Lompat ke konten
Daftar Isi

Dampak Kecerdasan Buatan Pada Tenaga Kerja di Masa Depan

Dampak Kecerdasan Buatan Pada Tenaga Kerja di Masa Depan

Pada Januari 2023, media sosial digemparkan dengan beredarnya informasi bahwa temuan artificial intelligence terkini, ChatGPT, dapat digunakan untuk tes masuk ke Wharton School of Business, salah satu sekolah bisnis terkemuka di dunia di Universitas Pennsylvania. 

Hal ini dikemukakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Professor Christian Terwiesch. Dalam penelitian tersebut, beliau menyatakan kalau pengguna teknologi terbaru ini bisa saja lolos tes MBA di universitas tersebut dengan skor B. Ini menunjukkan bahwa perkembangan kecerdasan buatan atau AI semakin canggih, sehingga dapat digunakan untuk melakukan hal-hal yang seharusnya hanya bisa dilakukan oleh manusia, bahkan tes MBA. 

Maka dari itu tidak mengherankan jika keberadaan teknologi ini dapat menggantikan pekerjaan manusia. Apakah memang benar demikian? Simak ulasan lengkapnya berikut ini:

Apa Itu Kecerdasan Buatan dalam Industri?

Artificial intelligence atau kecerdasan buatan adalah mesin atau komputer yang didesain untuk meniru kecerdasan manusia berdasarkan data-data yang masuk ke dalam mesin tersebut. Termasuk diantara penerapan penerapan artificial intelligence adalah pembuatan robot yang berperilaku seperti manusia meskipun tidak terbatas pada robot saja.

Jenis jenis artificial intelligence ada banyak, salah satunya adalah AI dibagi menjadi dua, yaitu embodied AI dan disembodied AI. Embodied artificial intelligence adalah kecerdasan buatan yang didesain untuk dapat mengontrol fisik sebuah barang, seperti robot atau kendaraan bermotor otomatis. Sebaliknya, disembodied AI adalah kecerdasan buatan yang tidak bisa mengontrol hal-hal fisik. Contoh dari jenis yang terakhir ini, seperti algoritma YouTube, algoritma Google dan masih banyak lainnya. 

Penggunaan teknologi terbaru ini memiliki beberapa kelebihan. Pertama, produksi barang menjadi lebih efektif karena kemampuan mesin untuk membuat barang dengan lebih rapi dan cepat. Seiring dengan produktivitas kerja yang meningkat ini, penggunaan mesin juga dianggap lebih hemat biaya, khususnya biaya tenaga kerja. 

Kedua, mesin dapat memproduksi data yang relatif bebas dari bias sesuai dengan data yang dimasukkan oleh pengguna. Misalnya, Anda menonton tayangan K-Pop suatu hari, maka pada hari berikutnya, rekomendasi YouTube Anda akan berisi K-Pop. Hal ini karena Anda memasukkan data K-Pop ke dalam database mesin dan mesin yang dalam hal ini adalah algoritma YouTube menjadikannya sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi. 

Namun demikian, penggunaan kecerdasan buatan dalam industri juga memiliki beberapa kelemahan. Pertama, penggunaan AI bukan berarti data yang dihasilkan bebas dari bias. Artinya, siapapun yang memasukkan data ke dalam mesin tersebut dapat memanipulasi data, sehingga bisa jadi hasilnya tidak relevan. Misalnya, Anda tidak sengaja mengklik musik K-Pop di YouTube, padahal Anda bukan penggemar genre ini. Maka boleh dikatakan kalau rekomendasi yang dihasilkan algoritma YouTube untuk Anda bersifat bias. 

Kekurangan yang kedua adalah sejauh ini AI masih dianggap hanya bisa mengerjakan pekerjaan yang sifatnya rutin, seperti memproses data YouTube untuk memberikan rekomendasi ke pengguna setiap harinya dan lain sebagainya, namun belum bisa digunakan untuk mengerjakan pekerjaan yang membutuhkan tingkat kognisi yang tinggi dan mendadak.

Peran Kecerdasan Buatan dalam Industri Kerja

Kecerdasan buatan untuk menghasilkan data yang lebih akurat

Saat ini banyak perusahaan yang menjadikan data sebagai patokan operasinya. Data ini dimasukkan oleh pelanggan, diolah dan disimpan oleh mesin, lalu diinterpretasikan untuk banyak keperluan oleh perusahaan. 

Contoh mudahnya adalah ketika Anda membeli sesuatu di aplikasi online marketplace, maka itu artinya adalah Anda telah memasukkan suatu data ke aplikasi online marketplace tersebut. Data yang Anda masukkan ini kemudian diolah oleh mesin dan algoritma untuk menghasilkan rekomendasi yang sekiranya mirip dengan barang yang Anda pesan sebelumnya.

Akibatnya, perusahaan tahu preferensi kebutuhan Anda, dapat memberikan rekomendasi yang pas sesuai dengan preferensi tersebut dan mempertahankan Anda sebagai konsumen dengan melakukan hal itu terus menerus. 

Kecerdasan buatan untuk proses produksi yang lebih efektif dan efisien

Penemuan teknologi terbaru nyaris selalu berdampak pada proses produksi yang lebih cepat dan tepat. Penemuan mesin uap oleh James Watt yang mendorong adanya revolusi industri di Inggris pada abad ke-18. Hal ini karena mesin uap versi Watt mampu mengurangi biaya untuk bahan bakar baik untuk pabrik maupun kereta api, sehingga produksi jadi lebih efektif dan efisien. 

Contoh selanjutnya adalah penemuan dan penggunaan komputer pada dekade 1960-an di Amerika Serikat yang membuat proses penghitungan matematika di NASA yang sebelumnya dilakukan oleh sekelompok tenaga kerja wanita menjadi lebih cepat dan efisien. 

Adanya kecerdasan buatan diharapkan dapat berperan sedemikian rupa. Misalnya, dengan adanya ChatGPT yang mampu memproduksi tulisan yang lebih natural selayaknya manusia (tidak seperti Bot yang seringkali terasa tidak natural) dapat membuat proses dokumentasi dan pencatatan banyak hal menjadi lebih cepat. 

Dampak Kecerdasan Buatan Pada Tenaga Kerja

Banyak pihak yang mengkhawatirkan kalau penggunaan kecerdasan buatan dapat berdampak pada peningkatan jumlah pengangguran karena produk kecerdasan buatan, seperti robot dan algoritma dapat mengerjakan pekerjaan manusia, khususnya pekerjaan yang bersifat rutin. 

Anggapan ini memang ada benarnya, namun para ahli menganggap bahwa asumsi ini tidak sepenuhnya benar. Professor Hamish Low, seorang ahli dari Universitas Oxford menyebutkan bahwa, seiring dengan perubahan teknologi kedepan, akan ada peningkatan jumlah lapangan pekerjaan juga tentunya dengan menyesuaikan dengan perubahan teknologi tersebut. 

Hal ini diamini oleh Dr. Ewan McGaughey dari King’s College London yang menganggap bahwa perubahan teknologi selalu mengalami pola berulang dan pemerintah dapat mengontrol hal ini dengan cara pelatihan dan pengembangan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan zaman. 

Contohnya seperti ini, pada awal perkembangan komputer, alat ini bisa jadi memang menghapus beberapa pekerjaan, seperti pekerjaan tim penghitungan matematika di NASA pada contoh di atas. Namun, adanya komputer juga menciptakan lapangan pekerjaan baru, seperti tukang reparasi komputer, ahli programming, sales komputer dan lain sebagainya. 

Para ahli di atas memperkirakan kalau hal ini juga akan terjadi untuk penerapan artificial intelligence. Artinya, meskipun akan ada pekerjaan yang hilang akibat AI, namun akan ada pekerjaan-pekerjaan baru yang bisa jadi tidak pernah Anda pikirkan sebelumnya karena adanya perkembangan teknologi yang satu ini. Tinggal bagaimana Anda selaku individu dan pemerintah selaku otoritas yang memiliki kekuatan untuk mengatur pasar tenaga kerja mengatasi masalah ini.

Lalu, bagaimana cara bertahan di tengah gempuran kecerdasan buatan? Tentu saja dengan pendidikan dan pelatihan yang relevan untuk membangun skill yang dibutuhkan. Penulis sendiri percaya bahwasanya Indonesia sebagai negara berkembang, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi akibat adanya kecerdasan buatan ini. Oleh sebab itu, kita semua bisa memanfaatkan gap waktu ini untuk mengembangkan kemampuan diri.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *