Ketika melakukan analisis teknikal saham dan forex memanfaatkan indikator, para investor membutuhkan tanda-tanda overbought serta oversold. Artikel ini akan membahas indikator overbought dan oversold saham paling akurat menggunakan relative strength index (RSI). Nilainya dapat diandalkan menjadi sinyal beli atau jual saham.
Berinvestasi saham atau forex tak bisa jauh dari analisa teknikal untuk mencari momentum yang tepat. Ada banyak istilah yang digunakan dalam analia teknikal. Kebanyakan investor pemula tentu masih banyak yang belum paham, termasuk apa itu overbought maupun oversold.
Kerap diberitakan misalnya, saham X sudah overbought, oleh karena itu investor direkomendasikan agar berhati-hati sebab harga saham setiap saat dapat saja terjun bebas. Kebalikannya, misal saham Y sudah oversold sehingga disarankan supaya investor membuat persiapan memasuki pasar.
Mengapa Indikator Overbought dan Oversold Penting Diketahui
Harga saham yang diperdagangkan di bursa selalu naik turun dinamis setiap saat. Perubahan tersebut boleh jadi berlangsung ekstrem yang menghasilkan interval lebar, namun dapat pula cenderung flat tanpa gejolak.
Harga saham di market memang adakalanya melonjak, dan adakalanya anjlok. Adakalanya beberapa hari harganya menanjak lalu turun. Bisa pula sebaliknya berhari-hari harga sahamnya jatuh hingga di titik tertentu mulai menanjak. Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi harga saham.
Pergerakan harga saham akan sesuai dengan besar kecilnya permintaan dan penawaran sesuai hukum ekonomi. Apabila permintaan lebih tinggi maka harga biasanya naik namun bila penawaran yang lebih besar otomatis harga turun.
Inilah yang dinamakan dinamika pasar yang ternyata dapat dipelajari. Kini ada analisa teknikal yang mempelajari dinamika harga saham. Mengamati dalam rentang waktu tertentu kemudian membuat garis trend maka dihasilkan pola fluktuasi harga saham yang ternyata berulang. Dua di antara analisa teknikal saham itu adalah overbought dan oversold.
Mengetahui indikator overbought dan oversold saham paling akurat tentu sangat penting bagi investor. Cara mengenali indikator overbought dan oversold perlu dipelajari menjadi landasan membuat keputusan masuk ke pasar.
Parameter overbought dan oversold biasanya dijumpai pada indikator leading. Kebanyakan indikator leading akan menyajikan garis dari kedua zona itu. Beberapa indikator leading diantaranya : Stochastic, RSI, Money Flow Index, Momentum, Williams%, dan beberapa lainnya.
Tiap indikator leading mempunyai zona overbought dan oversold masing-masing. Cara membaca indikator-indikator itu pun secara garis besar sama.
Indikator Overbought Pada Saham
Overbought adalah posisi yang mana harga saham tertentu telah terjadi kenaikan nyata hingga sampai di titik jenuh karena tindakan pembelian yang cukup banyak. Di titik tersebut, minat membeli makin kecil sehingga harga saham sulit untuk naik lebih tinggi lagi.
Di level tersebut, harga saham itu dinamakan dengan overbought atau jenuh beli. Sehingga karenanya harga pun condong untuk turun. Para analis saham kebanyakan menjelaskan berbagai indikator yang memperlihatkan terbentuknya overbought.
Kendati demikian, posisi overbought tak serta-merta harga saham akan terpuruk signifikan. Posisi overbought mengisyaratkan jika harga saham akan sulit merangkak naik lebih jauh untuk jangka pendek kendati bila dilihat fundamentalnya masih cukup bagus.
Manakala memasuki daerah overbought, diperlukan waktu konsolidasi. Dengan posisi tersebut, umumnya investor akan mengambil aksi profit taking saham itu.
Overbought dibedakan menjadi dua tipe, ialah fundamental overbought dan teknikal overbought. Dilihat dari sisi fundamental, suatu saham dikatakan overbought saat rasio P/E ratio di atas nilai indeks sektornya.
Investor sering mengira saham ini overvalued sehingga mengendalikan diri agar tak membuat pembelian. Sementara secara teknikal, sejumlah indikator harus dihitung agar bisa memastikan suatu saham itu overbought. Umumnya, indikator yang difungsikan menentukan saham overbought yaitu harga terbaru, volume, serta momentum.
Bollinger Bands adalah bagian dari indikator teknikal yang kerap digunakan untuk mengenali saham overbought. Saat harga saham telah melampaui level atas Bollinger Bands maka saham itu dianggap overbought. Kecuali dilihat dari fundamental dan teknikal, cara yang kerap dipakai dalam menentukan overbought yaitu nilai relative strength index (RSI).
Cara menghitung RSI menggunakan formula:
RSI = 100-100(1+RS)
RS merupakan angka rata-rata rasio pergerakan ke atas dan ke bawah saham untuk periode tertentu.
Indikator overbought saham adalah bila nilai RSI melebihi 70. Sehingga, market harus cepat menata kembali harganya sesegera mungkin.
Overbought saham simpelnya yaitu pijakan yang dipakai dalam membantu investor mengambil keputusan. Saham pada posisi overbought kerap dipandang tak begitu bagus untuk dibeli. Posisi overbought pun dapat menjadi tanda bagi investor menempuh aksi jual sebab harganya lagi tinggi.
Namun ada juga yang beranggapan jika sebaiknya hold saham yang dikuasai sembari senantiasa memonitor pergerakan market. Ketika muncul overbought, seringnya koreksi harga saham itu akan cepat muncul.
Indikator Oversold Pada Saham
Oversold adalah posisi yang mana harga saham di pasar mendapatkan tekanan jual berulang kali sehingga menyentuh titik jenuh alias titik paling rendah. Apabila overbought mengacu terhadap kondisi jenuh beli, untuk oversold adalah kebalikan yaitu menghasilkan sinyal akan terbentuknya jenuh jual.
Pada titik tersebut harga saham stuck, kemudian berkonsolidasi yang kemudian naik lagi. Dengan mengetahui jika harga saham telah berada pada titik oversold pun digunakan beberapa parameter. Para analis umumnya menguraikan parameter yang membuktikan jika sebuah saham telah berada pada posisi oversold.
Suatu saham tengah berada di posisi oversold dapat dipastikan dengan melakukan analisa fundamental dan juga teknikal. Menggunakan perhitungan fundamental, jika saham dari emiten dengan fundamental menurun atau tak bagus adalah sinyal jika saham akan oversold.
Sejumlah faktor yang harus diketahui yaitu keluarnya informasi tak begitu bagus mengenai emiten itu, penurunan kinerja sampai bisnis yang menurun. Guna mempermudah valuasi saham dalam hal fundamental, salah satunya digunakan indikator P/E ratio. Makin kecil nilai P/E ratio maka makin tak baik performa sebuah emiten. Dengan sendirinya, harga saham pun bakal terpengaruh pula. Umumnya, pemilik modal akan menganggap saham itu undervalued dan juga overbought.
Sementara Indikator teknikal yang dapat difungsikan pemilik modal dalam memperhitungkan situasi oversold saham yaitu RSI dan Bollinger Bands. Dalam menentukan nilai RSI, maka dapat dipakai formula berikut ini:
RSI = 100-100(1+RS)
RS merupakan angka rata-rata pergerakan ke atas dibagi angka rata-rata pergerakan ke bawah untuk periode tertentu. Nilai RSI berada di kisaran angka 0 hingga 100.
Indikator oversold saham adalah saat nilai RSI kurang dari 30. Karena itu artinya harga saham tadi berada di sepertiga terbawah kisaran harga pasar.
Sedangkan bila menggunakan Bollinger Bands, investor tinggal mencermati grafik saja. Ketika suatu saham mencapai garis bawah dari grafik Bollinger Bands maka saham tersebut sudah berada dalam kelompok oversold.
Situasi overbought ataupun oversold sebetulnya cuma alat bantu dalam melakukan analisa tehnikal sebagai pijakan bagi pelaku pasar menentukan keputusan beli atau jual saham. Overbought merupakan standar dalam menjual saham untuk merealisasikan profit taking. Sementara oversold merupakan standar bagi investor dalam memutuskan untuk melakukan pembelian saham. Selamat berinvestasi dan meraih cuan!