiko. Tinggal atau menginap di hotel bukan merupakan kebutuhan primer atau sekunder masyarakat. Ini artinya, perubahan pendapatan masyarakat, khususnya target pasar hotel terkait, sedikit banyak akan mempengaruhi tingkat okupansi dan pendapatan hotel. Belum lagi kenaikan suku bunga acuan dapat membuat pembangunan hotel terlambat akibat kenaikan biaya modal dan bahan baku. Oleh sebab itu sebelum berinvestasi di sektor ini, pastikan Anda telah membaca dan menganalisis laporan keuangan masing-masing perusahaan dengan hat-hati.