Lompat ke konten
Daftar Isi

Apa itu Gross National Product (GNP)?

Gross National Product (GNP)

Dalam artikel yang membahas mengenai Gross Domestic Product (GDP) yang telah lalu, kita mengetahui bahwasanya salah satu kekurangan dari indikator pertumbuhan ekonomi tersebut adalah fakta bahwa indikator tersebut relatif bias. 

Hal ini karena GDP tidak menghitung produktivitas Warga Negara Indonesia yang bekerja di luar negeri, seperti TKI dan malah menghitung produktivitas Warga Negara Asing yang menjadi ekspatriat di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman mengenai satu indikator lagi untuk memahami pertumbuhan ekonomi Indonesia. Indikator tersebut adalah Gross National Product (GNP). 

Pengertian Gross National Product (GNP)

Gross National Product (GNP) adalah indikator pertumbuhan ekonomi yang hanya menghitung tingkat produktivitas warga sebuah negara terlepas dari tempat tinggal warga negara tersebut. Istilah lain dari GNP adalah Gross National Income (GNI) dan Produk Nasional Bruto (PNB). 

Dalam kasus Indonesia, ini artinya indikator ini hanya memperhitungan produktivitas yang dibuat oleh Warga Negara Indonesia (WNI) entah itu yang tinggal di dalam maupun di luar negeri. Termasuk diantaranya adalah produktivitas yang dihasilkan oleh TKI dan TKW maupun tenaga kerja Kementerian Luar Negeri yang tinggal di perwakilan RI. 

Dilansir dari data Bank Dunia, saat ini nilai GNP Indonesia pada tahun 2021 adalah sebesar $1,14 triliun USD dengan metode ATLAS, dan $3,16 triliun dengan menggunakan metode Purchasing Power Parity (PPP). Adapun untuk jumlah GNP per capita (rata-rata pendapatan per individu) mencapai $4,140-$11,426 per orang per tahun tergantung dengan metode yang digunakan (ATLAS atau PPP). 

Sama seperti GDP, nilai GNP per capita masyarakat Indonesia pun sempat minus pada masa pandemi covid19. Masih menurut data Bank Dunia, pada masa pandemi nilai GNI per capita turun hingga -2,7%, namun pada tahun 2021 nilai ini membaik dan mencapai 2,5%.

Tidak hanya di Indonesia, konsep GNI atau GNP ini juga banyak digunakan oleh negara-negara lain. Bahkan menurut data macrotrends.net, Amerika Serikat, China dan Jepang menjadi tiga negara dengan nilai GNI tertinggi. 

Rumus GNP

Pada dasarnya rumus menghitung GNP sama halnya dengan GDP yaitu nilai konsumsi rumah tangga ditambah dengan investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor. Hanya saja, pada GNP, yang dihitung hanya apabila nilai tersebut dibuat oleh Warga Negara Indonesia.

Rumus Gross National Product (GNP) adalah GNP = GDP + (PFLN – PFLN).

Keterangan:

PFLN = Barang dan jasa WNI yang tinggal di luar Indonesia.

PFDN = Barang dan jasa WNA yang tinggal di dalam Indonesia.

Indikator GNP ini diperlukan karena banyak ekonom menilai GDP tidak mewakili nilai produktivitas barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk sebuah negara dengan sebenar-benarnya karena mengabaikan peran produksi asing yang ada di dalam negeri dan produksi penduduk sebuah negara namun di luar negeri. 

Contoh Penghitungan GNP

Pada tahun 2021, sebuah negara memiliki catatan keuangan sebagai berikut:

KeteranganNilai
Konsumsi rumah tangga (C)51.600.000
Investasi (I)7.200.000
Pengeluaran pemerintah (G)43.000.000
Net Ekspor (X-M)26.000.000
GDP127.800.000
Produksi WNI di luar negeri13.000.000
Produksi WNA di dalam negeri21.000.000
GNP119.800.000
Tabel 1: Contoh Penghitungan GNI

Perbedaan GNP dan GDP

Meskipun memiliki konsep yang mirip, namun terdapat perbedaan substansial antara GNP dan GDP. Pada GDP, Anda akan menghitung nilai produksi barang dan jasa yang “hanya diproduksi di Indonesia” terlepas dari yang memproduksi barang dan jasa tersebut perusahaan atau individu asing maupun perusahaan dan individu domestik. 

Pada penghitungan Produk Nasional Bruto (PNB) atau GNP, Anda akan menghitung nilai produksi barang dan jasa yang dibuat oleh WNI atau perusahaan domestik saja terlepas dari perusahaan domestik tersebut melakukan ekspor impor atau WNI tersebut tinggal di luar negeri. 

Contohnya, saudara Anda ada yang bekerja menjadi TKI. Saat menghitung GDP, pendapatan dari saudara Anda yang TKI tidak dihitung, sementara saat menghitung GNP, pendapatan saudara Anda tersebut yang dikirim ke Indonesia akan tetap dihitung. 

Nilai GDP dan GNP sebuah negara tidak jarang berbeda. Pada tahun 2021 misalnya, nilai GDP dengan metode Purchasing Power Parity (PPP) Indonesia adalah sebesar $3,57 triliun, sementara nilai GNP-nya adalah $3,16 triliun. 

Selisih antara GDP dan GNP menunjukkan seberapa besar porsi produktivitas ekonomi dalam sebuah negara yang dilakukan oleh Warga Negara Asing (WNA) di dalam negara tersebut. Semakin besar nilai selisih antara GNP dan GDP, maka semakin besar pula peran ekonomi internasional dalam perekonomian negara tersebut.

Mengapa GNP Penting Dalam Ekonomi?

Dalam dunia yang sudah mengalami globalisasi seperti saat ini, banyak kesempatan yang bisa Anda manfaatkan untuk mendapatkan uang dari luar negeri. Mulai dari menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI), mendirikan pabrik atau perusahaan di luar negeri, hingga mendapatkan dividen dan capital gain dari investasi saham perusahaan luar negeri. Apalagi saat ini banyak perusahaan luar negeri yang membangun pabrik, cabang atau dalam kasus tertentu mampir di Indonesia.

Sedikit banyak, pendapatan yang Anda peroleh tersebut akan mempengaruhi perekonomian negara, misalnya dengan membayar pajak atas remitansi yang Anda kirimkan. Nah, pada penghitungan GDP, pendapatan Anda dari kerja di luar negeri tersebut tidak akan diperhitungkan. 

Padahal, untuk mengambil kebijakan ekonomi yang tepat sasaran, pemangku kebijakan maupun ahli ekonomi membutuhkan data yang tidak bias (robust). Oleh sebab itu meskipun kini mayoritas negara menggunakan GDP sebagai tolok ukur, data mengenai GNI tetap diperhitungkan. 

Kekurangan GNP

Walaupun lebih tidak bias dibandingkan dengan GDP, namun indikator GNP saja tidak cukup untuk mengukur perkembangan ekonomi di sebuah negara. Hal ini karena:

  1. Sama seperti GDP, GNP juga tidak memperhitungkan produktivitas barang dan jasa yang tidak terekam dengan baik, entah itu karena sifatnya informal, atau karena memang barang dan jasa tersebut dijual di black market. 
  2. GNI juga hanya mengukur pendapatan. Sesuai dengan namanya, Gross National Income (GNI) nama lain dari GNP, indikator ini juga hanya memperhitungkan ekonomi sebuah negara dari pendapatannya saja, belum termasuk kesejahteraan masyarakat negara tersebut secara umum dan ketimpangan. 
  3. Karena rumusnya mirip degan GDP, GNP juga hanya memperhitungkan nilai uang yang dikeluarkan oleh negara untuk membiayai program terlepas dari program tersebut efektif untuk membangun ekonomi atau tidak. 

Karena kekurangan-kekurangan ini, Anda perlu menganalisis kondisi ekonomi makro sebuah negara dengan berbagai indikator ekonomi sekaligus, seperti inflasi, tingkat suku bunga, indeks gini, tingkat kemiskinan dan pengangguran serta banyak lainnya.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *