Lompat ke konten
Daftar Isi

Price to Sales Ratio: Pengertian, Rumus, Cara Menghitung

Price to sales ratio

Untuk menentukan apakah sebuah saham bisa dikatakan sedang tumbuh atau undervalued ada banyak indikator keuangan yang bisa digunakan sebagai alat analisis oleh investor. Salah satu diantaranya adalah price to sales ratio (P/S ratio). 

Dalam banyak literatur investasi, seorang investor disarankan untuk membeli saham yang sedang tumbuh (growth stock) atau saham yang sedang dipandang rendah oleh pasar, padahal kualitasnya bagus (undervalued). 

Pengertian Price to Sales Ratio

Price to sales ratio adalah rasio perbandingan antara kapitalisasi pasar saham sebuah perusahaan dengan pendapatan kotor perusahaan tersebut.

Fungsi Price to Sales Ratio adalah untuk menentukan apakah harga sebuah saham terlalu mahal (overvalued) atau tidak apabila dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh sebuah perusahaan.

Semakin tinggi nilai P/S ratio, maka semakin mahal pula harga saham tersebut. Hal ini karena nilai P > S atau harganya melebihi kinerja perusahaan. Sebaliknya, apabila nilai P/S kecil alias P < S, maka sebuah saham dikatakan undervalued (terlalu murah) dan harganya bisa berpotensi untuk naik dan menguntungkan investor. 

Indikator ini pertama kali dikemukakan oleh Kenneth L. Fisher, seorang ahli investasi asal Amerika Serikat dan pendiri perusahaan Fisher Investments. Fisher menilai bahwasanya investor cenderung akan memberikan valuasi besar pada perusahaan yang sedang tumbuh dan akan segera kecewa apabila pertumbuhan perusahaan tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan. 

Oleh sebab itu, beliau mengembangkan price to sales ratio. Indikator ini sedikit berbeda dengan price to earning ratio (P/E ratio). Tidak seperti earnings (laba), menurut beliau sales atau revenue (pendapatan kotor) tidak dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi

Rumus Price to Sales Ratio

Rumus Price to Sales Ratio ada dua, yaitu:

  1. P/S ratio = (Kapitalisasi Pasar) / (Pendapatan)
  2. P/S ratio = (Harga saham per lembar) / (pendapatan per lembar)

Hal ini karena kapitalisasi pasar sama dengan hasil kali antara harga saham per lembar dengan jumlah saham yang beredar, sehingga persamaan yang kedua sama dengan hasil bagi persamaan yang pertama dengan jumlah saham yang beredar. 

Cara Menghitung Price to Sales Ratio

Terdapat dua langkah untuk menghitung Price to Sales Ratio.

Langkah pertama adalah dengan mencari data komponen P/S ratio. Nilai kapitalisasi pasar, harga saham per lembar dan jumlah saham yang beredar (jika perlu) dapat dicari di Google, Yahoo Finance atau laman-laman berita keuangan lainnya. Adapun untuk pendapatan dan pendapatan per lembar bisa diperoleh di laporan laba rugi perusahaan.

Perlu diingat bahwasanya komponen pendapatan disini dinyatakan sebagai pendapatan dalam satu periode akuntansi (biasanya 1 tahun). Oleh karena harga saham dan begitu juga nilai kapitalisasi pasar bisa bervariasi dalam 1 tahun, Anda perlu menghitung nilai rata-ratanya. 

Langkah kedua adalah dengan memasukkan data yang ada ke dalam rumus di atas. Jika Anda menemukan data kapitalisasi pasar, maka Anda bisa menggunakan rumus yang pertama. Namun jika Anda hanya menemukan harga per lembar saja, maka bisa menggunakan rumus yang kedua. 

Contoh Penghitungan Price To Sales Ratio

Mari kita ambil contoh dari data keuangan milik PT Temas Tbk pada tahun 2021. Diketahui, perusahaan tersebut memiliki data keuangan sebagai berikut:

Jumlah saham yang beredar : 5.705.150.000 lembar.

Kapitalisasi pasar = 890.003.400.000 (Q1).

= 1.346.415.400.000 (Q2).

= 1.631.672.900.000 (Q3). 

= 7.816.055.500.000 (Q4). 

Rata-rata kapitalisasi pasar tahunan : 2.921.036.800.000

Pendapatan tahunan : 3.370.324.000.000

Harga saham rata-rata tahun 2021 : 512 per lembar (Diperoleh dari kapitalisasi pasar dibagi jumlah saham yang beredar).

Maka, P/S ratio perusahaan transportasi ini adalah:

  1. P/S ratio = Kapitalisasi Pasar/Pendapatan
    = 2.921.036.800.000/3.370.324.000.000.
    = 0,87. 
  1. P/S ratio = Harga saham per lembar/pendapatan per lembar saham.
    = 512/ (3.370.324.000.000/5.705.150.000)
    = 512/ 590.7511634
    = 0,87

Berapa Nilai P/S Ratio Yang Baik?

Seperti yang telah disebutkan di atas, semakin rendah nilai P/S ratio, semakin baik dianggap saham sebuah perusahaan. Sebab hal ini berarti bahwa investor dapat membeli saham tersebut dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan perusahaan sesungguhnya (revenue). 

Untuk menentukan berapa nilai P/S yang baik, sebaiknya investor juga menghitung nilai P/S rata-rata industri perusahaan tersebut. Misalnya, katakanlah nilai P/S ratio PT Temas di atas cukup bagus karena di bawah 1, namun ternyata rata-rata industri transportasi untuk indikator keuangan ini adalah 0,5. Maka, harga saham PT Temas di atas masih terbilang lebih mahal dibandingkan dengan perusahaan lain di bidang yang sama. 

Batasan Price to Sales Ratio

1. Sales bukan laba

Price to sales ratio menggunakan pendapatan kotor sebagai pembanding harga saham. Ini artinya, sebuah perusahaan yang memiliki pendapatan kotor besar tapi profit kecil bisa jadi masih bernilai bagus apabila menggunakan indikator ini. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki profit besar tapi pendapatan kotor relatif kecil (profit besar karena penghematan biaya) bisa jadi justru akan dinilai buruk dalam indikator ini. 

Maka dari itu, banyak analyst yang menggunakan P/S ratio dan P/E ratio secara bergantian, dimana P/S ratio digunakan untuk perusahaan dengan tipe industri tertentu yang cenderung susah untuk mendapatkan profit, begitupun sebaliknya. 

2. Utang adalah faktor penting

Ada perusahaan dengan pendapatan yang besar, tapi dengan utang yang besar pula. Hal ini bisa berarti bahwa pendapatan perusahaan tersebut di masa depan justru akan digunakan untuk membayar utang beserta bunganya alih-alih membayar dividen untuk investor atau meningkatkan kapabilitas produksi. 

Oleh karena itu, sebaiknya Anda tetap mempertimbangkan indikator keuangan yang berkaitan dengan utang, seperti debt to equity ratio (DER) dan lainnya untuk menentukan kualitas keuangan sebuah perusahaan. 

Umumnya, perusahaan dengan nilai P/S ratio kecil lebih bernilai bagus apabila memiliki utang yang kecil atau tidak ada sama sekali. Karena itu artinya, perusahaan bisa memaksimalkan penjualan dengan tanpa banyak bergantung pada utang. 

Memang sebuah indikator keuangan harus digunakan bersamaan dengan indikator keuangan lainnya untuk menghasilkan analisis fundamental yang komprehensif. Meskipun membutuhkan waktu untuk memahami dan menghitungnya, namun analisis fundamental yang komprehensif bisa membantu investor terhindar dari investasi bodong, dan mendapatkan keuntungan investasi yang besar dalam jangka panjang.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *