Lompat ke konten
Daftar Isi

Perbedaan Perusahaan Onshore dan Offshore

Perbedaan Perusahaan Onshore dan Offshore

Seiring dengan perkembangan teknologi dan globalisasi, kini sebuah perusahaan tidak hanya bisa beroperasi di negaranya atau di daratan saja. Perusahaan, seperti Exxon, Shell, Samsung dan lain sebagainya bisa beroperasi di negara lain atau bahkan membangun pusat produksinya di lautan. 

Perusahaan seperti ini biasa disebut dengan perusahaan offshore. Perusahaan offshore berbeda dengan onshore tidak hanya pada kapasitas produksinya, tetapi juga pada kelebihan dan kekurangannya. Apa itu perusahaan onshore dan offshore, serta apa perbedaan diantara keduanya? Simak selengkapnya berikut ini:

Pengertian Perusahaan Onshore

Menurut kamus Merriam-Webster, kata onshore memiliki 3 makna, yaitu pertama bergerak menuju lautan, kedua terletak di dekat pantai dan yang ketiga domestik. 

Dari pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa perusahaan onshore dapat diartikan sebagai bisnis  yang berpusat terletak di daratan, entah itu di dekat pantai atau tidak dan bisa juga diartikan sebagai perusahaan yang beroperasi di negaranya sendiri atau domestik. 

Contoh perusahaan yang beroperasi secara onshore adalah Adaro. Salah satu emiten tambang batubara ini mengoperasikan pertambangan batubara di pedalaman Kalimantan Selatan. Meskipun beroperasi di dalam negeri, namun banyak juga hasil produksi Adaro yang diekspor ke luar negeri. 

Dibandingkan dengan perusahaan offshore, perusahaan onshore relatif memiliki biaya produksi yang lebih kecil, khususnya dalam bidang eksplorasi minyak dan gas. Hal ini karena, peralatan yang dibutuhkan untuk menambang di daratan relatif lebih terjangkau. Selain itu, kondisi jalan darat yang lebih baik juga memudahkan proses distribusi. 

Hanya saja, kekurangannya adalah cadangan minyak bumi dan gas di daratan sudah banyak ditambang, sehingga cadangannya lebih sedikit dibandingkan di laut. Selain itu, jika beroperasi secara domestik saja (jika onshore diartikan domestik), perusahaan bisa menanggung biaya produksi yang lebih besar karena tingginya beban pajak dan gaji karyawan, 

Pengertian Perusahaan Offshore

Kebalikan dari onshore adalah perusahaan offshore. Secara bahasa, perusahaan offshore dapat diartikan sebagai perusahaan lepas pantai atau perusahaan yang beroperasi di luar negara pemiliknya (abroad). 

Dari segi lepas pantai, contoh perusahaan offshore adalah Schlumberger. Perusahaan asal Prancis ini bekerjasama dengan perusahaan minyak kelas dunia untuk menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan dalam proses pengeboran minyak lepas pantai. Adapun jika dimaknai sebagai bisnis yang beroperasi di luar negeri, maka contoh perusahaan offshore yang paling tepat adalah Google. Emiten teknologi raksasa dengan karyawan ratusan ribu orang ini juga mempekerjakan puluhan ribu tenaga kerja di berbagai negara di seluruh dunia. 

Ada banyak alasan mengapa perusahaan mengoperasikan bisnisnya di luar negaranya sendiri. Berikut ini di antaranya:

  1. Dekat dengan sumber konsumen atau bahan baku utama. Dengan membangun pusat produksi dekat dengan pusat konsumen dan bahan baku utama, maka perusahaan bisa menghemat biaya distribusi.
  2. Mencari tenaga kerja dengan kualifikasi yang sama, tapi memiliki gaji yang lebih rendah. Banyak perusahaan asal Amerika Serikat atau Eropa yang memiliki divisi IT yang beroperasi di Bangalore India karena masyarakat yang bekerja di daerah tersebut memiliki kualifikasi IT yang dibutuhkan oleh perusahaan barat tersebut namun memiliki gaji yang lebih rendah dibandingkan tenaga kerja di Amerika Serikat maupun Eropa. 
  3. Meningkatkan kualitas produk dan layanan. Misalnya, perusahaan mempekerjakan customer service dari negara dengan zona waktu yang berbeda supaya mereka bisa menyediakan layanan komunikasi dengan bahasa lokal dan  24 jam untuk pengguna. 
  4. Penghematan pajak. Banyak negara-negara berkembang yang tidak hanya menawarkan tenaga kerja dengan biaya yang lebih murah, tetapi juga menawarkan fasilitas pengurangan pajak untuk perusahaan luar negeri yang mau berinvestasi di negaranya. Tujuan utama dari hal ini adalah untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, stabilisasi nilai tukar dan transfer ilmu pengetahuan. 
  5. Sumber bahan baku utama. Khusus untuk perusahaan pertambangan dan eksplorasi, eksplorasi secara offshore dikarenakan cadangan sumber daya di lautan masih jarang tersentuh apabila dibandingkan dengan sumber daya yang ada di daratan, sehingga cadangan sumber daya alam di area perairan juga relatif lebih besar. 

Namun, bisnis tipe ini juga memiliki tantangan tersendiri. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Biaya yang lebih besar. Hal ini khususnya untuk perusahaan eksplorasi lepas pantai. Sebab, peralatan dan skill yang dibutuhkan untuk eksplorasi lepas pantai juga lebih besar dibandingkan dengan pertambangan di daratan. 
  2. Kendala bahasa, budaya dan zona waktu. Ketiga kendala ini memungkinkan komunikasi yang terjadi dalam perusahaan tersebut menjadi kurang efektif. Misalnya, atasan Anda di New York meminta meeting jam 12.00 siang di negaranya meskipun itu artinya, Anda harus meeting saat dini hari di Indonesia. 
  3. Penyesuaian terhadap hukum dan kebijakan pemerintah. Membangun bisnis di luar negeri artinya Anda sudah siap dengan berbagai perubahan hukum dan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah di negara tersebut. 

Perbedaan Perusahaan Onshore dan Offshore

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara perusahaan onshore dan offshore diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Fokus produksi. Perusahaan onshore fokus berproduksi di dalam negeri atau di daratan, sementara perusahaan offshore memiliki pusat produksi lepas pantai maupun di luar negeri. 
  2. Pajak dan regulasi. Perusahaan onshore hanya mengikuti aturan pajak dan regulasi dari satu negara, yaitu negara tempatnya berdiri dan seringkali tidak mendapatkan potongan dalam bentuk apapun. Di sisi lain, perusahaan offshore bisa menghemat biaya pajak dengan membuka bisnis di negara yang menawarkan keringanan ini, namun tetap harus mematuhi dan menyesuaikan terhadap peraturan negara terkait. 
  3. Tenaga kerja. Perusahaan onshore umumnya mempekerjakan tenaga kerja dalam negeri, sehingga tidak memiliki tantangan terkait waktu, budaya dan bahasa tapi berpotensi membayar biaya gaji yang lebih tinggi. Di sisi lain, salah satu tantangan perusahaan offshore adalah mengatasi 3 permasalahan tersebut tapi berpeluang membayar biaya gaji dengan nominal yang lebih rendah meskipun memiliki kualifikasi yang sama. 

Akan tetapi terlepas dari perbedaan-perbedaan tersebut, kedua perusahaan ini tetap wajib bertanggung jawab terhadap konsekuensi lingkungan yang bisa timbul akibat operasi bisnisnya. Perusahaan tambang minyak lepas pantai misalnya, harus bertanggung jawab terhadap insiden minyak tumpah di laut karena membahayakan biota laut dan masyarakat di sekitarnya, sementara bisnis tambang minyak yang dilakukan secara onshore harus bertanggung jawab terhadap insiden seperti pembalakan liar dan kebakaran hutan.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *