Lompat ke konten
Daftar Isi

Perbedaan Kapitalisme dan Liberalisme

Perbedaan Kapitalisme dan Liberalisme

Untuk memutar roda perekonomian sebuah negara, dibutuhkan sebuah sistem. Sistem ekonomi ini seringkali berakar dari ideologi-ideologi tertentu. Salah satu sistem ekonomi yang saat ini banyak dianut di berbagai negara di dunia adalah kapitalisme. Sistem ekonomi yang satu ini berdasarkan pada sebuah ideologi, yaitu liberalisme. 

Pengertian Kapitalisme

Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang mengakui bahwa setiap individu dapat memiliki modal atau kapital dan menggunakannya sesuai dengan keinginan mereka masing-masing. Dalam sistem ini, setiap individu berhak untuk memiliki dan mengelola sumber daya produksi yang mereka miliki. 

Hal ini berbeda dengan sosialisme, komunisme dan feodalisme. Sosialisme adalah paham yang menganggap bahwa sumber daya produksi harus dimiliki secara kolektif oleh komunitas, namun hak individu masih diakui. Komunisme di sisi lain adalah paham yang menganggap bahwa sumber daya produksi harus dikontrol oleh negara. Adapun feodalisme adalah sistem ekonomi yang membagi sumber daya produksi berdasarkan kelas masyarakat (bangsawan, rakyat jelata). 

Pada kapitalisme yang murni, semua transaksi ekonomi dalam sebuah negara murni digerakkan oleh hukum permintaan dan penawaran dan peran pemerintah dalam sistem ini benar-benar minim (laissez-faire). Namun, the great depression pada tahun 1929 menunjukkan bahwa sistem ekonomi kapitalisme murni gagal dan pemerintah perlu terlibat aktif dalam mekanisme pasar. Maka dari itu, tidak heran jika saat ini banyak negara, bahkan Amerika Serikat sekalipun, yang menerapkan kapitalisme campuran. 

Sistem ekonomi kapitalisme memang memiliki kelebihan, yaitu:

  1. Pengakuan terhadap hak-hak kepemilikan individu. Dalam sistem ini, hak setiap individu untuk memiliki modal dan aset diakui oleh pemerintah. 
  2. Pertumbuhan kreativitas masyarakat. Dengan kebebasan berekspresi dalam ekonomi, masyarakat akan berlomba-lomba untuk berinovasi. 
  3. Peningkatan produktivitas ekonomi. Dengan kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk mengalihkan modal dari bisnis yang tidak menguntungkan ke bisnis yang menguntungkan, serta perkembangan bank yang pesat membuat produktivitas ekonomi di masa kapitalisme meningkat tajam, begitu pula pertumbuhan ekonomi. baik itu saat paham ini pertama kali diperkenalkan oleh Adam Smith maupun saat ini. 

Namun di sisi lain, sejarah menunjukkan bahwa sistem ini juga memiliki kekurangan. Diantaranya:

  1. Peningkatan ketimpangan ekonomi. Kapitalisme dapat meningkatkan ketimpangan ekonomi, sebab dalam sistem kapitalis murni, pemodal dapat bergerak bebas untuk meningkatkan kekayaan mereka, sementara pekerja tidak mendapat perlindungan yang memadai. Sederhananya, pemodal dapat meningkatkan laba dengan cara menekan ubah pekerja. Jika pekerja meminta kenaikan upah, maka pemodal dapat memutuskan hubungan kerja. 
  2. Peningkatan persaingan yang tidak sehat. Perlombaan untuk meningkatkan laba dan efisiensi kinerja dapat menghadirkan persaingan yang tidak sehat antara sesama pengusaha. 
  3. Minimnya intervensi pemerintah dapat menyebabkan pemodal untuk bersikap semena-mena. Tidak hanya pada pekerja, tetapi juga pada sistem itu sendiri. Dalam hal ini, salah satu penyebab dari the great depression adalah banyaknya kecurangan yang disebabkan oleh longgarnya peraturan pemerintah terhadap industri keuangan dan pengusaha.

Tokoh-tokoh dari kapitalisme ada banyak, yaitu Adam Smith, David Ricardo, Milton Friedman,  dan masih banyak lainnya. 

Pengertian Liberalisme

Liberalisme adalah paham sosio-politik yang menyebutkan bahwa setiap individu memiliki hak untuk bebas. Hak untuk bebas ini mencakup hal yang luas, mulai dari bebas untuk hidup, bebas untuk berpendapat, bebas untuk memiliki kekayaan pribadi, bebas untuk berpolitik, kesetaraan hak dan lain sebagainya. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa kapitalisme merupakan sedikit bagian dari liberalisme. 

Menurut beberapa sumber, paham liberalisme ini sebenarnya sudah ada sejak zaman China kuno, namun paham ini kemudian diperkuat dan diperkenalkan oleh seorang ilmuwan Inggris bernama John Locke yang hidup pada abad ke 17. Pemikiran-pemikiran Locke ini kemudian menginspirasi ilmuwan lainnya, seperti Voltaire dan J.J Rousseau yang kemudian mendorong terjadinya Revolusi Perancis. Atas jasanya ini, Locke kemudian disebut sebagai bapak liberalisme modern. 

Meskipun pada dasarnya ide mengenai kebebasan individu ini bagus, namun pada tingkat tertentu pemahaman ini juga banyak dikritik karena mengancam kestabilan politik di sebuah negara, hingga pertentangan dengan nilai-nilai budaya dan agama di sebuah negara. 

Misalnya, banyak orang yang berpaham liberal membebaskan LGBT karena merupakan hak individu untuk menentukan identitas dirinya masing-masing. Namun, paham ini tidak bisa diterima oleh masyarakat yang lebih konservatif, seperti di Indonesia karena bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan di negeri ini. Namun demikian, masyarakat Indonesia menerima aspek liberalisme yang lain, seperti kebebasan pers, kebebasan berpendapat, kebebasan berpolitik dan lain sebagainya. 

Pada tingkat tertentu, kebebasan individu yang diusung oleh paham liberal ini juga mengandung paradoks. Pada penyelenggaraan piala dunia di Qatar tahun 2022 misalnya. Di satu sisi, kebebasan untuk mengidentifikasi identitas pribadi mendukung komunitas LGBT untuk mengaktualisasikan dirinya pada event tersebut, namun di sisi lain kebebasan berpendapat dan berpolitik mendukung nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat Qatar untuk mencegah hal tersebut. 

Oleh sebab itu, liberalisme tidak bisa diterapkan dengan tanpa diiringi dengan toleransi dan penghormatan terhadap nilai-nilai yang dianut oleh individu yang lain. Sebagaimana peribahasa “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung tinggi”. 

Perbedaan Kapitalisme dan Liberalisme

Kapitalisme dan liberalisme sama-sama merupakan paham yang mengakui hak individu, namun keduanya memiliki cakupan yang berbeda. Perbedaan kapitalisme dan liberalisme dalam hal cakupan ini adalah kapitalisme mengakui hak individu untuk memiliki kekayaan pribadi dan menggunakannya sesuai dengan keinginannya tanpa intervensi dari pemerintah, sementara liberalisme bersifat lebih luas. 

Dalam paham ini, hak seorang individu tidak hanya memiliki sebuah barang dan menggunakannya, tetapi individu juga berhak untuk bisa berpendapat secara bebas, bebas berpolitik, hingga bebas dalam menentukan identitasnya masing-masing. 

Sama seperti kapitalisme, liberalisme juga harus dibatasi. Sebab, kebebasan tanpa batas justru akan menyebabkan kekacauan dan menghilangkan makna dari kebebasan itu sendiri. Tugas pemerintah adalah menentukan dan menerapkan batasan-batasan tersebut menggunakan peraturan-peraturan yang telah dibuat sebelumnya.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *