Lompat ke konten
Daftar Isi

Pola Candlestick Tweezer Bottom & Tweezer Top

Pola Candlestick Tweezer Bottom & Tweezer Top

Analisis candlestick adalah salah satu metode analisis yang paling banyak digunakan dalam analisis saham. Hal ini karena kurva lilin ini menyediakan informasi yang cukup lengkap mengenai harga pembukaan, penutupan serta potensi pergerakan harga saham. 

Analisis pergerakan harga menggunakan candlestick sudah dikenal di Jepang sejak abad ke-17. Metode ini baru masuk ke pasar trading saham ketika ia dipopulerkan oleh Steve Nison dengan bukunya yang berjudul “Japanese Candlestick Charting Techniques.” pada dekade 1980-an. Nison, juga mempopulerkan salah satu pola candlestick yang populer hingga saat ini, yaitu pola tweezer top dan tweezer bottom. 

Pola Tweezer Bottom

Tweezer bottom adalah pola candlestick yang terdiri dari dua buah lilin dengan tingkat harga terendah relatif sama. Pola ini biasanya terdiri dari dua candle yang bergerak berlawanan namun memiliki nilai harga terendah yang sama. 

Candle pertama umumnya berukuran lebih besar dibandingkan dengan candle kedua, sementara candle kedua bisa memiliki ukuran badan yang lebih kecil atau bahkan berbentuk candle doji. Pola ini bisa terjadi karena adanya tekanan jual yang menekan harga untuk turun, tapi tekanan jual tersebut tidak cukup kuat untuk menembus garis support, sehingga dapat disimpulkan bahwasanya adanya pola ini menunjukkan potensi bullish reversal. Sebagai contoh, mari cek gambar berikut:

Sumber: Tradingview

Dalam area yang dilingkari di atas terdapat dua candle dengan warna yang berbeda dan memiliki titik harga terendah yang relatif sama. Tidak lama setelah harga turun dan gagal menembus garis support, terlihat pergerakan harga mulai merangkak naik kembali. Ini artinya, meskipun tekanan jual cukup kuat, namun masih banyak pembeli yang berminat untuk membeli instrumen tersebut sehingga harganya naik kembali. 

Pola Tweezer Top

Kebalikan dari pola tweezer bottom adalah pola tweezer top. Pada pola ini, terdapat dua candle yang memiliki warna yang berbeda dan gagal menembus garis resistance. Dengan demikian, pola ini menunjukkan adanya potensi bearish reversal

Sama seperti tweezer bottom, susunan candle pada pola tweezer top umumnya juga didahului dengan candle yang berukuran lebih besar dan disusul dengan candle yang berukuran lebih kecil. Hal ini bisa terjadi karena meskipun banyak tekanan beli yang membuat harga merangkak naik, namun tekanan jual juga sama-sama kuat, sehingga harga aset tersebut gagal menembus garis resistance. 

Supaya lebih mudah dipahami, mari lihat gambar berikut ini:

Tweezer top

Sumber: Investing.com

Pada gambar di atas (di area yang dilingkari), terlihat ada dua candle bersisian dengan posisi membelakangi garis resistance. Sebelum dua candle tersebut ada tren kenaikan harga singkat yang kemudian disusul dengan penurunan harga singkat. Ini artinya, meskipun ada tekanan beli yang mendorong harga untuk naik (bahkan sempat menembus garis resistance), namun tekanan jual pada saham tersebut relatif lebih kuat, sehingga mendorong harga aset untuk turun kembali. 

Cara Menggunakan Tweezer Bottom & Tweezer Top dalam Trading

Pola tweezer adalah salah satu pola candlestick yang paling mudah ditemukan dalam time frame berapapun. Maka dari itu, banyak sinyal palsu yang timbul akibat munculnya pola ini. Oleh sebab itu, sebaiknya Anda menggunakan beberapa tips di bawah untuk melengkapi analisis Anda. 

1. Lihat jarak antara pola ini dengan garis resistance dan support

Semakin dekat jarak antara tweezer top dengan garis resistance dan tweezer bottom dengan garis support, maka semakin akurat juga sinyal yang diberikan oleh kedua pola tersebut. Namun, disini Anda perlu hati-hati sebab adanya potensi fake signal entah itu berupa true breakout atau false breakout

2. Gunakan time frame sempit

Pola candlestick tweezer ini adalah salah satu pola yang paling sering muncul dalam time frame yang pendek. Oleh sebab itu, sebaiknya Anda menggunakan pola ini untuk menganalisis pergerakan harga saham dengan jangka waktu pendek pula. Hal ini bertujuan untuk menghindari sinyal palsu. 

3. Hindari saat pasar berfluktuasi tinggi

Pola ini kurang cocok untuk dijadikan acuan entry dan exit ketika pasar sedang memiliki fluktuasi yang tinggi. Hal ini karena pada kondisi tersebut, harga saham dapat segera berubah, sehingga alih-alih mengandalkan pola ini saja untuk masuk atau keluar pasar, Anda sebaiknya juga menggunakan indikator teknis lain supaya akurasinya lebih terjamin. 

4. Gunakan bersama indikator RSI

Relative strength index (RSI) adalah indikator yang mengukur kekuatan jual dan kekuatan beli yang sedang berlangsung di pasar. Apabila RSI sebuah instrumen berada di angka 70, maka itu artinya overbought atau kekuatan beli  lebih kuat dibandingkan dengan kekuatan jual, sehingga ada potensi kenaikan harga. Begitu pula sebaliknya, jika skor RSI berada di bawah angka 30, itu artinya kekuatan jual lebih kuat, sehingga pasar dalam kondisi oversold. 

Dengan menggunakan indikator ini bersamaan dengan pola tweezer, maka akurasi pola tersebut lebih bisa dipastikan. Dengan demikian, Anda bisa terhindar dari sinyal palsu. 

5. Menggunakan fibonacci retracement

Fibonacci retracement dapat digunakan untuk membuat garis resistance dan support yang bisa menyesuaikan dengan perubahan harga. Dengan menggunakan indikator ini bersamaan dengan pola tweezer, Anda bisa mengidentifikasi pola reversal dengan lebih baik sesuai dengan kondisi perubahan harga. 

6. Gunakan market order untuk mengeksekusi harga

Ketika menemukan pola ini dan Anda yakin bahwasanya reversal akan terjadi, maka sebaiknya Anda menggunakan menu market order untuk mengeksekusi harga entah itu jual atau beli. Tujuannya adalah supaya transaksi yang Anda inginkan bisa dieksekusi segera oleh sistem dengan tingkat harga terakhir di pasar. Dengan demikian, ketika reversal benar-benar terjadi, Anda tidak terjebak pada kondisi yang tidak diinginkan. 

Selain pola tweezer, Anda juga sebaiknya mempelajari pola candlestick yang lain, seperti pola harami, pola hammer dan doji. Sebab, setiap pola candlestick memiliki makna dan indikasi yang berbeda. Selain itu, lengkapi juga kemampuan analisis Anda dengan pemahaman mengenai indikator teknis lainnya. 

Gunakan akun demo untuk melatih kemampuan analisis Anda dengan baik. Dengan akun demo, Anda bisa melakukan trading dengan real data tetapi dengan uang mainan, sehingga kesalahan analisis apapun tidak akan membuat Anda rugi. 

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *