Anda pasti pernah mendengar istilah omset. Istilah ini banyak digunakan dalam berbagai pembahasan bisnis entah itu di televisi, koran maupun radio. Tapi, istilah ini jarang digunakan dalam laporan keuangan resmi, entah itu di laporan laba rugi, laporan perubahan modal, maupun laporan keuangan lainnya.
Jadi, apa yang dimaksud dengan omset? Simak selengkapnya berikut ini:
Pengertian Omset
Omset atau omzet adalah sejumlah uang yang diperoleh dari hasil penjualan barang dan jasa dalam periode tertentu. Besaran nilai variabel ini belum dikurangi dengan berbagai beban yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Dengan kata lain, omset adalah istilah lain dari pendapatan kotor atau total penjualan.
Banyak pebisnis yang mengira bahwa semakin besar nilai omset yang mereka dapatkan, maka semakin besar pula keuntungan bisnis tersebut. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar, mengingat bahwasanya apabila nilai omset lebih kecil daripada nilai beban, maka bisnis perusahaan tersebut tetap akan merugi.
Sebuah bisnis dikatakan menguntungkan apabila jumlah omset lebih besar dibandingkan dengan jumlah biaya yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Sedangkan, sebuah bisnis dikatakan efektif dan efisien apabila operasional bisnis tersebut dapat memperoleh omset yang tinggi dengan biaya operasional yang tetap atau bahkan menurun.
Cara Menghitung Omset
Cara menghitung omset cukup sederhana, yaitu:
Omset = Harga jual x Jumlah barang yang terjual
Ini artinya, jika perusahaan Anda mampu menjual 10.000 unit barang dalam 1 bulan dan setiap barang dijual dengan harga Rp10.000 per unit, maka omset bisnis Anda adalah sebesar Rp100.000.000. Angka ini diperoleh dari hasil kali antara Rp10.000 dan 10.000 unit.
Anda juga bisa menghitung perubahan jumlah omset perusahaan dari satu periode dengan periode lainnya dengan rumus berikut:
Perkembangan omset = (Omset periode 2- Omset periode 1) / Omset periode 1
Misal, pada bulan Januari, omset perusahaan Anda mencapai Rp100.000.000, sementara pada bulan Februari mencapai Rp125.000.000. Maka, nilai perkembangan omset perusahaan tersebut adalah:
Perkembangan omset = (125.000.000 – 100.000.000) / 100.000.000 = 0,25 atau naik 25%.
Berbeda dengan nilai nominal omset, nilai perkembangan omset bisa negatif. Hal ini terjadi jika omset perusahaan Anda pada bulan ini lebih rendah dibandingkan dengan omset bulan lalu atau tahun lalu.
Misalnya, omset perusahaan Anda pada bulan Februari mencapai Rp125.000.000, lalu pada bulan Maret, nilai omset tersebut menjadi Rp110.000.000. Maka, nilai perkembangan omset perusahaan Anda adalah:
Perkembangan omset = (110.000.000 – 125.000.000) / 125.000.000 = 0,12 atau turun 12%.
Perbedaan Omset Dan Keuntungan
Seperti yang telah disinggung di atas, omset lebih mirip dengan pendapatan kotor, alih-alih keuntungan atau profit. Jika omset diperoleh dari hasil kali harga jual dengan jumlah barang yang terjual, maka keuntungan atau profit adalah nilai omset setelah dikurangi berbagai beban atau biaya, termasuk biaya pajak.
Peningkatan pada omset belum tentu berarti peningkatan pada keuntungan. Peningkatan pada omset akan turut meningkatkan keuntungan apabila nilai biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan tersebut lebih kecil juga. Sebagai ilustrasi, mari kita lihat tabel data keuangan PT Gamplong Media Industrindo berikut ini:
Keterangan | 2006 | 2007 | 2008 | 2009 |
Harga jual | 10.000 | 10.000 | 11.000 | 11.000 |
Jumlah barang terjual | 10.000 | 11.000 | 10.500 | 10.900 |
Omset | 100.000.000 | 110.000.000 | 115.500.000 | 119.900.000 |
HPP | 80.000.000 | 90.750.000 | 8.9250.000 | 92.650.000 |
Biaya pemasaran | 10.000.000 | 10.000.000 | 10.000.000 | 10.000.000 |
Biaya pajak | 5.000.000 | 5.500.000 | 5.775.000 | 5.995.000 |
Biaya lain-lain | 1.000.000 | 1.250.000 | 1.500.000 | 1.750.000 |
Laba | 4.000.000 | 2.500.000 | 8.975.000 | 9.505.000 |
Dari data di tabel di atas terlihat bahwasanya meskipun nilai omset meningkat dari Rp100.000.000 menjadi Rp110.000.000 pada tahun 2006 dan 2007, namun jumlah laba PT. Gamplong Media Industrindo mengalami penurunan dari Rp4.000.000 menjadi Rp2.500.000. Hal ini karena peningkatan penjualan diikuti dengan peningkatan harga pokok penjualan (HPP), biaya pajak dan biaya lain-lain.
Sebaliknya, peningkatan omset pada tahun 2007 dan 2008 dapat juga meningkatkan laba perusahaan dari Rp2.500.000 menjadi Rp9.975.000. Hal ini karena kenaikan pada HPP, pajak dan biaya lain-lain diikuti dengan kenaikan harga. Akibatnya, meskipun jumlah barang yang terjual menurun, namun laba perusahaan bisa naik.
Dampak Omset Terhadap Keuangan Perusahaan
Mengetahui nilai omset sama halnya mengetahui apakah produk perusahaan Anda diminati oleh konsumen di pasar atau tidak. Apabila omset penjualan produk tersebut tinggi, maka kemungkinan besar konsumen tertarik untuk membeli produk Anda.
Namun demikian, apabila omset produk tersebut rendah, bukan berarti konsumen hanya tidak minat pada produk tersebut melainkan bisa jadi karena konsumen masih “belum mengenal” produk tersebut. Pada bagian inilah tim marketing dan penjualan harus beraksi.
Cara Meningkatkan Omset
Lalu, bagaimana cara menaikkan omset penjualan? Berikut ini beberapa cara yang bisa Anda coba:
1. Meningkatkan harga jual
Pada contoh tabel di atas terlihat bahwasanya peningkatan harga jual pada tahun 2007 ke 2008 dari Rp10.000 per biji menjadi Rp11.000 per unit dapat meningkatkan omzet. Namun, hal ini dengan catatan bahwa peningkatan harga tersebut tidak menyebabkan jumlah permintaan barang turun drastis.
Oleh sebab itu sebelum menerapkan kebijakan ini, sebaiknya Anda tahu terlebih dahulu siapa pangsa pasar produk perusahaan Anda dan bagaimana reaksi mereka terhadap perubahan harga. Perusahaan yang sudah memiliki basis konsumen yang kuat biasanya tidak perlu terlalu memikirkan hal ini, sebab konsumen tetap akan membeli produk mereka meskipun harganya naik.
2. Meningkatkan jumlah penjualan barang
Variabel lain yang bisa Anda maksimalkan demi meningkatkan profit adalah mendongkrak jumlah penjualan barang. Jumlah penjualan barang ini tidak hanya jumlah barang yang bisa Anda produksi, tetapi juga jumlah produk perusahaan Anda yang dibeli oleh masyarakat.
Ada banyak cara untuk meningkatkan jumlah penjualan barang ini, misalnya, dengan merumuskan strategi penjualan dan pemasaran yang tepat, meningkatkan kualitas produk untuk mendorong pemasaran dari mulut ke mulut, memperluas area distribusi dan lain sebagainya.
Tapi Anda juga harus ingat bahwasanya merumuskan strategi untuk mendongkrak penjualan ini juga harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak membebani keuangan perusahaan, dan menurunkan laba. Bahkan kalau bisa, strategi ini bisa bermanfaat untuk jangka panjang.