Lompat ke konten
Daftar Isi

Ketahui Fakta dan Mitos Asuransi agar Tidak Salah Paham

Fakta Dan Mitos Asuransi

Asuransi adalah salah satu pos keuangan yang penting untuk dimiliki oleh seseorang. Bahkan dalam piramida keuangan, pos untuk keperluan ini sebaiknya harus ada sebelum seseorang memutuskan untuk berinvestasi di pasar modal. Hal ini karena dengan memiliki pos keuangan ini, sebagian kerugian materiil seseorang akan ditanggung oleh pihak asuransi apabila ada hal yang tidak diinginkan terjadi. 

Namun sayangnya adalah, citra industri asuransi di Indonesia sudah cukup buruk dimata masyarakat. Hal ini tidak mengherankan, mengingat beberapa perusahaan besar penyedia layanan ini, seperti Jiwasraya dan Bumiputera bangkrut dan dana nasabah tidak bisa dikembalikan. 

Jika Anda tertarik untuk membeli produk keuangan ini namun masih ragu karena hal ini, Anda bisa membaca fakta dan mitos asuransi berikut ini:

1. Asuransi vs Tabungan

Mitos: Asuransi sama dengan tabungan

Fakta: Asuransi berbeda dengan tabungan

Salah satu kesalahpahaman tentang asuransi adalah bahwa produk keuangan ini sama seperti tabungan. Padahal, keduanya adalah produk keuangan yang berbeda. Dalam produk keuangan ini, nasabah atau pengguna dikatakan “membeli premi” dan bukan “menabung premi”. Ini artinya, apabila pada akhir masa pertanggungan nasabah tidak mengalami risiko sebagaimana yang disebutkan di polis, maka nasabah tidak bisa mendapatkan kembali uang yang telah mereka bayarkan. 

Misalnya, Anda membeli asuransi penyakit kronis, seperti kanker atau tumor dalam periode waktu 1 Januari 2024 sampai 1 Januari 2025 dengan premi sebesar Rp1.000.000 per tahun. Apabila dalam masa 1 tahun tersebut Anda tidak mengalami kedua penyakit yang disebutkan, maka uang Rp1.000.000 yang Anda gunakan untuk membeli premi tidak akan kembali. Tapi kalau Anda sakit, bisa jadi separuh biaya rumah sakit dan kemoterapi yang Anda jalani akan ditanggung oleh pihak perusahaan penyedia layanan ini. 

2. Asuransi vs Investasi

Mitos: Asuransi sama dengan investasi

Fakta: Asuransi berbeda dengan investasi

Asuransi juga berbeda dengan investasi. Dari segi tujuannya, tujuan dari produk keuangan ini adalah untuk berjaga-jaga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sementara investasi, adalah pos keuangan yang ditujukan untuk mendapatkan pendapatan pasif demi tercapainya target keuangan di masa depan. 

Namun demikian, ada jenis asuransi yang sebagian preminya dialokasikan untuk investasi. Produk ini disebut dengan asuransi unit link. Hanya saja berbeda dengan berinvestasi secara langsung atau dengan membeli reksadana, keuntungan produk ini hanya ditujukan untuk menyokong pembayaran premi produk keuangan in dari nasabah terkait dan tidak secara langsung bisa dicairkan oleh nasabah. 

3. Mekanisme Pembelian

Mitos : Membeli asuransi harus lewat agen

Fakta : Membeli asuransi bisa lewat aplikasi langsung

Saat ini, membeli produk keuangan ini tidak harus melalui agen. Beberapa aplikasi mobile banking dan bank digital, seperti Brimo dan Livin’ by Mandiri kini sudah menyediakan produk keuangan ini untuk dibeli oleh pengguna secara langsung. 

Hanya saja memang tugas agen cukup penting. Dalam hal marketing produk keuangan yang satu ini, agen seharusnya tidak hanya berperan sebagai tenaga pemasaran produk, tetapi juga menjadi tenaga pendidik yang bisa menjelaskan rincian produk dari perusahaan tempat ia bekerja kepada calon nasabah. Dengan demikian, ketika calon nasabah memiliki pertanyaan mengenai polis dan klaim produk keuangan in, agen dituntut untuk menjawab dengan jujur. 

4. Premi Asuransi Itu Mahal

Mitos: Asuransi itu mahal

Fakta: Besaran biaya premi asuransi sangat bervariasi

Sama seperti produk lainnya, asuransi ada yang murah dan ada juga yang mahal. Bahkan dengan perkembangan teknologi seperti saat ini, beberapa produk asuransi yang ditawarkan melalui aplikasi keuangan bisa dibeli dengan premi sebesar Rp15.000 per bulan dan Rp40.000 per tahun. 

Selain tergantung dengan jumlah klaim yang bisa diambil oleh nasabah, hal ini juga tergantung dengan potensi risiko nasabah tersebut. Misalnya, risiko nasabah berusia 13 tahun terkena penyakit jantung tentu akan lebih rendah dibandingkan dengan nasabah berusia 50 tahun yang memiliki kebiasaan merokok. 

5. Klaim Sulit

Mitos: Klaim asuransi sulit

Fakta: Asuransi dapat diklaim sesuai dengan ketentuan yang tertera di polis

Salah satu mitos asuransi jiwa yang banyak beredar di masyarakat adalah bahwa klaim produk keuangan ini sulit. Padahal, klaim yang berbelit tersebut bisa terjadi karena ada beberapa faktor dalam polis yang bisa jadi membuat klaim susah diterima. Misalnya, masa tunggu dan pre-existing condition. 

Dalam masa tunggu ini, sebuah produk asuransi tidak dapat diklaim selama beberapa waktu tertentu, biasanya 30 hari setelah penandatanganan polis. Sedangkan pre-existing condition adalah bagian dalam polis yang menjelaskan kondisi-kondisi dimana nasabah tidak bisa mengklaim asuransi. 

Selain itu, Anda juga harus mengisi polis dengan sebenar-benarnya. Sebab, informasi yang salah dalam polis bisa membuat klaim yang Anda ajukan menjadi lebih sulit. 

6. Asuransi Hanya Untuk Orang Tua

Mitos : Asuransi hanya untuk orang tua

Fakta : Asuransi bisa dimiliki oleh siapapun.

Asuransi bukanlah produk keuangan yang hanya bisa dimiliki oleh orang dengan kelompok usia tertentu. Siapapun bisa memiliki produk keuangan ini sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya, orang tua mempersiapkan asuransi pendidikan untuk anak mereka, atau mahasiswa membeli asuransi kendaraan bermotor untuk jaga-jaga apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada kendaraannya. 

Bahkan asuransi kesehatan dan jiwa pun sebaiknya dimiliki oleh individu sejak usia dini. Sebab kedua produk ini membantu meminimalisir kerugian dan tanggungan keuangan apabila terjadi masalah pada kesehatan individu tersebut, entah itu karena sakit, kecelakaan maupun meninggal dunia. 

7. Mencakup Semua Kebutuhan

Mitos : Asuransi mencakup semua kebutuhan

Fakta : Asuransi hanya mencakup risiko yang tertulis pada polis

Tidak ada satu produk asuransi yang mencakup semua kebutuhan nasabah pengguna. Bahkan apabila Anda membeli premi asuransi penyakit kronis sekalipun, pasti ada pengecualian-pengecualian tertentu yang membuat pengecualian tersebut tidak ditanggung oleh perusahaan penyedia layanan ini.

Misalnya, Anda membeli premi asuransi kecelakaan kerja, bisa jadi produk tersebut tidak mencakup kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kelalaian nasabah sendiri atau kecelakaan kerja yang disebabkan oleh keinginan nasabah untuk mengakhiri hidup. 

Kesimpulan

Asuransi adalah produk keuangan yang baik dimiliki oleh orang tua maupun anak muda. Namun demikian, untuk memilih produk keuangan ini, diperlukan kejelian dan ketelitian dalam menentukan kebutuhan, menentukan perusahaan penyedia jasa dan tentunya kritis dalam membaca polis. Ketidaktelitian dalam membaca polis dapat membuat kerugian, entah itu berupa asuransi yang tidak bisa diklaim, kesulitan menghubungi pihak perusahaan dan lain sebagainya.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *